Share

Ditagih hutang

Masih sibuk menggoreng telur, pintu depan digedor. "Ya, tunggu sebentar!" teriakku.

Setelah pintu terbuka aku kaget, Wak Narti? Ada apa tukang warung sepagi ini sudah datang menggedor rumahku.

"Ada apa, Wak?" tanyaku heran.

"Wak cuma mau nagih hutang," jawabnya.

"Hutang apa, Wak? Aku merasa nggak berhutang pada Wak Narti," kataku polos.

"Ya hutang belanja, apalagi! Ratih kan tiap hari belanja di warung, uangnya selalu nggak cukup jadi dia berhutang. Wak heran loh, padahal kamu kerja kantor gaji banyak kenapa belanja kebutuhan aja sampai nggak cukup?"

Aku bingung harus jawab apa, memang benar karena aku cuma memberi Ratih belanja 50 ribu seminggu. Sebenarnya aku tau itu tak cukup tapi sekali lagi karena hatiku sudah tertutup ego hingga tak memikirkan kesusahan Ratih.

"Berapa semua, Wak hutangnya?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Wak Narti.

Wak Narti segera membuka buku kasbon utang dan memperlihatkan padaku. Aku terbelalak mengetahui jumlahnya yang besar. Dua juta? Kenapa bis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
wahyuhenykartikasa
up tiap hari dong thor... ceritanya bagus ini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status