Selesai membeli obat di Apotek, Raffa memberikan obat kepada Alle. Menyuruh istrinya untuk istirahat.“Kamu tidur di mana?” tanya Alle menatap sayu ke arah Raffa.“Di lantai.”Alle melirik ke arah samping yang masih kosong. “Di sini aja. Lagian kita pernah tidur bersama di Puncak,” kata Alle sambil menepuk lemah ranjang di sampingnya.“Tapi … apa kamu gapapa?” Raffa menatap ragu ke arah ranjang kosong di samping tubuh Alle. Takutnya, Raffa tidak bisa menahan diri lagi kalau terlalu dekat seperti itu. Ditambah Alle lagi sakit, ngerinya malah dibuat makin capek sama Raffa.“Aku gapapa kok. Lagian kita udah suami istri.”Raffa menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya yang tak gatal sama sekali. Ya, memang kalau Alle tidak apa-apa, tapi tidak dengan Raffa!Tak mau membuat Alle sakit hati, Raffa pun menolak dengan cara halus. Raffa beralasan ingin belajar di ruang tv.“Yaudah kalau begitu,” balas Alle dengan suara lirih, kepalanya sudah tidak karuan. “Makasih banyak ya, Raff.”Raffa terse
Nindi yang melihat Alle pingsan langsung buru-buru menolongnya. Mengingat tidak kuat mengangkat tubuh sahabatnya, Nindi berteriak meminta bantuan kepada murid lain.Namun, saat sedang digotong secara bersama-sama menuju ke ruang kesehatan, Raffa yang sedang sibuk bermain game di ponselnya melirik ke arah luar kelasnya ketika mendengar berisik suara dari Nindi.“Minggir! Minggir!” teriak Nindi kencang.Saat melihat siapa yang sedang digotong, Raffa langsung berdiri dari posisi duduknya dan berlari kencang ke arah luar kelas.“Eh jancuk! Push rank!” teriak teman sekelas Raffa yang sedang main game bersama. Sedangkan Raffa tidak memedulikan itu semua.“Istri gue!?” seru Raffa yang membuat teman sekelasnya melongo. Lebih tepatnya kaget mendengar ucapan ngawur dari Raffa. Pasalnya berita pernikahan Raffa dan Alle baru tersebar di kelas Alle saja.Teeeet!Raffa tak memedulikan suara bel sekolah. Raffa terus berlari menuju ke dalam ruang kesehatan sekolah.Siswa yang membawa Alle langsung me
Satu minggu kemudian.Kondisi kesehatan Alle sudah membaik seperti sedia kala. Alle bahkan tinggal bersama kedua orang tuanya untuk beberapa hari ke depan selama ujian berlangsung. Semua ini keputusan bersama antara Alle juga Raffa.Gimanapun mereka berdua tahu kalau berduaan saja di apartemen menimbulkan ketidakfokusan keduanya untuk belajar.Saat hari terakhir melakukan ujian, Alle sedikit pesimis karena pelajaran yang diujikan adalah matematika. Lain hal dengan Raffa yang begitu fokus mengerjakan hingga tampak begitu mudah baginya.Waktu pun terus berjalan, Raffa yang memang sangat jago matematika sudah keluar ruang kelas terlebih dahulu. Sengaja Raffa tidak langsung pulang seperti hari-hari kemarin karena hatinya sudah merasa kangen dengan Alle.Di dalam kelas, Alle rasanya ingin menangis ketika melihat soal ujian yang menurutnya susah. Padahal pas diterangkan guru otaknya sudah paham, tapi ketika sudah begini menjadi lupa rumus perhitungan.Teeeet!“Silakan dikumpulkan,” kata Gur
Hari ini Raffa masih merasa gegana, galau dan merana. Alle, istrinya masih tetap keukeh tidak mau ikut ke luar negeri mendampingi Raffa.Tepat hari ini juga Alle malah sibuk pergi bersama Nindi untuk mendaftar jenjang pendidikan lanjutannya, kuliah, di salah satu universitas di kota Bandung.Padahal hari ini Raffa harus pergi ke luar negeri. Raffa berharap kalau Alle bisa mengantar sampai bandara, namun ternyata dia lebih memilih pergi bersama Nindi.“Kamu nanti di sana hati-hati, ya,” kata Ziva, Mama dari Raffa.Raffa mengangguk pelan sebagai jawaban, wajahnya terlihat lesu tidak bersemangat seperti sebelum menikahi Alle.Sekarang hari-hari Raffa dipenuhi untuk memikirkan Alle seorang. “Kalau Abbi kuliah di sini gimana, Ma?” tanya Raffa pelan penuh hati-hati.Ziva sebetulnya tidak tega melihat sang anak tampak galau seperti itu. Tapi tuntutan dari Regan memang harus seperti itu karena Raffa akan menerima estafet perusahaan dari keluarga Abimana.Dengan lembut, Ziva membelai kepala mi
Setiba di parkiran, hal utama yang Alle lakukan langsung mencharger ponselnya. Alle menghidupkan ponsel yang ternyata di sana banyak sekali panggilan tak terjawab dari Raffa.Yang membuat Alle semakin merasa tidak enak karena lebih memilih pergi ke Bandung dibanding mengantarkan Raffa ke bandara.“Tapi kenapa Raffa nggak kirim pesan chat apa-apa, ya?” pikir Alle yang merasa sedih tidak ada pesan chat apapun dari suaminya.Di sini Alle langsung menekan nomor ponsel milik Raffa, namun langsung dibalas oleh suara operator.Alle menatap ke depan dengan pandangan sedih. Meski di sini sangat ramai banyak mahasiswa yang tengah berlalu lalang, tapi hati Alle terasa sangat kesepian.“Hai, mantan!”Alle terkejut kala mendengar suara yang sangat tidak asing itu. Siapa lagi kalau bukan Tian! Mantan yang tidak pernah Alle harapkan kehadirannya.Alle yang lupa menutup pintu mobil hanya bisa mendengkus kasar saja saat Tian tampak menahan sekaligus memegang pintu mobilnya.“Lo ngapain, sih, di sini!”
“Ide lo bener juga, Nin! Gue susul aja ke sana kali, ya. Tapi gue takut ke luar negeri sendirian.”Alle yang awalnya sudah semangat ingin menyusul Raffa ke luar negeri, kini menjadi lesu karena selama ini jika ke luar negeri pasti selalu ramai-ramai bareng keluarga. Tidak pernah sendirian.“Mau gue anter?” tawar Nindi begitu tulus.Alle memang butuh teman ke sana, tapi ia juga tidak enak harus merepotkan sahabatnya terus menerus.Alle pun menggeleng sebagai penolakan atas tawaran Nindi. “Gue akan coba beraniin diri ke sana sendirian.”“Nah gitu dong! Semua demi cinta ke ayang Raffa!” goda Nindi sambil terkekeh puas. Alle yang terus diledek dan goda oleh Nindi hanya diam saja.Alle kini sibuk mencari tiket keberangkatan untuk menyusul Raffa. Meski takut, Alle akan coba beranikan diri ke sana. Alle akan berikan kejutan ini untuk suaminya. Semoga saja Raffa bahagia diberi kejutan seperti ini.Setiba sampai di apartemen milik Raffa, Alle meminta Nindi untuk tetap menemaninya sampai nanti
Selama perjalanan menuju ke negara tujuan, hati Alle merasa deg-degan tak karuan. Bahkan saat sampai di bandara, Alle merasa tidak menyangka kalau kenekatannya bisa membawanya sampai sejauh ini.Saat berjalan keluar dari bandara, Alle terkejut melihat sesosok yang tidak asing tengah berdiri menatap ke arahnya.Alle masih diam membisu sampai mengedip-ngedipkan beberapa kali kelopak matanya untuk memastikan kalau laki-laki yang tengah berjalan ke arahnya benar-benar Raffa.Alle padahal tidak memberitahukan laki-laki itu karena niatnya ingin memberikan kejutan kepadanya, namun ternyata Raffa justru menjemputnya di bandara.“Udah makan?” tanya Raffa penuh perhatian yang justru membuat hati Alle tersentuh. Padahal Alle sudah berpikir kalau Raffa bakalan marahin dirinya karena sudah datang ke sini tanpa memberikan kabar. “Hei, kok nangis?” Raffa mendongakkan wajah Alle yang dari tadi menunduk.Alle buru-buru mengusap bekas air matanya dengan kasar. Bibirnya tersenyum tipis. Raffa yang melih
Pagi ini Alle menikmati kehidupan barunya di luar negeri. Meski masih bingung harus melakukan apa dulu, tapi Alle mencoba tetap menyiapkan sarapan untuk Raffa yang hari ini akan pergi mengunjungi beberapa kampus.“Morning wife,” sapa Raffa yang membuat Alle ingin tersedak minuman. Bisa-bisanya Raffa bikin kaget sekaligus salting di pagi-pagi seperti ini. “Bikin sarapan apa?” tanya Raffa yang saat ini berdiri di belakang Alle yang sedang duduk di kursi makan.“Roti sama susu aja,” jawab Alle sambil menunjuk ke arah roti dan susu yang dikhususkan untuk Raffa.Tak disangka kalau Raffa mencium pipi Alle dari belakang. Hal ini membuat Alle merasa syok hingga terbengong beberapa saat.Sungguh sikap suaminya sangat sulit ditebak arahnya mau kemana. Di saat Alle siap berciuman, Raffa malah kesannya menolak. Sekarang Alle yang sedang duduk santai malah mendapat ciuman dadakan. Meski hanya pipi, tetap saja membuat hati Alle kelojotan tidak karuan.“Ikut buat keliling kampus, ‘kan?” tanya Raffa
Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua
Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress
Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa
Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala
Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham
Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y
Setiba di Indonesia, pasangan muda itu disambut sangat meriah dan penuh kasih oleh kedua keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara itu.Alle yang kangen dengan Mamanya langsung memeluk Kaira sambil menangis bahagia. Ternyata hidup jauh membuatnya sadar akan pentingnya peran seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya setiap waktu.Meski terkesan cerewet tapi saat jauh selalu membuat kangen. Alle bahkan masa bodoh ketika menjadi pusat perhatian dari adik-adiknya karena sudah besar masih suka menangis seperti ini.“Kangen,” ucap Alle sambil menatap wajah Kaira yang ikut berkaca-kaca, namun Alle tahu betul kalau Mamanya sedang menahan diri untuk tidak menangis.“Mama juga kangen sama kamu,” balas Kaira sambil mengusap lembut pipi anaknya. Meski sudah menikah, tetap saja di mata Kaira dan Dipta, Alle tetap menjadi putri kecilnya.Alle tersenyum manis ketika Dipta tak mau kalah ingin meminta pelukan darinya. Perhatian Alle pun kini berpindah ke cinta pertamanya, Papa Dipta.Cukup l
“Serius kamu tanya ini?” Raffa tidak percaya kalau Alle bakalan menanyakan hal ini kepadanya. Kalau Raffa tidak normal, mana mungkin minta nambah berkali-kali. Alle ada-ada aja!“Iyakan teman-teman kamu aja gitu semua,” jawab Alle dengan wajah tanpa dosanya. Mukanya benar-benar gemesin sekaligus ngeselin pengin masukin karung.Raffa yang mendapat pertanyaan itu justru merasa bingung sendiri saat ingin menjawab. Yang dilakukan Raffa hanya menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.Sampai akhirnya Raffa mengajak Alle untuk benar-benar pergi dari ruang itu. Sebelumnya Raffa berpamitan kepada Noah dan teman-temannya terlebih dahulu.Ketika sudah berada di area parkiran, Raffa kembali menatap Alle yang masih saja menunggu jawabannya.“Gini All, kalau aku nggak normal sudah pasti nggak nafsu sama kamu. Ini lihat kamu begini aja bawaan pengen ajak ke atas ranjang. Ngadon anak tiap waktu. Masa kamu masih berpikiran kalau aku nggak normal, sih!?” jelas Raffa panjang lebar karena
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y