Bisa Kaira lihat ekspresi wajah Inez yang langsung mendadak kaget juga tegang. Mungkin dia tidak tahu kalau chat dia yang semalam membalas itu Kaira.Tak mendapat balasan uluran tangan dari Inez membuat Kaira menarik kembali tangannya, dan kini ia langsung duduk berhadapan di depan Inez.“Semalam chat kamu yang balas saya,” ujar Kaira memberitahukan soal ini kepada Inez, yang dari tadi memilih diam saja sambil menunduk ke bawah dengan muka yang tampak memerah.“Kenapa kamu terus mengirimi pesan chat ke suami saya?” lanjut Kaira mulai mencecar wanita di depannya. Kaira akui kalau Inez itu cantik banget. Tapi sayang menjadi minus di mata Kaira karena sikapnya yang suka godain suami orang.“Itu hanya soal kerjaan saja kok,” jawabnya santai, bahkan kini berani menatap wajah Kaira yang sudah tampak menahan kesal.“Kerjaan? Mana ada kerjaan yang tanya ‘sudah makan belum’ dan lain-lainnya!” seru Kaira yang sudah tidak bisa menahan diri lagi.“Itu chat biasa aja kok. Nggak ada maksud apa-apa
“Jadi Bapak sudah tidak mau pakai saya lagi?” tanya Inez dengan tatapan sendunya, apalagi Dipta memutuskan untuk mengganti orang untuk menangani proyeknya itu.“Ya, saya terpaksa melakukan ini karena demi keutuhan rumah tangga saya, Nez.”“Saya padahal bercanda doang begitu, Pak. Ternyata istri Bapak salah paham.”“Tapi bercanda kamu tidak lucu. Istri saya lagi hamil, dan emosinya jadi tidak stabil gara-gara cemburu sama kamu. Saya juga tidak mau dia kenapa-kenapa nantinya.”“Beruntung banget istri Bapak dapatin suami seperti ini,” puji Inez sambil menunduk sedih karena harus berhenti bekerja sama dengan Dipta.“Justru saya yang beruntung dapatin dia,” balas Dipta yang membuat hati Inez semakin terluka. Akan tetapi perempuan itu tetap tersenyum meski dipaksakan. Ternyata aduan istrinya Dipta tidak main-main. “Maaf kalau kata-kata saya menyakiti hati kamu.”“Tidak apa-apa, Pak. Lagipula saya yang salah menyukai pria yang sudah beristri,” akui Inez mulai berani terang-terangan di depan
Beberapa tahun kemudian.Setelah melahirkan anak kedua, Kaira tak lama dibuat hamil kembali. Bukan tanpa alasan Dipta melakukan ini. Pasalnya anak yang lahir ternyata berjenis kelamin perempuan, yang mana Dipta ingin memiliki anak laki-laki.Untungnya kehamilan ketiga ini, Kaira tidak merasakan mual atau ngidam yang aneh-aneh. Hanya saja perasaan Kaira sangat begitu sensitif, hingga gampang sekali menangis.Anak kedua mereka pun diberi nama Okyana Sasmita Kertakusuma, yang biasa dipanggil akrab oleh orang sekitar dengan sebutan Oky.“Sayang, aku berangkat kerja dulu, ya,” pamit Dipta seperti biasa, selalu memberikan kecupan cinta di seluruh wajah istrinya.“Hm.”Kali ini Kaira kalah dengan prinsip hidupnya yang ingin mengurus anak-anaknya dengan tangan sendiri. Nyatanya Kaira sangat butuh bantuan orang lain untuk mengurus Oky, hingga pada akhirnya Dipta mencarikan babysitter untuk putrinya itu.Tak hanya sampai di situ saja, Kaira juga memberikan kualifikasi babysitter untuk anaknya y
“Anaknya perempuan Pak, Ibu,” jawab Dokter yang tengah menggendong bayi milik Dipta dan Kaira. “Sangat cantik seperti Ibunya,” lanjutnya memuji sambil memberikan bayi itu ke salah satu perawat.Lain hal dengan Dipta yang masih melongo tidak percaya kalau anak ketiganya adalah perempuan. Padahal Dipta berharap kalau anaknya kali ini adalah laki-laki, tapi lagi-lagi takdir berkata lain.Seakan tahu isi hati suaminya yang kecewa, Kaira segera mengelus lembut lengannya yang membuat Dipta menoleh ke arah Kaira dengan senyum tipisnya.“Maaf ya, Mas, anaknya perempuan lagi,” ucap Kaira yang justru merasa tidak enak sendiri dengan suaminya.Ya, meski bisa dibilang ini sudah menjadi takdir dari Tuhan, tapi Kaira bisa merasakan bagaimana harapan suaminya yang sangat menginginkan anak laki-laki.“Gapapa, apapun jenis kelaminnya yang penting sehat,” jawab Dipta sambil tersenyum tipis.“Tapi kalau kamu mau, kita bisa program buat anak laki-laki,” celetuk Kaira yang membuat kedua bola mata Dipta la
Beberapa tahun kemudian.Setelah sepakat dengan keputusan berdua, akhirnya baik Dipta maupun Kaira diberi kepercayaan lagi untuk menambah momongan. Kini mereka pun memiliki tiga putri yang cantik, dan 2 putra yang tampan.Kehidupan mereka semakin berubah ketika semakin bertambahnya usia. Jika semakin lama mungkin ada kecenderungan rasa bosan, namun tidak berlaku bagi Dipta dan Kaira yang justru semakin hari semakin harmonis dan kompak membesarkan anak-anaknya hingga mereka sudah remaja seperti saat ini.Ya, anak pertama mereka, Alle sudah memasuki usia 18 tahun, yang mana kini sudah kelas tiga SMA, dan akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sikapnya yang tegas membuat adik-adiknya segan.Sedangkan untuk Oky, anak kedua mereka kini masih duduk di bangku kelas dua SMA. Namun, ada yang berbeda dengan Oky. Dia sesosok perempuan yang sering dipanggil oleh guru BK karena kebar-baran di sekolah, yang membuat Kaira sudah kenyang sering mendapat surat panggilan.Untuk anak
"Pagi anak-anak Mama," sapa Kaira kepada anak-anaknya yang tengah berjalan masuk ke ruang makan.Kaira yang tengah sibuk menyiapkan lauk-pauk, menatap semringah kepada anak-anaknya yang selalu membuat hari-harinya semangat."Pagi, Ma," balas Alle dengan wajah suntuk terlihat masih ngantuk."Pagi juga Mamaku yang super cantik," jawab Januar dengan wajah yang selalu ceria."Sok asyik banget nih bocil," ledek Oky seperti biasa. "Pagi juga ibu perinya aku yang super baik dan sabar," tambah Oky memuji Kaira.Dipuji oleh anak-anak membuat Kaira tersenyum manis. Meski ada satu anaknya, Ben, tidak pernah memuji bahkan membalas ucapan selamat paginya, Kaira tetap senang meski hanya melihat wajahnya saja.Merasa ada yang kurang, Kaira mengerutkan kening ke arah kursi yang kosong."Yupi mana?" tanya Kaira kepada anak-anaknya yang semuanya kompak mengangkat kedua bahu karena tidak tahu."Kamu satu kamar sama Kak Yupi semalam, dia belum bangun atau lagi apa, Dek?" tanya Alle yang mencoba mencari t
“Kamu cinta, ‘kan, sama aku?” tanya Tian kepada gadis yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP. Siapa lagi kalau bukan Yupi. Gadis polos yang menjadi senjata untuk mengancam Alle nantinya. “Iya dong, Ayang. Aku cinta banget sama kamu,” jawab Yupi penuh keyakinan. “Kalau begitu aku minta sesuatu sama kamu boleh dong.” “Emang minta apa?” “Making love!” Tak ada suara dari ujung telepon sana yang membuat Tian merasa tidak sabaran sendiri. Laki-laki itu kembali menanyakan soal perasaan Yupi kepadanya, dan mendikte gadis itu agar selalu menurut apapun yang diperintahkannya. Lain hal dengan Alle yang saat ini tengah sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya sambil tertawa ceria membahas film lucu yang tengah mereka tonton di platform berbayar. Hingga sesosok Tian masuk ke dalam kelas bersama dua teman lainnya dengan wajah tengil seperti biasa. “Alle sayang,” panggil Tian sambil mengerlingkan sebelah matanya genit, yang membuat Alle langsung membuang muka ke arah lain. Tak lama bel se
“Lepas! Kenapa lo selalu nolongin gue!” seru Alle menatap heran ke arah Raffa yang tampak terlihat datar seperti biasanya.“Gue nggak sengaja denger teriakan tadi di toilet. Berisik tau nggak!” jawabnya jutek.Alle yang ingin marah justru merasa tidak enak sendiri. Alhasil yang dilakukan gadis itu hanya membuang napasnya kasar.Apalagi saat ini Raffa membawa Alle ke atas gedung sekolah, di mana tidak terdapat siapa-siapa di sini karena semua kelas tengah sibuk menerima pelajaran dari Bapak atau Ibu guru.“Yaudah makasih udah tolongin tadi,” lirih Alle sambil menunduk ke bawah, menatap kedua sepatunya yang ikatan talinya ternyata lepas.Baru akan berjongkok untuk membetulkan ikatan tali sepatunya, Alle terkejut ketika tubuh milik Raffa ternyata lebih dulu berjongkok di depannya sambil mengikatkan tali sepatu yang terlepas.Hal ini membuat Alle merasa bingung sendiri. Apa tujuan dan maksud Raffa melakukan ini kepadanya. Ingin menanyakan soal perasaan Raffa kepadanya, tapi Alle terlalu m