"Eva, buah yang kamu petik kelihatannya enak."Sama seperti di kehidupan sebelumnya, suamiku penasaran ingin makan buah liar yang kupetik. Adegan ini juga akan menjadi awal dari nasib tragisku.Di kehidupan sebelumnya, aku dan suamiku pergi mendaki gunung. Aku memetik buah-buahan liar di sepanjang jalan. Suamiku bersikeras memakannya.Tak lama setelah makan buah itu, suamiku keracunan dan langsung meninggal.Kebetulan waktu itu sudah malam hari. Ditambah lagi, tidak ada sinyal. Jadi, tidak ada yang mau membantuku membawa tubuh suamiku turun gunung.Ada pria baik hati yang menawarkan bantuan untuk mengawasi tubuh suamiku. Aku baru bisa turun gunung sendirian dan meninggalkan suamiku di sana.Namun di saat aku menemukan tim penyelamat, tubuh suamiku telah hilang. Aku baru tahu ternyata suamiku telah dibawa pergi oleh 'pria baik hati' itu.Aku buru-buru kembali ke kaki gunung. Aku diberitahu bahwa suamiku telah dikremasi oleh 'pria baik hati' itu. Aku hampir pingsan karena kelewat sedih.
"Sayang?"Saat suamiku memanggilku, aku baru terhenyak.Suamiku berkata dengan nada memelas, "Sayang, kenapa kamu diam saja? Berikan saja buah liar ini biar aku bisa makan. Aku ingin sekali coba buah segar seperti ini."Aku melirik buah liar yang sedikit berdebu di tangan suamiku. Aku mendadak tersenyum."Ok. Aku juga petik beberapa buah lain. Pasti rasanya enak."Aku mengeluarkan beberapa buah merah dari tas. Penampakan buah itu saja sudah sangat menggugah selera.Suamiku menelan ludah dan mengambil buah itu.Suamiku sibuk mengunyah buah itu. Matanya mendadak berbinar."Enak sekali!""Aku memberikan lebih banyak buah kepada suamiku. "Kalau enak, makanlah lebih banyak."Suamiku menghabisi semua buah yang kuberikan. Senyumanku makin lebar.Tak lama kemudian, suamiku mulai berakting seperti kehidupan sebelumnya. Dia berpura-pura mati keracunan."Sayang, buah liar itu sepertinya beracun. Aku sudah mau mati."Keringat dingin mengucur di wajah suamiku. Dia memegangi perutnya erat-erat. Sepe
Saat aku dan semua orang tiba di kantor polisi, hari sudah pagi. 'Pria baik hati' tidak bisa menjelaskan, tetapi dia juga tidak berani mengatakan yang sebenarnya.Di luar dugaanku, pria ini tidak mengkhianati adiknya.Namun, hal ini tidak memengaruhi keinginanku untuk membalas dendam padanya. Dia juga berkontribusi pada tragedi di kehidupanku sebelumnya.Lagi pula, dia tidak bisa melarikan diri dan juga tidak bisa memberikan penjelasan. Dia adalah tersangka utama.Saat aku membawa polisi kembali ke 'lokasi kematian' suamiku, tubuh suamiku telah hilang.Tidak heran, aku menerima telepon dari ibu mertuaku.Dia bilang dia telah membawa suamiku untuk dikremasi dan telah mengadakan acara pemakaman.Tampaknya rencana untuk membongkar suamiku yang memalsukan kematiannya telah gagal. Hanya saja, yang seharusnya khawatir sekarang adalah mereka, bukan aku.Jenazah sudah dikremasi, tetapi botol minumannya masih ada.Polisi mengambil botol minuman itu untuk diperiksa dan memberitahukan bahwa hasil
Satu kalimat dariku telah membuat semua orang memuji keberanianku dan juga membuat wajah kedua orang itu berubah kusut.Melihat aku begitu bertekad, ibu mertuaku ingin menyerah, tetapi cinta pertama suamiku menyenggolnya.Kini aku mengerti mengapa ibu mertuaku begitu peduli padanya. Bagaimanapun juga, cinta pertama suamiku melahirkan cucu laki-laki untuknya.Sejak kami menikah, ibu mertuaku telah berulang kali mengeluh karena aku tidak hamil-hamil. Bahkan, menyarankan agar suamiku mencari wanita lain.Saat itu, dia berkata, "Aku nggak peduli wanita mana yang kamu cari, asalkan dia bisa melahirkan cucu laki-laki untukku, aku pasti akan memperlakukannya dengan baik."Aku mengingat perkataan ini selama dua kehidupan.Aku memandangi ibu mertuaku. Dia terdiam cukup lama. Terakhir, dia mengertakkan gigi dan berbalik seolah sudah mengambil keputusan.Terdengar suara 'bruk', diiringi ibu mertuaku berlutut di depanku dan terus meminta maaf."Menantuku, Robin sudah bersalah padamu. Robin sungguh
Ibu mertuaku kebingungan. Dia ingin merebut surat perjanjian itu dari tanganku. Jadi, aku segera menghindar ke samping."Bu, apa yang Ibu lakukan? Ada banyak orang di sini. Apa Ibu ingin merobek surat perjanjian ini?"Ibu mertuaku menatapku dengan geram. Kemudian, baru melangkah mundur.Menyadari situasi itu, cinta pertama suamiku masih tidak menyerah.Dia menggoyangkan surat utang dan mengarahkannya ke depan wajahku. "Kalau bukan kamu yang membayar kembali utangnya, siapa lagi? Dia janji akan membayar 12 miliar."Aku menunjuk ibu mertuaku. "Suamiku paling berbakti pada ibunya. Jadi, tentu saja ibunya yang bayar."Cinta pertama suamiku memandang ibu mertuaku, seolah sedang memikirkan sesuatu.Ibu mertuaku buru-buru mundur. "Apa maksudmu? Jangan-jangan kamu ingin aku membayar utangnya?""Apa biasanya aku nggak memperlakukanmu dengan baik?"Cinta pertama suamiku mendengus dingin. "Kamu janji mau memberiku 12 miliar. Kalau nggak, jangan harap kamu bisa bertemu dengan cucu."Sembari berbic
Setelah kembali ke rumah selama beberapa hari, suamiku yang memalsukan kematiannya tiba-tiba kembali."Eva, sebenarnya aku nggak mati malam itu. Aku sudah kembali.""Aku nggak tahu ibuku akan berbohong dan mengatakan aku sudah mati. Dia bahkan memintamu membayar 12 miliar."Dia tidak tahu? Padahal, ini semua rencananya. Sekarang dia malah berpura-pura tidak bersalah dan melemparkan semua tanggung jawab pada ibunya.Jika bukan karena tidak bisa mengembalikan dua miliar kepadaku, suamiku juga tidak akan muncul.Suamiku memelukku dan mengguncangku dengan lembut."Sayang, mulai sekarang, kita jalani hidup dengan baik. Uangmu adalah uangku. Uangku adalah uangmu. Jangan dibeda-bedakan lagi."Kamu masih berani bilang uangmu adalah uangku?Setelah ibuku meninggal, dia tidak punya orang yang mendukungnya lagi. Jadi, hanya bisa mengandalkan lotre untuk hidup. Sekarang uang yang tersisa juga tidak banyak lagi.Jelas-jelas, dia tidak mau mengembalikan dua miliar kepadaku.Aku mendorong suamiku men
Lantaran semuanya sudah jelas, mereka juga tidak bisa menipuku lagi. Jadi, mereka tidak berani mendatangiku.Mereka memang tidak mendatangiku, tetapi bukan berarti aku tidak akan mendatangi mereka.Bagaimanapun juga, aku masih mau menagih utang dua miliar itu.Suamiku dan ibu mertuaku bilang, kalau aku hebat, silakan gugat mereka ke pengadilan. Pokoknya, mereka akan menemani sampai akhir.Aku tidak takut sama sekali. Aku hanya mengingatkan mereka, apa tidak takut reputasi suamiku hancur?Suamiku paling menghargai reputasinya. Mana mungkin dia membiarkan reputasinya hancur.Apalagi, dia memalsukan kematiannya dan menipu istrinya. Semua itu sudah merusak reputasinya.Jadi, mereka terpaksa meminjam uang ke sana kemari, menjual barang, dan akhirnya berhasil mengumpulkan sejumlah uang.Mereka mengajak bertemu di kafe hari ini dan berjanji akan memberikan uang kepadaku.Suamiku menghela napas dan memberi isyarat untuk mengembalikan uang itu. Namun, cinta pertamanya sengaja berlama-lama. Sete
Aku bertanya padanya, "Menurutmu, dia mencintaimu? Lantas, kenapa dia nggak menikah denganmu dulu?"Pertanyaan itu aku tujukan kepada cinta pertama suamiku.Tentu saja dia tidak tahu. Dia dan suamiku telah menjalin hubungan selama tujuh tahun, tetapi di saat hampir menikah, mereka malah putus. Apalagi, dia harus melihat kekasihnya kencan buta dan langsung menikah dengan wanita lain.Selanjutnya, demi bersama suamiku, dia bahkan rela menjadi simpanan. Yang tadinya cinta pertama malah berubah menjadi simpanan.Wanita di depanku sedikit tercekat. Dia bertanya kepadaku, kenapa?Aku tidak menjawabnya, tetapi memberi isyarat padanya untuk bertanya pada suamiku yang berada di belakangnya.Dia berbalik dan menatap suamiku lekat-lekat. Berharap mendapat jawaban.Suamiku terlihat ragu dan tidak berani berbicara.Cinta pertama suamiku tiba-tiba mengamuk. Dia menarik rambut suamiku dan menamparnya dengan liar."Argh! Wanita gila, apa yang kamu lakukan?"Suamiku berteriak keras dan mendorong cinta
Lantaran semuanya sudah jelas, mereka juga tidak bisa menipuku lagi. Jadi, mereka tidak berani mendatangiku.Mereka memang tidak mendatangiku, tetapi bukan berarti aku tidak akan mendatangi mereka.Bagaimanapun juga, aku masih mau menagih utang dua miliar itu.Suamiku dan ibu mertuaku bilang, kalau aku hebat, silakan gugat mereka ke pengadilan. Pokoknya, mereka akan menemani sampai akhir.Aku tidak takut sama sekali. Aku hanya mengingatkan mereka, apa tidak takut reputasi suamiku hancur?Suamiku paling menghargai reputasinya. Mana mungkin dia membiarkan reputasinya hancur.Apalagi, dia memalsukan kematiannya dan menipu istrinya. Semua itu sudah merusak reputasinya.Jadi, mereka terpaksa meminjam uang ke sana kemari, menjual barang, dan akhirnya berhasil mengumpulkan sejumlah uang.Mereka mengajak bertemu di kafe hari ini dan berjanji akan memberikan uang kepadaku.Suamiku menghela napas dan memberi isyarat untuk mengembalikan uang itu. Namun, cinta pertamanya sengaja berlama-lama. Sete
Setelah kembali ke rumah selama beberapa hari, suamiku yang memalsukan kematiannya tiba-tiba kembali."Eva, sebenarnya aku nggak mati malam itu. Aku sudah kembali.""Aku nggak tahu ibuku akan berbohong dan mengatakan aku sudah mati. Dia bahkan memintamu membayar 12 miliar."Dia tidak tahu? Padahal, ini semua rencananya. Sekarang dia malah berpura-pura tidak bersalah dan melemparkan semua tanggung jawab pada ibunya.Jika bukan karena tidak bisa mengembalikan dua miliar kepadaku, suamiku juga tidak akan muncul.Suamiku memelukku dan mengguncangku dengan lembut."Sayang, mulai sekarang, kita jalani hidup dengan baik. Uangmu adalah uangku. Uangku adalah uangmu. Jangan dibeda-bedakan lagi."Kamu masih berani bilang uangmu adalah uangku?Setelah ibuku meninggal, dia tidak punya orang yang mendukungnya lagi. Jadi, hanya bisa mengandalkan lotre untuk hidup. Sekarang uang yang tersisa juga tidak banyak lagi.Jelas-jelas, dia tidak mau mengembalikan dua miliar kepadaku.Aku mendorong suamiku men
Ibu mertuaku kebingungan. Dia ingin merebut surat perjanjian itu dari tanganku. Jadi, aku segera menghindar ke samping."Bu, apa yang Ibu lakukan? Ada banyak orang di sini. Apa Ibu ingin merobek surat perjanjian ini?"Ibu mertuaku menatapku dengan geram. Kemudian, baru melangkah mundur.Menyadari situasi itu, cinta pertama suamiku masih tidak menyerah.Dia menggoyangkan surat utang dan mengarahkannya ke depan wajahku. "Kalau bukan kamu yang membayar kembali utangnya, siapa lagi? Dia janji akan membayar 12 miliar."Aku menunjuk ibu mertuaku. "Suamiku paling berbakti pada ibunya. Jadi, tentu saja ibunya yang bayar."Cinta pertama suamiku memandang ibu mertuaku, seolah sedang memikirkan sesuatu.Ibu mertuaku buru-buru mundur. "Apa maksudmu? Jangan-jangan kamu ingin aku membayar utangnya?""Apa biasanya aku nggak memperlakukanmu dengan baik?"Cinta pertama suamiku mendengus dingin. "Kamu janji mau memberiku 12 miliar. Kalau nggak, jangan harap kamu bisa bertemu dengan cucu."Sembari berbic
Satu kalimat dariku telah membuat semua orang memuji keberanianku dan juga membuat wajah kedua orang itu berubah kusut.Melihat aku begitu bertekad, ibu mertuaku ingin menyerah, tetapi cinta pertama suamiku menyenggolnya.Kini aku mengerti mengapa ibu mertuaku begitu peduli padanya. Bagaimanapun juga, cinta pertama suamiku melahirkan cucu laki-laki untuknya.Sejak kami menikah, ibu mertuaku telah berulang kali mengeluh karena aku tidak hamil-hamil. Bahkan, menyarankan agar suamiku mencari wanita lain.Saat itu, dia berkata, "Aku nggak peduli wanita mana yang kamu cari, asalkan dia bisa melahirkan cucu laki-laki untukku, aku pasti akan memperlakukannya dengan baik."Aku mengingat perkataan ini selama dua kehidupan.Aku memandangi ibu mertuaku. Dia terdiam cukup lama. Terakhir, dia mengertakkan gigi dan berbalik seolah sudah mengambil keputusan.Terdengar suara 'bruk', diiringi ibu mertuaku berlutut di depanku dan terus meminta maaf."Menantuku, Robin sudah bersalah padamu. Robin sungguh
Saat aku dan semua orang tiba di kantor polisi, hari sudah pagi. 'Pria baik hati' tidak bisa menjelaskan, tetapi dia juga tidak berani mengatakan yang sebenarnya.Di luar dugaanku, pria ini tidak mengkhianati adiknya.Namun, hal ini tidak memengaruhi keinginanku untuk membalas dendam padanya. Dia juga berkontribusi pada tragedi di kehidupanku sebelumnya.Lagi pula, dia tidak bisa melarikan diri dan juga tidak bisa memberikan penjelasan. Dia adalah tersangka utama.Saat aku membawa polisi kembali ke 'lokasi kematian' suamiku, tubuh suamiku telah hilang.Tidak heran, aku menerima telepon dari ibu mertuaku.Dia bilang dia telah membawa suamiku untuk dikremasi dan telah mengadakan acara pemakaman.Tampaknya rencana untuk membongkar suamiku yang memalsukan kematiannya telah gagal. Hanya saja, yang seharusnya khawatir sekarang adalah mereka, bukan aku.Jenazah sudah dikremasi, tetapi botol minumannya masih ada.Polisi mengambil botol minuman itu untuk diperiksa dan memberitahukan bahwa hasil
"Sayang?"Saat suamiku memanggilku, aku baru terhenyak.Suamiku berkata dengan nada memelas, "Sayang, kenapa kamu diam saja? Berikan saja buah liar ini biar aku bisa makan. Aku ingin sekali coba buah segar seperti ini."Aku melirik buah liar yang sedikit berdebu di tangan suamiku. Aku mendadak tersenyum."Ok. Aku juga petik beberapa buah lain. Pasti rasanya enak."Aku mengeluarkan beberapa buah merah dari tas. Penampakan buah itu saja sudah sangat menggugah selera.Suamiku menelan ludah dan mengambil buah itu.Suamiku sibuk mengunyah buah itu. Matanya mendadak berbinar."Enak sekali!""Aku memberikan lebih banyak buah kepada suamiku. "Kalau enak, makanlah lebih banyak."Suamiku menghabisi semua buah yang kuberikan. Senyumanku makin lebar.Tak lama kemudian, suamiku mulai berakting seperti kehidupan sebelumnya. Dia berpura-pura mati keracunan."Sayang, buah liar itu sepertinya beracun. Aku sudah mau mati."Keringat dingin mengucur di wajah suamiku. Dia memegangi perutnya erat-erat. Sepe
"Eva, buah yang kamu petik kelihatannya enak."Sama seperti di kehidupan sebelumnya, suamiku penasaran ingin makan buah liar yang kupetik. Adegan ini juga akan menjadi awal dari nasib tragisku.Di kehidupan sebelumnya, aku dan suamiku pergi mendaki gunung. Aku memetik buah-buahan liar di sepanjang jalan. Suamiku bersikeras memakannya.Tak lama setelah makan buah itu, suamiku keracunan dan langsung meninggal.Kebetulan waktu itu sudah malam hari. Ditambah lagi, tidak ada sinyal. Jadi, tidak ada yang mau membantuku membawa tubuh suamiku turun gunung.Ada pria baik hati yang menawarkan bantuan untuk mengawasi tubuh suamiku. Aku baru bisa turun gunung sendirian dan meninggalkan suamiku di sana.Namun di saat aku menemukan tim penyelamat, tubuh suamiku telah hilang. Aku baru tahu ternyata suamiku telah dibawa pergi oleh 'pria baik hati' itu.Aku buru-buru kembali ke kaki gunung. Aku diberitahu bahwa suamiku telah dikremasi oleh 'pria baik hati' itu. Aku hampir pingsan karena kelewat sedih.