Terima kasih dukungannya ya 🙏, bikin author semangat nulis. 🫶 Hari ini up 3 bab 🫰
Tubuh Alex terlihat menonjol karena tinggi dan kulitnya yang putih. Namun Alex berusaha berjalan menunduk menutupi wajahnya dengan tangan.Berjongkok di samping bak sampah yang cukup besar, mampu menutupi tubuhnya. Dia berusaha mencari cara agar Mona bisa melihatnya. Hingga akhirnya Alex memanggil satu anak kecil penjual tisu keliling.“Katakan pada wanita yang memakai dress bunga untuk datang kemari.” Ucap Alex sembari memberikan uang sepuluh ribu pada anak itu, lalu menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah Mona berdiri.Bocah laki-laki berusia sekitar sepuluh tahun tampak senang dan menerima uang itu, lalu segera menuruti perintah Alex. Menghampiri Mona dan membisikkan sesuatu padanya.Mona mengarahkan pandangannya ke arah bak sampah. Mengulas senyum ketika melihat keberadaan Alex di sana. Mona segera melangkah menghampiri Alex.“Lex, ada apa? Kenapa bersembunyi seperti ini?” Tanya Mona dengan raut penasaran.“Kau lihat dua pria yang berdiri di samping mobil ayahmu.” Ucap Alex membe
Alex kembali bersembunyi, kali ini dia memilih untuk bersembunyi di samping pos sekuriti. Pandangannya masih mengawasi ke arah dua pria yang masih berdiri di sisi pick-up.Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa keluar dari sana tanpa diketahui kedua pria itu.Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk mencari bantuan orang lain agar bisa membawa mobil pick-up itu keluar.Kebetulan ada rekan sekuriti yang bisa mengemudikan mobil.“Pak, saya minta tolong bisa kemudikan mobil pick-up itu keluar? Jika kedua orang itu bertanya, tolong jelaskan jika mobil ini hanya sewaan.” Ucap Anggara menunjuk pada mobil pick-up, sembari merogoh selembar lima puluh ribu dari saku celana. Itu uang satu-satunya yang ia miliki, namun tak ada jalan lain selain menggunakannya.“Baik mas, tapi kedua orang itu siapa? Kok sepertinya bukan orang sini?” Tanya pria rekan sekuriti.“Saya juga tidak mengenalnya, pak. Sepertinya orang itu berniat jahat, dan ingin mencari saya.” “Kalau begitu ceritanya, lapor saja sa
“Alex? Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?” Hartono kembali memarkirkan motor tuanya, lalu segera menghampiri Alex. Matanya menelisik pada wajah dan tubuh Alex, memastikan keadaan pria itu. Hartono bersyukur karena tak mendapati luka serius di tubuh Alex, hanya beberapa goresan pada kedua tangan. “Maafkan saya pak Har. Saya datang terlambat.” Ucap Alex masih mencoba menutupi hal yang terjadi pada dirinya. “Kemana kedua orang itu?” Tanya Hartono mengabaikan ucapan Alex. Dirinya lebih khawatir akan keselamatan yang mengancam pemuda ini. Alex mengangkat sebelah alisnya, merasa sedikit bingung. Dirinya belum bercerita apapun, dan ingin merahasiakan dari Hartono. Niatnya agar pria tua itu tidak banyak pikiran, karena kondisi Hartono yang masih tidak enak badan. “Mona sudah cerita semua, Lex. Katakan dimana kedua preman itu? Apa perlu bapak lapor ke polisi?” Hartono melihat kebingungan Alex. Karena Alex tak kunjung menjawab maka dia berusaha menjelaskan agar pemuda itu paham maksud
Pagi hari, Alex bangun sebelum matahari muncul. Meskipun hanya tidur selama tiga jam, Alex terlihat bersemangat bersiap melakukan perjalanan ke Jakarta. Dia sudah meminta ijin Hartono untuk membawa sebagian baju yang Hartono pinjamkan.Mona yang baru saja mendengar tentang niat Alex akan pergi ke Jakarta, sontak terkejut. Jauh dalam hati Mona merasa tidak rela melepas kepergian pemuda yang telah mencuri hatinya dari awal pertemuan. Namun Mona cukup tahu diri, jika dirinya tidak berhak untuk melarang.Alex sudah bersiap dengan motor GL pro keluaran tahun 90an, milik Hartono.“Berhati-hatilah di jalan, Alex. Bapak selalu mendoakan keselamatanmu.” Ucap Hartono melepas kepergian Alex.Sementara Mona hanya terdiam di ambang pintu dengan perasaan tak menentu. Hingga Alex bergerak semakin menjauh, Mona segera melangkah memasuki kamar. Membuat Hartono sedikit heran dengan sikap putrinya.Hartono menghampiri kamar putrinya. Melihat Mona yang berbaring tengkurap, menutup wajahnya dengan bantal.
Sudah tiga hari Akira dibuat cemas dengan keberadaan suaminya. Selama itu pula Argi tak menghubunginya, bahkan nomornya tak aktif hingga sekarang.Akira mencoba mencari tahu apa kesalahan yang membuat suaminya berubah sedemikian rupa.“Apa lebih baik aku datang ke rumah orang tua Argi? Mungkin mereka tahu.” Sebuah ide terlintas di pikirannya. Akira memutuskan untuk mengunjungi mertuanya hari ini. Semenjak menikah, Akira sama sekali tidak pernah mengunjungi rumah mertuanya.Akira bersiap dalam waktu beberapa menit. Dia sengaja tidak mengajak Ashley, karena Akira tahu betul bagaimana sikap ketidaksukaan kedua mertuanya pada Ashley. Akira tidak ingin putrinya merasakan penolakan.“Bik, tolong jaga Ash selama saya pergi. Nanti jika tuan datang atau menelpon, bilang saja jika aku mengunjungi rumah pak Raditya.” Pamit Akira pada Rumi. Akira sengaja pergi ketika putrinya tengah tidur siang.Suara klakson taksi terdengar dari depan, Akira segera beranjak keluar gerbang.Meskipun Argi pernah m
“Mas Argi?” Senyum menghilang dari bibir Akira, berganti dengan raut wajah terkejut dan penuh pertanyaan. Melihat pemandangan tak terduga di hadapannya. Akira bisa melihat tangan suaminya yang memeluk pinggang sang wanita, sementara kedua tangan wanita melingkar di leher suaminya. Kedua orang yang tengah duduk bermesraan di sofa, sontak menoleh ke arah Akira. “Akira? Siapa yang menyuruhmu kesini?” Tanya Argi dengan mata melebar, tak menyangka jika istrinya berada di rumah orang tuanya. Argi menyuruh perempuan di pangkuannya untuk berdiri dan sedikit menjauh. Mata Akira menelisik pada penampilan wanita yang bersama suaminya. Wanita memakai blus dengan dua kancing atas yang terbuka, membuat bongkahan ranum di dadanya terekspos. Juga rok span mini yang memperlihatkan paha mulusnya. Melihat ekspresi wanita yang awalnya terkejut, sekarang memandangnya dengan tatapan mengejek. Membuat Akira yakin jika wanita itu bukanlah orang baik. “Mas Argi, siapa dia? Siapa perempuan ini?” Tanya Akira
Alex terbangun karena mimpi buruk. Peluh membanjiri dahi dan pelipisnya. Nafas memburu, matanya merotasi ke sekeliling ruangan sempit.Mendadak dadanya terasa sesak, hatinya merasakan sakit tanpa sebab.Alex melirik ke arah jam di ponsel, masih jam 9 malam. Baru tiga jam dirinya tertidur karena kelelahan.Alex tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa dia merasakan kekhawatiran pada hal yang dia sendiri tidak mengerti?Alex beranjak dari kasur tipis, melangkah menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. Berharap itu akan menghapus sedikit rasa sesak di dada.“Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku merasa sedih tanpa sebab?” Anggara memandang dirinya pada cermin kecil. Hingga tatapannya tertuju pada wajah wanita yang terukir di dada kanannya.Tangannya bergerak menyentuh foto wanita itu.“Siapa kamu? Mengapa aku seperti mengenalmu? Apa kamu adalah bagian dari hidupku? Hingga aku melukis wajahmu di sini?” Pertanyaan yang terus berputar di kepala Alex. Namun seberapa kerasnya dia b
Akira masih terdiam, menatap Baskoro dengan tatapan pilu.“Baiklah, ijinkan papa menghubungi suamimu.” Baskoro tak memerlukan jawaban Akira, dia memutar langkahnya keluar dari ruangan untuk menghubungi Argi.Panggilan pertama tak ada jawaban, Baskoro masih mengulangi, hingga ketiga kali. Hingga akhirnya panggilannya dijawab.“Datanglah ke klinik Husada! Istrimu dirawat di sini.” Ucap Baskoro singkat, lalu segera mengakhiri panggilan.Pikiran Baskoro diliputi praduga. Keadaan Akira saat ini tentu erat kaitannya dengan suaminya. Namun dia akan menunggu sampai dugaannya terbukti. Baskoro yakin Argi akan datang kemari.Baskoro kembali duduk di kursi tunggu, menunggu hingga Argi datang. Jarak antara rumah Argi dengan klinik tak jauh. Dia pasti akan segera datang.Tak lama, lima belas menit berlalu. Baskoro melihat sosok Argi dari kejauhan. Melangkah dengan tergesa semakin mendekat ke arahnya.Baskoro bangkit berdiri, ketika Argi hampir sampai. Menatap tajam ke arah pria arogan di hadapanny
Dokter wanita menghembuskan nafas pelan, lalu kembali memandang Akira. “Jangan khawatir nyonya Akira, bayi-bayi anda tumbuh dengan baik. Kabar yang akan kalian dengar justru adalah kabar baik.” Dokter menjeda ucapannya. Anggara yang sedari tadi memperhatikan ucapan dokter dengan serius, kini bisa bernafas lega. Dokter mengalihkan pandangan ke Anggara lalu berkata, “pak Anggara, istri anda tengah mengandung bayi kembar.” Ucapan dokter sontak membuat Anggara terkejut hingga matanya membulat sempurna. Namun hanya sesaat, raut wajahnya berganti dengan kebahagiaan. “Benarkah?” tanyanya seakan ingin memastikan perkataan dokter. Dokter wanita itu segera menunjuk ke arah monitor, memperlihatkan rahim Akira yang memiliki dua kantong janin yang terpisah. Masing-masing kantong terlihat calon buah hati mereka yang terlihat sangat kecil. Rasa kebahagian Akira kini semakin lengkap. Kehilangan putra tercinta setahun yang lalu, namun kini Tuhan menggantinya dengan dua anak sekaligus. Tak henti
“Seperti dugaan saya, nyonya Akira hamil. Dan usia kandungannya masih lima Minggu,” ucap dokter Arya. “Nanti jika ingin mengetahui detailnya, anda bisa mengunjungi rumah sakit. Kami bisa melakukan USG untuk memastikan.” Orang-orang yang berdiri mengelilingi Akira sangat terkejut, terlebih Anggara yang sudah berbulan-bulan menantikan kabar baik ini. “Secepatnya kami akan mengunjungi rumah sakit. Lalu apa ada obat untuk mengurangi mual? Hari ini istri saya sering merasakan mual,” tanya Anggara sembari menggenggam erat tangan Akira. “Saya akan resepkan obat mual dan vitamin. Nanti tolong pak Anggara menebusnya di apotik terdekat.” Dokter pun segera menulis resep dan memberikannya pada Anggara. “Terima kasih, dok.” Anggara hendak mengantarkan dokter itu, namun Baskoro menahannya. “Temanilah istrimu! Biar papa yang mengantar dokter Arya,” ucap Baskoro terdengar seperti sebuah perintah. Anggara pun mengangguk, kembali menghampiri istrinya dan duduk di sisi ranjang. “Kau dengar? Anak k
Karena tamu undangan sudah hadir, maka acara segera dimulai. Anggara dan Akira berdiri di samping putri kesayangannya.Ashley tampak cantik dengan balutan dress putih. Rambut hitam lebatnya terurai berhiaskan sebuah mahkota di atas kepala.Lagu selamat ulang tahun berkumandang, mengiringi orang-orang yang bernyanyi. Setelah lagu selesai, Ashley meniup lilin angka tiga itu dengan antusias.Kini giliran Ashley menyuapkan kue pertama pada kedua orang tuanya. Ashley mengambil sesendok kue, hendak memberikan suapan pertama pada ibunya.Akira menerima suapan itu, lalu mencium kening Ashley dengan penuh kasih. Namun saat hendak menelan kue, mendadak perutnya bergejolak. Diapun segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.“Ada apa sayang?” tanya Anggara dengan raut wajah panik. Namun Akira hanya menepuk bahu Anggara dan segera menuruni panggung dengan langkah terburu-buru.Anggara kehilangan konsentrasi, namun tak mungkin jika dirinya pergi dari sana meninggalkan putrinya sendiri. Maka dari
Dalam sepekan, Anggara dan keluarganya menghabiskan waktu liburnya di Pulau Dewata, tentu waktu yang membahagiakan dan banyak kenangan yang terukir.Janji Anggara dua tahun lalu sudah digenapi. Sebelum dia berangkat ke Jepang, Anggara telah berjanji akan mengajak istrinya untuk berlibur ke Bali. Namun karena kasus kematian palsunya, membuat janji itu tertunda.Namun takdir kembali mempertemukan dirinya dengan Akira dan keluarga kecilnya.Waktu berjalan sangat cepat, kehidupan rumah tangga Akira dan Anggara hanya dipenuhi oleh kebahagian.Pagi itu keluarga Anggara tengah menyiapkan sebuah pesta untuk ulang tahun Ashley yang ketiga.Pekarangan rumah telah ditata oleh tim pendekor yang sengaja disewa Anggara. Dekorasi layaknya pesta kebun. Dengan sebuah panggung kecil di tengah taman. Serta beberapa pernak pernik anak perempuan, dari bunga dan balon warna-warni.Anggara sengaja meliburkan seluruh karyawannya agar bisa datang memeriahkan acara. Juga tetangganya yang memiliki anak kecil ju
Malam semakin larut, ketika mereka tiba di tempat penginapan. Jarak yang tak terlalu jauh, namun karena kondisi macet membuat perjalanan terasa lambat.Kini Anggara dan Akira berada di kamar mereka yang berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama, dimana kedua orangtuanya beristirahat.“Mas Aang, mau mandi duluan?” tanya Akira yang merasa tubuhnya terasa lengket karena perjalanan panjang.“Mandilah terlebih dulu, nanti aku menyusul,” jawab Anggara, lalu membimbing istrinya untuk memasuki kamar mandi terlebih dulu.Akira memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam bathup yang telah terisi dengan air hangat. Mungkin dengan ini, bisa membuat tubuhnya rileks dan rasa lelahnya hilang.Akira segera mengikat rambut panjangnya dan menanggalkan seluruh kain yang melekat di tubuhnya, lalu melangkah memasuki bathup.Dan benar, tubuhnya terasa rileks ketika terendam dalam air hangat yang dipenuhi busa itu.Hingga beberapa menit berlalu, Akira menyadari jika suaminya tak kunjung datang. Bukanka
Anggara sudah merencanakan liburan keluarga. Selama satu pekan menghabiskan liburan di Pulau Dewata. Menyerahkan segala tugas kantornya pada Taufan dan Bayu.Meskipun awalnya Anggara hendak melakukan bulan madu berdua, namun hatinya tidak tenang jika tidak mengajak Ashley.Baskoro dan Ruth turut serta dalam perjalanan kali ini.“Ang, papa dan mama tinggal di rumah saja. Bukankah ini liburan untuk kalian berdua? Maksud mama, kamu dan istrimu?” “Justru itu ma, aku akan tenang jika putriku juga ikut. Maka dari itu, Aang meminta mama dan papa juga ikut. Kita bisa menghabiskan akhir tahun di sana,” jelas Anggara.Hingga akhirnya Ruth dan Baskoro pun menuruti permintaan putranya, karena Anggara sudah terlanjur memesan tiket untuk semua keluarganya.“Baiklah, anggap saja mama jadi pengasuh Ash nanti dan kalian cepatlah memiliki momongan lagi. Mama tidak sabar ingin menggendong cucu lagi,” balas Ruth mengerlingkan mata ke arah menantunya. Membuat Akira tersipu dengan pipi merona merah."Ini
“Lakukan, mas! Aku menginginkannya!” ujar Akira dengan nafas terengah-engah, menahan gejolak gairah yang mulai muncul.Anggara kembali memagut bibir Akira, sembari memasukkan miliknya dalam tubuh sang istri. Gerakan perlahan, hingga miliknya terbenam seluruhnya dalam rahim Akira.Menikmati sensasi yang membuat keduanya sama-sama tenggelam dalam lautan kenikmatan.“Mphhhhhh…” Akira mendesah tertahan, karena mulutnya yang terbungkam. Membiarkan lidah Anggara menjelajahi rongga mulutnya.Hingga tak lama, Anggara mengurai tautan bibirnya sebelum Akira kehabisan nafas. Lidahnya kembali menjelajahi daun telinga Akira hingga leher putihnya. Sensasi yang membuat milik Akira semakin basah. Namun Anggara masih dalam posisi diam, membiarkan miliknya terbenam dan terasa diurut.Akira sudah tidak tahan lagi, dia menginginkan lebih.“Mas Aang, bergeraklah! Aku tak tahan lagi!” rintih Akira dengan tatapan memohon. Keinginannya sudah tak bisa ditahan lagi, karena nafsunya yang sudah membumbung tinggi
Seharian ini, Akira menghabiskan waktu untuk bermain bersama putrinya di dalam kamar. Niatnya hanya untuk membayar waktu yang telah terbuang selama beberapa hari ini mengabaikan Ashley.“Mami mungkin bukan ibu yang terbaik, tapi mami akan selalu menyayangi Ash. Maafkan mami jika beberapa hari ini membuat Ash kesepian,” ucap Akira lirih sembari mencium pipi gembul putrinya yang sudah tertidur.“Tidak, kamu adalah ibu yang terbaik untuk anak-anak kita!” suara Anggara terdengar dari belakangnya. Membuat Akira seketika menoleh.“Mas?”Anggara tersenyum hangat, lalu melangkah menuju sisi ranjang.“Akira, aku selalu berjanji akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia. Berhentilah menyalahkan dirimu, dan yakinlah kita mampu melewati ini.”Anggara meraih tangan Akira lalu membawanya ke bibir. Sebuah ungkapan cinta yang selalu terdengar romantis di pendengaran Akira.Akira beranjak dari posisinya, duduk di samping Anggara.“Mas tidak perlu melakukan apapun, karena dicintai dengan cara sepert
Hari-hari berlalu terasa begitu menyesakkan bagi hati seorang ibu yang mengalami kehilangan buah hatinya.Semenjak putranya tiada, Akira selalu mengunjungi makam putranya. Bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada di pusara sang putra.Meskipun kehadiran suami dan putri kecilnya menjadi pelipur lara, namun rasa sakit belum sepenuhnya hilang dari hati Akira.“Ikhlaskan kepergian putra kita, sayang. Apa kamu tahu, putra kita kini sudah bahagia di surga. Bisa bertemu dengan nenek dan kakeknya,” hibur Anggara yang kini duduk bersimpuh di samping istrinya.Tak henti-hentinya Anggara mencari cara untuk menghibur hati Akira. Kepergian putra Akira juga menjadi pukulan terberat untuknya.Akira memaksakan senyumnya. Dia tahu Anggara begitu cemas melihat kondisinya.“Mas, aku sudah ikhlas jika memang ini jalan yang terbaik untuk Odelio.”Akira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kepergian putranya bukan berarti membuat hidupnya terpuruk. Ada Ashley yang masih ha