Kaira yang semalam memikirkan Dipta hingga menangis sampai kelelahan, kini baru tersadar dari tidurnya. Kepalanya yang terasa berat juga pening membuat penglihatan Kaira sedikit berkunang-kunang.Dilihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi membuat Kaira terpaksa harus tetap bangun.Apalagi ada nyawa lain yang saat ini membutuhkan nutrisi dari dalam tubuhnya. Kaira pun turun ke bawah dengan sedikit sempoyongan.“Lho, Kai, wajah kamu pucat banget,” komentar Vania yang saat ini sedang sibuk bermain dengan Alle di ruang keluarga.“Kepala Kaira pusing banget, Ma. Rasanya berat juga,” jawab Kaira dengan jujur.“Yaudah kamu istirahat lagi aja.”Kaira menggelengkan kepala sebagai jawaban. Yang dilakukan Kaira terus berjalan menuju ke area dapur.Sedangkan Vania hanya bisa menghela napas saja ketika melihat anak dan menantunya akhir-akhir ini sering berantem.Melihat Kaira sudah kembali lagi dari area dapur menuju ke ruang keluarga, membuat Vania menatap dengan tatapan kasiha
Kaira tengah menangis tersendu-sendu di teras samping. Katung mata yang sudah hitam kini bertambah sembab akibat Kaira yang terus menangis tiada henti.Apa pernikahan yang diawali tanpa cinta akan terus berakhir seperti ini? Tahu akan begini, Kaira nggak melabuhkan hatinya kepada Dipta. Biarkan pernikahan itu menjadi nikah kontrak saja.“Kai.”Kaira menoleh ke arah pintu yang terdapat Dipta di sana. Namun, Kaira buru-buru memalingkan wajahnya untuk tak menatap Dipta.“Kita ke kamar selesaikan masalah.”“Nggak mau!” tolak Kaira tegas.“Nggak enak dilihat orang lain.”“Bodo amat!”Dipta yang melihat sikap istrinya seperti itu hanya bisa menghela napas kasar dengan sisa rasa sabarnya itu.Alhasil Dipta yang mengalah dengan duduk di samping tubuh Kaira. Namun, lagi-lagi Kaira yang tampak menghindar dengan bergeser tempat duduk agar menjauh dari Dipta.“Kamu kenapa, sih?” tanya Dipta dengan suara yang lebih lembut kali ini. Dipta sadar jika nada suaranya tadi di kamar sangat kencang.“Aku
Kaira mendadak takut ketika Dipta kini mulai merangkak di atas tubuhnya. Apalagi saat ini kondisinya sedang berantem. Tapi kenapa suaminya malah tampak mesum begini? Sungguh sangat aneh.“Kamu mau apa, sih, Mas?” tanya Kaira begitu polosnya.“Selesaiin masalah.”Kaira mengerutkan kening bingung dengan ucapan Dipta. Selesaikan masalah kenapa harus begini adegannya.Merasa risih dengan posisi seperti ini, Kaira mencoba mendorong tubuh Dipta untuk menyingkir dari atasnya.“Awas,” usir Kaira yang mencoba untuk bangun dari posisinya tapi ditahan kencang oleh Dipta.“Nggak!”“Katanya mau selesaiin masalah, tapi kena—“Ucapan Kaira mendadak terhenti ketika Dipta langsung membungkam mulutnya dengan bibir pria itu. Bahkan kali ini Dipta tampak menyedot bibir bagian bawah milik Kaira dengan kencang yang membuat sang empu memekik kesakitan.Tak hanya itu saja, tangan Dipta pun mulai terampil melucuti pakaian milik Kaira dengan terus membuat Kaira menikmati segala cumbuannya.Meski awalnya tampak
Tiba di tempat tujuan, Kaira langsung menggamit lengan milik Dipta dengan begitu posesifnya. Hal ini membuat Dipta melirik ke arah Kaira sambil mengerutkan kedua alis bingung. Tumben sekali istrinya bersikap begini.Dipta yang merasa senang sedikit berdeham kecil. Sedangkan Kaira justru semakin mengeratkan pelukan di lengan sang suami.“Kamu tumben begini?” bisik Dipta pelan di samping telinga Kaira.“Soalnya banyak cewek-cewek di sini! Aku takut mereka nanti godain kamu!” jawab Kaira jutek.Dipta menyengir saja ketika istrinya tampak cemburu buta seperti ini. Dipta senang dicemburui begini, tapi kalau terlalu berlebihan juga lama-lama membuatnya tak nyaman.Kini mereka berdua pun memesan dua porsi untuk dimakan di tempat. Kaira yang memang sangat lapar menyantap makanan itu dengan lahapnya.“Pelan-pelan makannya,” ujar Dipta mengingatkan, bahkan tak segan-segan mengusap ujung bibir milik istrinya yang terdapat sambal sate. “Makan sate aja belepotan gini kayak Alle,” lanjutnya meledek
Bisa Kaira lihat ekspresi wajah Inez yang langsung mendadak kaget juga tegang. Mungkin dia tidak tahu kalau chat dia yang semalam membalas itu Kaira.Tak mendapat balasan uluran tangan dari Inez membuat Kaira menarik kembali tangannya, dan kini ia langsung duduk berhadapan di depan Inez.“Semalam chat kamu yang balas saya,” ujar Kaira memberitahukan soal ini kepada Inez, yang dari tadi memilih diam saja sambil menunduk ke bawah dengan muka yang tampak memerah.“Kenapa kamu terus mengirimi pesan chat ke suami saya?” lanjut Kaira mulai mencecar wanita di depannya. Kaira akui kalau Inez itu cantik banget. Tapi sayang menjadi minus di mata Kaira karena sikapnya yang suka godain suami orang.“Itu hanya soal kerjaan saja kok,” jawabnya santai, bahkan kini berani menatap wajah Kaira yang sudah tampak menahan kesal.“Kerjaan? Mana ada kerjaan yang tanya ‘sudah makan belum’ dan lain-lainnya!” seru Kaira yang sudah tidak bisa menahan diri lagi.“Itu chat biasa aja kok. Nggak ada maksud apa-apa
“Jadi Bapak sudah tidak mau pakai saya lagi?” tanya Inez dengan tatapan sendunya, apalagi Dipta memutuskan untuk mengganti orang untuk menangani proyeknya itu.“Ya, saya terpaksa melakukan ini karena demi keutuhan rumah tangga saya, Nez.”“Saya padahal bercanda doang begitu, Pak. Ternyata istri Bapak salah paham.”“Tapi bercanda kamu tidak lucu. Istri saya lagi hamil, dan emosinya jadi tidak stabil gara-gara cemburu sama kamu. Saya juga tidak mau dia kenapa-kenapa nantinya.”“Beruntung banget istri Bapak dapatin suami seperti ini,” puji Inez sambil menunduk sedih karena harus berhenti bekerja sama dengan Dipta.“Justru saya yang beruntung dapatin dia,” balas Dipta yang membuat hati Inez semakin terluka. Akan tetapi perempuan itu tetap tersenyum meski dipaksakan. Ternyata aduan istrinya Dipta tidak main-main. “Maaf kalau kata-kata saya menyakiti hati kamu.”“Tidak apa-apa, Pak. Lagipula saya yang salah menyukai pria yang sudah beristri,” akui Inez mulai berani terang-terangan di depan
Beberapa tahun kemudian.Setelah melahirkan anak kedua, Kaira tak lama dibuat hamil kembali. Bukan tanpa alasan Dipta melakukan ini. Pasalnya anak yang lahir ternyata berjenis kelamin perempuan, yang mana Dipta ingin memiliki anak laki-laki.Untungnya kehamilan ketiga ini, Kaira tidak merasakan mual atau ngidam yang aneh-aneh. Hanya saja perasaan Kaira sangat begitu sensitif, hingga gampang sekali menangis.Anak kedua mereka pun diberi nama Okyana Sasmita Kertakusuma, yang biasa dipanggil akrab oleh orang sekitar dengan sebutan Oky.“Sayang, aku berangkat kerja dulu, ya,” pamit Dipta seperti biasa, selalu memberikan kecupan cinta di seluruh wajah istrinya.“Hm.”Kali ini Kaira kalah dengan prinsip hidupnya yang ingin mengurus anak-anaknya dengan tangan sendiri. Nyatanya Kaira sangat butuh bantuan orang lain untuk mengurus Oky, hingga pada akhirnya Dipta mencarikan babysitter untuk putrinya itu.Tak hanya sampai di situ saja, Kaira juga memberikan kualifikasi babysitter untuk anaknya y
“Anaknya perempuan Pak, Ibu,” jawab Dokter yang tengah menggendong bayi milik Dipta dan Kaira. “Sangat cantik seperti Ibunya,” lanjutnya memuji sambil memberikan bayi itu ke salah satu perawat.Lain hal dengan Dipta yang masih melongo tidak percaya kalau anak ketiganya adalah perempuan. Padahal Dipta berharap kalau anaknya kali ini adalah laki-laki, tapi lagi-lagi takdir berkata lain.Seakan tahu isi hati suaminya yang kecewa, Kaira segera mengelus lembut lengannya yang membuat Dipta menoleh ke arah Kaira dengan senyum tipisnya.“Maaf ya, Mas, anaknya perempuan lagi,” ucap Kaira yang justru merasa tidak enak sendiri dengan suaminya.Ya, meski bisa dibilang ini sudah menjadi takdir dari Tuhan, tapi Kaira bisa merasakan bagaimana harapan suaminya yang sangat menginginkan anak laki-laki.“Gapapa, apapun jenis kelaminnya yang penting sehat,” jawab Dipta sambil tersenyum tipis.“Tapi kalau kamu mau, kita bisa program buat anak laki-laki,” celetuk Kaira yang membuat kedua bola mata Dipta la