Selama perjalanan menuju ke negara tujuan, hati Alle merasa deg-degan tak karuan. Bahkan saat sampai di bandara, Alle merasa tidak menyangka kalau kenekatannya bisa membawanya sampai sejauh ini.Saat berjalan keluar dari bandara, Alle terkejut melihat sesosok yang tidak asing tengah berdiri menatap ke arahnya.Alle masih diam membisu sampai mengedip-ngedipkan beberapa kali kelopak matanya untuk memastikan kalau laki-laki yang tengah berjalan ke arahnya benar-benar Raffa.Alle padahal tidak memberitahukan laki-laki itu karena niatnya ingin memberikan kejutan kepadanya, namun ternyata Raffa justru menjemputnya di bandara.“Udah makan?” tanya Raffa penuh perhatian yang justru membuat hati Alle tersentuh. Padahal Alle sudah berpikir kalau Raffa bakalan marahin dirinya karena sudah datang ke sini tanpa memberikan kabar. “Hei, kok nangis?” Raffa mendongakkan wajah Alle yang dari tadi menunduk.Alle buru-buru mengusap bekas air matanya dengan kasar. Bibirnya tersenyum tipis. Raffa yang melih
Pagi ini Alle menikmati kehidupan barunya di luar negeri. Meski masih bingung harus melakukan apa dulu, tapi Alle mencoba tetap menyiapkan sarapan untuk Raffa yang hari ini akan pergi mengunjungi beberapa kampus.“Morning wife,” sapa Raffa yang membuat Alle ingin tersedak minuman. Bisa-bisanya Raffa bikin kaget sekaligus salting di pagi-pagi seperti ini. “Bikin sarapan apa?” tanya Raffa yang saat ini berdiri di belakang Alle yang sedang duduk di kursi makan.“Roti sama susu aja,” jawab Alle sambil menunjuk ke arah roti dan susu yang dikhususkan untuk Raffa.Tak disangka kalau Raffa mencium pipi Alle dari belakang. Hal ini membuat Alle merasa syok hingga terbengong beberapa saat.Sungguh sikap suaminya sangat sulit ditebak arahnya mau kemana. Di saat Alle siap berciuman, Raffa malah kesannya menolak. Sekarang Alle yang sedang duduk santai malah mendapat ciuman dadakan. Meski hanya pipi, tetap saja membuat hati Alle kelojotan tidak karuan.“Ikut buat keliling kampus, ‘kan?” tanya Raffa
Alle bingung ingin menjawab apa atas pertanyaan dari Raffa yang tidak pernah diduga sebelumnya. Bisa-bisanya lagi kondisi begini malah meminta hak suami.Apa Raffa sudah tidak tahan? Padahal bukannya Raffa sendiri yang bilang ingin melakukan ini setelah menikah resmi? Tapi apa, dia sendiri yang melanggar! Dasar cowok!“Kok nggak jawab? Kamu nggak mau? Kayaknya udah saatnya kita melakukan itu, All,” ujar Raffa seakan-akan Alle menolak. Padahal Alle hanya diam saja karena bingung menjawabnya gimana jika mau.“Kenapa tiba-tiba minta ini?” tanya Alle sambil merutuki pertanyaan bodohnya itu. Sudah pasti Raffa tidak kuat untuk menunggu terlalu lama lagi. Apalagi mereka berdua tinggal bersama dan tidur sekasur.“Ya, karena aku pengin menunaikan kewajibanku sebagai suami. Lagipula kamu bakalan ikut aku di sini, ‘kan? Hidup bareng aku?” Raffa tampak kembali memastikan jawaban dari Alle. Dan cewek itu mengangguk sebagai jawaban.Hening beberapa saat. Sampai akhirnya Alle mem
“Ah!”Alle mendesah panjang ketika telapak tangan milik Raffa menangkup bahkan meremas-remas seperti yang Alle inginkan.Tentu saja sebagai Raffa sangat senang mendapat tugas mengenakan seperti itu. Bahkan Raffa kini mengganti posisi menghisapnya agar tidak iri.Dada sebelah yang sudah memar merah karena bekas hisapan kuat dari Raffa kini dijepit di antara jari telunjuk dan tengahnya. Raffa terkadang menarik-narik puncak buah dada itu yang sudah mengacung keras.“Raff,” panggil Alle dengan suara serak bahkan nyaris tak terdengar. “Ngh!”Raffa yang merasa cukup bermain-main dengan kedua gunung kembar milik Alle kini kembali mengajak Alle untuk berciuman bibir.Merasa jika harus berpindah tempat, Raffa menggendong Alle menuju ke arah dalam kamar. Alle yang digendong dengan posisi ciuman, kedua kakinya melingkar kuat di bagian pinggang milik Raffa. Kedua tangannya pun ikut melingkar erat di bagian leher.“Kamu tau nggak, aku kalau di dekat kamu bawaannya selalu nafsu,” akui Raffa dengan
“Ngh!” ringis Alle ketika ujung junior milik Raffa tampak menendang pintu masuk lembah kenikmatan miliknya. “Pelan-pelan,” lanjut Alle sambil ikut menatap ke arah bawah sana yang mana Raffa masih terus berusaha untuk masuk ke dalamnya. “Sempit banget, All.” Raffa yang kesusahan untuk masuk membuatnya sedikit kelelahan. Keningnya penuh dengan keringat. Tidak hanya itu saja. Dada lebar serta otot tangannya pun penuh dengan keringat yang justru menambah kesan seksi. Alle pun merasakan hal yang sama dengan Raffa. Tubuhnya penuh dan banjir dengan keringat. Padahal suhu AC di dalam kamar ini sudah mencapai batas minimum. “Ah!” jerit Alle saat desakan milik Raffa begitu kuat menendang pintu lubang itu. Raffa bahkan terus memaksa masuk meski harus mengeluarkan tenaga yang begitu extra. “Ngh … sempit banget,” lenguh Raffa yang mulai merasa pening. Melihat wajah sayu milik Alle membuatnya buru-buru kembali mengajaknya berciuman. Bibir dan lidah mereka kembali bergulat. Raffa menghisap bahk
Raffa menggulingkan diri di samping tubuh milik Alle. Keduanya kini sama-sama menatap ke arah langit-langit kamar.Deru napas keduanya pun masih begitu tersengal. Alle sendiri tidak menyangka kalau dirinya sudah lepas perawan detik ini.Yang lebih tidak menyangka lagi, Alle memberikan kesucian tubuhnya untuk Raffa yang notabennya tidak ada dalam bayangan dalam dirinya. Apalagi Alle dan Raffa tidak pernah pacaran. Raffa juga tidak pernah menunjukkan gelagat suka kepada Alle, meski terkadang cowok itu selalu ada di saat Alle membutuhkan.“Ternyata capek,” komentar Alle masih terus menatap langit-langit kamarnya. “Kakiku bahkan lemas banget,” lanjutnya sambil mengubah posisi menjadi miring, menatap ke arah Raffa.Raffa yang merasa ditatap oleh Alle langsung ikut mengubah posisi tidurnya menjadi miring, membalas tatapan sayu dari istrinya.“Makasih banyak Alletheia,” ucap Raffa lirih bahkan terdengar begitu serak namun sangat seksi di dengar.Alle tersenyum lebar ketika Raffa terus menguc
Raffa memang tidak berjanji hingga saat permainan kedua selesai, mereka istirahat sebentar sampai akhirnya cowok itu mengajak Alle kembali bergulat.Awalnya Alle menolak, tapi Raffa terus saja memancing dengan menyentuh beberapa area sensitif milik Alle yang membuat cewek itu mulai hanyut akan permainan yang diciptakan suaminya.Kali ini Raffa mengajak Alle untuk berdiri di ujung ranjang. Raffa menyuruh Alle untuk berposisi nungging hingga Raffa bisa mengakses sesuatu yang membuat ketagihan itu begitu lebih menjepit.“Kakiku lemas banget,” adu Alle yang merasakan kedua kakinya terasa seperti jelly. Sangat lembek ingin terjatuh, namun pinggang miliknya dipegang kuat oleh Raffa.Di gaya ini Raffa bermain sangat gila sampai membuat wajah Alle beberapa kali menyungsep ke dalam kasur.Sama-sama mencapai puncak kenikmatan, tubuh Alle seperti akan terjatuh tapi Raffa langsung memegang tubuhnya erat. Alle bahkan tidak sanggup untuk berdiri saki
Alle merasakan jika sinar matahari mulai menembus masuk ke dalam kamarnya. Hal ini membuat tidur Alle menjadi terusik.Perlahan-lahan Alle mengerjapkan kedua matanya dan terbuka sempurna. Hal pertama yang Alle lihat tentu saja jam dinding yang memang peletakkannya sejajar dengan posisi ranjang.Alle juga merasa kalau kandung kemihnya terasa penuh. Namun, saat baru ingin bangun dari posisi tidurnya, seluruh tubuh Alle terasa sangat sakit.“Aw … kenapa rasanya aneh begini,” komentar Alle sambil beringsut turun ke bawah pelan-pelan.Saat kedua telapak kaki milik Alle sudah turun menapak lantai, Alle mencoba berdiri tetapi tubuhnya langsung limbung ke bawah. Bruk!“Huhuhu, sakit banget,” rengek Alle manja.Alle yang tidak tahan pengin pipis akhirnya ngompol di lantai. Apalagi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi.“Yaaah, ngompol. Huwaaaa!” Alle malah menangis melihat air seninya sendiri. Alle rasanya malu dan takut kalau Raffa akan marah jika tahu soal ini.Alhasil Alle memaksakan diri un