Tidak pernah terpikirkan oleh Tian kalau Yupi akan menjebaknya seperti ini. Bocah polos dan bodoh itu ternyata sudah bisa menipunya. Tian pun menatap Yupi dengan pandangan penuh dendam yang membara.Apalagi saat ini hidupnya mulai hancur gara-gara Yupi! Mulai dari kehilangan Alle. Dapat ancaman dan bogem mentah dari Om Dipta berkali-kali, dan kini mendapat tekanan mental dari anak-anak STM yang sudah siap menggebukinya sampai mati.“Lo harus ingat! Kalau sampai lo berani sebar-sebar video itu, bukan hanya lo saja yang hancur tapi seluruh anggota keluarga lo yang ada di luar negeri pun akan dibuat sehancur dan menderita mungkin!” ancam Oky sekali lagi.Tian hanya bisa diam saja saat ini. Mau melawan pun sudah pasti orang-orang di sebelahnya akan langsung memberikan pukulan.Sedangkan untuk Yupi sendiri, dia entah kemana saat ini. Setelah Tian diseret paksa oleh segerombolan anak-anak STM temannya Oky untuk masuk ke dalam mobil, bocah bodoh itu mendadak hilang.“Kalau gue tanggung jawab
Alle yang sudah niat dari apartemen ingin mengembalikan ponsel kepada Tian justru laki-laki itu tidak berangkat sekolah hari ini.Hal ini sedikit membuat Alle bertanya-tanya dalam hatinya karena tumben sekali Tian tidak masuk. Biasanya anak itu sangat rajin sekali untuk masuk sekolah.“Lo kenapa, All?” tanya Nindi yang sibuk memakai bedak di wajahnya. “Kayaknya resah banget.”“Tian kenapa tumben nggak masuk hari ini, ya.”Nindi yang lagi fokus menggunakan bedak sampai terhenti. Menatap Alle dengan tatapan bingung. Kenapa juga Alle mengkhawatirkan cowok seperti Tian.Seakan tahu arti tatapan dari Nindi membuat Alle menghela napas panjang dengan kasar.“Gue mau balikin hape dia. Nggak ada maksud apa-apa kok,” jelas Alle sambil tersenyum kecut.Nindi tak berkomentar apapun dan memilih lanjut untuk menuntaskan aktifitas dandannya sebelum keluar dari kelas.Di jam pulang sekolah seperti ini, biasanya dimanfaatkan waktu untuk beberapa siswa untuk berdandan terlebih dahulu sebelum pulang.Sa
Kalian pasti sudah tahu bagaimana ending dari aksi kejar-kejaran antara Raffa dan Alle di dalam kamar ke arah mana dong.Yups! Mereka berakhir saling mencumbu dan grepe-grepe seperti biasa. Raffa sendiri sekuat tenaga menahan diri agar tidak lepas kontrol menggagahi Alle sebelum mereka menikah secara resmi.Selain itu, Raffa juga ingin Alle fokus ujian terlebih dahulu. Masalah bercinta bisa dilakukan setelah lulus nanti. Raffa dan Alle bisa melakukan sepuasnya.Mereka berdua pun setelah puas bermesraan lanjut untuk mengisi perut yang sudah keroncongan dari tadi. Dan, kini mereka tengah melakukan perjalanan menuju ke rumah Tian.“Kamu belajar terus nggak pusing emangnya?” kometar Raffa yang melihat Alle tampak fokus mempelajari ilmu rumus matematika selama perjalanan.“Belajar terus tapi nggak bikin pintar kayak kamu! Pas diterangin guru paham, tapi giliran suruh ngerjain soal lain malah bingung!” dumel Alle yang benci dengan pelajaran matematika, pokoknya nggak suka kalau ada perhitun
“Jadi selama ini lo cuma pura-pura jadi pacarnya Raffa!?” tanya Alle sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.“Hehehe, iya.” Nindi meringis lebar dan buru-buru memeluk Alle erat dari samping. “Sorry, ini ide gila dari Raffa demi pengin buat lo cemburu doang. Dia tuh suka sama cinta banget sama lo, All,” lanjut Nindi memberitahukan soal perasaan Raffa.Alle hanya diam saja karena masih merasa kesal dipermainkan oleh suami sekaligus sahabatnya. Tapi ada rasa bahagia ketika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.Yang membuat Alle salut, mereka berdua berani banget melakukan adegan ‘pernyataan cinta’ di depan semua orang. Sudah pasti semua orang mengira hal itu betulan.“All, jangan marah dong. Kalau mau marah sama Raffa aja karena dia datang-datang ke rumah gue buat minta bantuan buat jadi pacarnya doang gara-gara cemburu lo sama Tian,” cerocos Nindi mencoba merayu Alle terus menerus.Tak bisa marah terlalu lama kepada sahabatnya, Alle menoleh ke samping menatap Nindi dengan
Raffa yang melihat bibir pucat dari Alle merasa resah sekaligus cemas. Buru-buru Raffa menurunkan tubuh milik Alle ke dalam bathtube yang berisi air panas.“Apa masih dingin?” tanya Raffa dengan wajah yang terlihat begitu cemas. “Jangan lama-lama, biar aku mandikan.”“Hah!? Enggak mau!”Raffa menatap tajam ke arah Alle yang tampak tidak menurut. Mendapat pelototan tajam membuat Alle langsung menurut pasrah.Kini Raffa pelan-pelan melucuti semua pakaian milik Alle hingga tak tersisa satu pun yang menempel. Alle yang malu langsung menutup kedua gundukan dadanya dengan tangan.“Ngapain ditutupin, sih? Aku udah pernah lihat bahkan udah sering hisap juga, ‘kan?” ujar Raffa frontal yang membuat wajah Alle langsung merah menahan malu.Buru-buru Alle membuang wajah ke samping kala Raffa tengah menyabuni tubuhnya dari atas hingga kaki. Bahkan ketika memegang daerah inti tubuhnya membuat Alle menahan diri ketika tangan Raffa tampak sengaja mengelus-elus lembut di sana.Tak kuat dielus-elus, All
Selesai membeli obat di Apotek, Raffa memberikan obat kepada Alle. Menyuruh istrinya untuk istirahat.“Kamu tidur di mana?” tanya Alle menatap sayu ke arah Raffa.“Di lantai.”Alle melirik ke arah samping yang masih kosong. “Di sini aja. Lagian kita pernah tidur bersama di Puncak,” kata Alle sambil menepuk lemah ranjang di sampingnya.“Tapi … apa kamu gapapa?” Raffa menatap ragu ke arah ranjang kosong di samping tubuh Alle. Takutnya, Raffa tidak bisa menahan diri lagi kalau terlalu dekat seperti itu. Ditambah Alle lagi sakit, ngerinya malah dibuat makin capek sama Raffa.“Aku gapapa kok. Lagian kita udah suami istri.”Raffa menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya yang tak gatal sama sekali. Ya, memang kalau Alle tidak apa-apa, tapi tidak dengan Raffa!Tak mau membuat Alle sakit hati, Raffa pun menolak dengan cara halus. Raffa beralasan ingin belajar di ruang tv.“Yaudah kalau begitu,” balas Alle dengan suara lirih, kepalanya sudah tidak karuan. “Makasih banyak ya, Raff.”Raffa terse
Nindi yang melihat Alle pingsan langsung buru-buru menolongnya. Mengingat tidak kuat mengangkat tubuh sahabatnya, Nindi berteriak meminta bantuan kepada murid lain.Namun, saat sedang digotong secara bersama-sama menuju ke ruang kesehatan, Raffa yang sedang sibuk bermain game di ponselnya melirik ke arah luar kelasnya ketika mendengar berisik suara dari Nindi.“Minggir! Minggir!” teriak Nindi kencang.Saat melihat siapa yang sedang digotong, Raffa langsung berdiri dari posisi duduknya dan berlari kencang ke arah luar kelas.“Eh jancuk! Push rank!” teriak teman sekelas Raffa yang sedang main game bersama. Sedangkan Raffa tidak memedulikan itu semua.“Istri gue!?” seru Raffa yang membuat teman sekelasnya melongo. Lebih tepatnya kaget mendengar ucapan ngawur dari Raffa. Pasalnya berita pernikahan Raffa dan Alle baru tersebar di kelas Alle saja.Teeeet!Raffa tak memedulikan suara bel sekolah. Raffa terus berlari menuju ke dalam ruang kesehatan sekolah.Siswa yang membawa Alle langsung me
Satu minggu kemudian.Kondisi kesehatan Alle sudah membaik seperti sedia kala. Alle bahkan tinggal bersama kedua orang tuanya untuk beberapa hari ke depan selama ujian berlangsung. Semua ini keputusan bersama antara Alle juga Raffa.Gimanapun mereka berdua tahu kalau berduaan saja di apartemen menimbulkan ketidakfokusan keduanya untuk belajar.Saat hari terakhir melakukan ujian, Alle sedikit pesimis karena pelajaran yang diujikan adalah matematika. Lain hal dengan Raffa yang begitu fokus mengerjakan hingga tampak begitu mudah baginya.Waktu pun terus berjalan, Raffa yang memang sangat jago matematika sudah keluar ruang kelas terlebih dahulu. Sengaja Raffa tidak langsung pulang seperti hari-hari kemarin karena hatinya sudah merasa kangen dengan Alle.Di dalam kelas, Alle rasanya ingin menangis ketika melihat soal ujian yang menurutnya susah. Padahal pas diterangkan guru otaknya sudah paham, tapi ketika sudah begini menjadi lupa rumus perhitungan.Teeeet!“Silakan dikumpulkan,” kata Gur