Nindi yang melihat Alle pingsan langsung buru-buru menolongnya. Mengingat tidak kuat mengangkat tubuh sahabatnya, Nindi berteriak meminta bantuan kepada murid lain.Namun, saat sedang digotong secara bersama-sama menuju ke ruang kesehatan, Raffa yang sedang sibuk bermain game di ponselnya melirik ke arah luar kelasnya ketika mendengar berisik suara dari Nindi.“Minggir! Minggir!” teriak Nindi kencang.Saat melihat siapa yang sedang digotong, Raffa langsung berdiri dari posisi duduknya dan berlari kencang ke arah luar kelas.“Eh jancuk! Push rank!” teriak teman sekelas Raffa yang sedang main game bersama. Sedangkan Raffa tidak memedulikan itu semua.“Istri gue!?” seru Raffa yang membuat teman sekelasnya melongo. Lebih tepatnya kaget mendengar ucapan ngawur dari Raffa. Pasalnya berita pernikahan Raffa dan Alle baru tersebar di kelas Alle saja.Teeeet!Raffa tak memedulikan suara bel sekolah. Raffa terus berlari menuju ke dalam ruang kesehatan sekolah.Siswa yang membawa Alle langsung me
Satu minggu kemudian.Kondisi kesehatan Alle sudah membaik seperti sedia kala. Alle bahkan tinggal bersama kedua orang tuanya untuk beberapa hari ke depan selama ujian berlangsung. Semua ini keputusan bersama antara Alle juga Raffa.Gimanapun mereka berdua tahu kalau berduaan saja di apartemen menimbulkan ketidakfokusan keduanya untuk belajar.Saat hari terakhir melakukan ujian, Alle sedikit pesimis karena pelajaran yang diujikan adalah matematika. Lain hal dengan Raffa yang begitu fokus mengerjakan hingga tampak begitu mudah baginya.Waktu pun terus berjalan, Raffa yang memang sangat jago matematika sudah keluar ruang kelas terlebih dahulu. Sengaja Raffa tidak langsung pulang seperti hari-hari kemarin karena hatinya sudah merasa kangen dengan Alle.Di dalam kelas, Alle rasanya ingin menangis ketika melihat soal ujian yang menurutnya susah. Padahal pas diterangkan guru otaknya sudah paham, tapi ketika sudah begini menjadi lupa rumus perhitungan.Teeeet!“Silakan dikumpulkan,” kata Gur
Hari ini Raffa masih merasa gegana, galau dan merana. Alle, istrinya masih tetap keukeh tidak mau ikut ke luar negeri mendampingi Raffa.Tepat hari ini juga Alle malah sibuk pergi bersama Nindi untuk mendaftar jenjang pendidikan lanjutannya, kuliah, di salah satu universitas di kota Bandung.Padahal hari ini Raffa harus pergi ke luar negeri. Raffa berharap kalau Alle bisa mengantar sampai bandara, namun ternyata dia lebih memilih pergi bersama Nindi.“Kamu nanti di sana hati-hati, ya,” kata Ziva, Mama dari Raffa.Raffa mengangguk pelan sebagai jawaban, wajahnya terlihat lesu tidak bersemangat seperti sebelum menikahi Alle.Sekarang hari-hari Raffa dipenuhi untuk memikirkan Alle seorang. “Kalau Abbi kuliah di sini gimana, Ma?” tanya Raffa pelan penuh hati-hati.Ziva sebetulnya tidak tega melihat sang anak tampak galau seperti itu. Tapi tuntutan dari Regan memang harus seperti itu karena Raffa akan menerima estafet perusahaan dari keluarga Abimana.Dengan lembut, Ziva membelai kepala mi
Setiba di parkiran, hal utama yang Alle lakukan langsung mencharger ponselnya. Alle menghidupkan ponsel yang ternyata di sana banyak sekali panggilan tak terjawab dari Raffa.Yang membuat Alle semakin merasa tidak enak karena lebih memilih pergi ke Bandung dibanding mengantarkan Raffa ke bandara.“Tapi kenapa Raffa nggak kirim pesan chat apa-apa, ya?” pikir Alle yang merasa sedih tidak ada pesan chat apapun dari suaminya.Di sini Alle langsung menekan nomor ponsel milik Raffa, namun langsung dibalas oleh suara operator.Alle menatap ke depan dengan pandangan sedih. Meski di sini sangat ramai banyak mahasiswa yang tengah berlalu lalang, tapi hati Alle terasa sangat kesepian.“Hai, mantan!”Alle terkejut kala mendengar suara yang sangat tidak asing itu. Siapa lagi kalau bukan Tian! Mantan yang tidak pernah Alle harapkan kehadirannya.Alle yang lupa menutup pintu mobil hanya bisa mendengkus kasar saja saat Tian tampak menahan sekaligus memegang pintu mobilnya.“Lo ngapain, sih, di sini!”
“Ide lo bener juga, Nin! Gue susul aja ke sana kali, ya. Tapi gue takut ke luar negeri sendirian.”Alle yang awalnya sudah semangat ingin menyusul Raffa ke luar negeri, kini menjadi lesu karena selama ini jika ke luar negeri pasti selalu ramai-ramai bareng keluarga. Tidak pernah sendirian.“Mau gue anter?” tawar Nindi begitu tulus.Alle memang butuh teman ke sana, tapi ia juga tidak enak harus merepotkan sahabatnya terus menerus.Alle pun menggeleng sebagai penolakan atas tawaran Nindi. “Gue akan coba beraniin diri ke sana sendirian.”“Nah gitu dong! Semua demi cinta ke ayang Raffa!” goda Nindi sambil terkekeh puas. Alle yang terus diledek dan goda oleh Nindi hanya diam saja.Alle kini sibuk mencari tiket keberangkatan untuk menyusul Raffa. Meski takut, Alle akan coba beranikan diri ke sana. Alle akan berikan kejutan ini untuk suaminya. Semoga saja Raffa bahagia diberi kejutan seperti ini.Setiba sampai di apartemen milik Raffa, Alle meminta Nindi untuk tetap menemaninya sampai nanti
Selama perjalanan menuju ke negara tujuan, hati Alle merasa deg-degan tak karuan. Bahkan saat sampai di bandara, Alle merasa tidak menyangka kalau kenekatannya bisa membawanya sampai sejauh ini.Saat berjalan keluar dari bandara, Alle terkejut melihat sesosok yang tidak asing tengah berdiri menatap ke arahnya.Alle masih diam membisu sampai mengedip-ngedipkan beberapa kali kelopak matanya untuk memastikan kalau laki-laki yang tengah berjalan ke arahnya benar-benar Raffa.Alle padahal tidak memberitahukan laki-laki itu karena niatnya ingin memberikan kejutan kepadanya, namun ternyata Raffa justru menjemputnya di bandara.“Udah makan?” tanya Raffa penuh perhatian yang justru membuat hati Alle tersentuh. Padahal Alle sudah berpikir kalau Raffa bakalan marahin dirinya karena sudah datang ke sini tanpa memberikan kabar. “Hei, kok nangis?” Raffa mendongakkan wajah Alle yang dari tadi menunduk.Alle buru-buru mengusap bekas air matanya dengan kasar. Bibirnya tersenyum tipis. Raffa yang melih
Pagi ini Alle menikmati kehidupan barunya di luar negeri. Meski masih bingung harus melakukan apa dulu, tapi Alle mencoba tetap menyiapkan sarapan untuk Raffa yang hari ini akan pergi mengunjungi beberapa kampus.“Morning wife,” sapa Raffa yang membuat Alle ingin tersedak minuman. Bisa-bisanya Raffa bikin kaget sekaligus salting di pagi-pagi seperti ini. “Bikin sarapan apa?” tanya Raffa yang saat ini berdiri di belakang Alle yang sedang duduk di kursi makan.“Roti sama susu aja,” jawab Alle sambil menunjuk ke arah roti dan susu yang dikhususkan untuk Raffa.Tak disangka kalau Raffa mencium pipi Alle dari belakang. Hal ini membuat Alle merasa syok hingga terbengong beberapa saat.Sungguh sikap suaminya sangat sulit ditebak arahnya mau kemana. Di saat Alle siap berciuman, Raffa malah kesannya menolak. Sekarang Alle yang sedang duduk santai malah mendapat ciuman dadakan. Meski hanya pipi, tetap saja membuat hati Alle kelojotan tidak karuan.“Ikut buat keliling kampus, ‘kan?” tanya Raffa
Alle bingung ingin menjawab apa atas pertanyaan dari Raffa yang tidak pernah diduga sebelumnya. Bisa-bisanya lagi kondisi begini malah meminta hak suami.Apa Raffa sudah tidak tahan? Padahal bukannya Raffa sendiri yang bilang ingin melakukan ini setelah menikah resmi? Tapi apa, dia sendiri yang melanggar! Dasar cowok!“Kok nggak jawab? Kamu nggak mau? Kayaknya udah saatnya kita melakukan itu, All,” ujar Raffa seakan-akan Alle menolak. Padahal Alle hanya diam saja karena bingung menjawabnya gimana jika mau.“Kenapa tiba-tiba minta ini?” tanya Alle sambil merutuki pertanyaan bodohnya itu. Sudah pasti Raffa tidak kuat untuk menunggu terlalu lama lagi. Apalagi mereka berdua tinggal bersama dan tidur sekasur.“Ya, karena aku pengin menunaikan kewajibanku sebagai suami. Lagipula kamu bakalan ikut aku di sini, ‘kan? Hidup bareng aku?” Raffa tampak kembali memastikan jawaban dari Alle. Dan cewek itu mengangguk sebagai jawaban.Hening beberapa saat. Sampai akhirnya Alle mem