Bab 44Sambil tetap berusaha fokus mengemudi, aku bercerita masa lalu hidupku. Tentang Kumala istriku yang sudah meninggal saat melahirkan anakku. Tentang anakku yang akhirnya juga menyusul Kumala karena jantungnya gagal berfungsi. Lalu tentang orang tua Kumala yang ngotot menjodohkan aku dengan Vanessa adiknya Kumala. "Kenapa Mas gak mau dijodohkan dengan Vanessa. Bukannya dia cantik Mas?" "Mas merasa dia gak baik Fa, Mas gak suka dengan cara berpakaiannya dan pergaulan dengan teman-temannya.""Kalau saja Mas Fatan punya pandangan seperti Mas Riko!" keluhnya."Kamu masih mengharapkan Fatan kembali padamu Fa!" tanyaku sedikit cemburu.Dihh, sadar Riko. Kamu belum ada ikatan dengannya."Aku gak mengharapkan dia lagi Mas, sudah berulangkali dia mengecewakanku dan anak-anaknya. Alea dan Axel bahkan tak pernah merasa sedih karena kehilangan papinya."Aku tersenyum tipis mendengarnya, kamu masih punya harapan Riko. Sabar ya, bujukku pada hatiku.🔥🔥🔥🔥🔥Pov Irene."Mas, sudah mulai b
Bab 45Pov Irene."Ciapa-ciapa sok imut lo ya. Gue istrinya!" teriakku marah."Mas, akyu takut. Dia beneran istrimu?" Wanita itu bertanya dengan nada manja kepada Mas Fatan.Aku makin geram mendengar pertanyaannya. Aku maju mendekati wanita sok imut di depanku. Kutarik rambutnya yang panjang itu, kucakar wajahnya yang sangat lembut bak sutera. Garis panjang tiga jadi bukti keganasanku di wajahnya.Dia berteriak kesakitan, tapi anehnya dia tak membalasku.Mas Fatan berusaha menenangkanku. Dia menahan tanganku agar tidak bisa bergerak dengan leluasa."Sudah Ren, sudah. Tenangkan dirimu, malu dilihat banyak orang!" bujuk Mas Fatan.Aku tak perduli, aku sudah kalap. Belum puas kalau aku belum mencincang wanita sundel itu.Kudorong Mas Fatan ke samping, mas Fatan oleng dan jatuh ke lantai. Aku tak perduli, kutarik lagi rambut wanita itu. Kujambak lalu kutampar pipinya beberapa kali sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah."Jangan coba-coba kau merayu suamiku ya pelakor. Rasakan nih kemara
Bab 46Sampai di warung mie ayam aku masuk ke dalam."Mas mie ayamnya satu ya sama es teh manis!" pesanku. "Siap Mbak, silahkan tunggu di dalam!" Aku memilih bangku yang kosong di dekat jendela. Dan seperti tadi, orang-orang di sekelilingku melihat dengan tatapan aneh. "Masa dia orangnya?" kata wanita yang duduk di bangku di depanku pelan.“Iya, pakaiannya aja sama,” bisik teman di sampingnya. Kedengaran woy, kalian bicaranya terlalu kuat."Kalian ngomongin gue ya?" tanyaku langsung. Biasa, dengan gaya ngegas ala Irena. Aku tak takut dengan apapun. Kalau sedang emosi aku sering berganti-ganti menyebutkan diriku. Bisa aku, saya, gue, suka-suka aku sebut saja. "Wah iya Mbak, penasaran soalnya. Mbak ada di video, sedang viral lho Mbak. Keren, Mbak menghajar pelakor!" pujiannya.Widih, masa sih aku viral. Bisa jadi artis nanti aku, terus diundang ke acara Hitam Belang. Aihh senangnya aku kalau itu terjadi."Masa sih Mbak, gue boleh lihat?" Si Mbak memberikan ponselnya. Aku tersenyu
Bab 47Pov Mira."Masih lama lagi gak Pak?" tanyaku pada petugas polisi yang berjaga."Mungkin sebentar lagi Mbak. Mbak istirahat saja dulu di bangku itu!" sarannya. Perkenalkan aku Mira Angelia. Umurku sebenarnya sih sudah 25 tahun, tetapi sering dianggap orang masih 19 tahun Dan hari ini aku sungguh sial. Aku dilabrak istrinya Mas Fatan. Dia sudah membohongiku, ternyata dia masih punya istri. Jangan-jangan dia bohong juga soal pekerjaannya. Ngakunya CEO perusahaan xx. Aku mengelus pipiku yang membengkak, karena cakaran dan tamparan Irene tadi.Aku memang sengaja tak melawan, karena saat mulai ribut aku sempat melihat ada pengunjung yang merekam kejadian tadi. Aku yakin sekarang video itu sedang viral. Dan siapa yang akan disalahkan, tentu saja wanita gila tadi. Awas kamu ya, kamu menyerang orang yang salah. Mira tidak selemah dan sebodoh itu hingga tak membalas seranganmu tadi.Sebentar lagi kamu akan masuk dan merasakan dinginnya tinggal di dalam penjara. "Itu mereka sudah dat
Bab 48Pov Nadhifa.Kuregangkan pinggang yang terasa sedikit pegal. Pundak ini juga terasa kaku, akibat menunduk terus dari tadi. Kulihat jam di tanganku, ternyata sudah sore. Sebentar lagi waktu pulang kantor, kubereskan barang-barang yang masih berserakan di atas meja. Wita, sekretaris ku datang mendekat. "Bu, sudah nonton video yang sedang viral hari ini?" tanya Wita."Video apa?" balasku cuek sambil terus merapikan mejaku sendiri. Aku memang kurang tertarik dengan video-video unfaedah yang berseliweran di dumay. "Coba deh Ibu tonton!" Wita menyodorkan ponselnya."Apa itu, Wit? Ibu malas kalau video gak ada gunanya," kataku seraya menggeleng. "Tonton aja, Bu. Ini tentang Pak Fatan dan istrinya," jawab Wita kemudian.Dengan malas aku menerima ponsel Wita, dan aku melotot tak percaya melihat video yang sedang diputar Irene sedang ribut dengan seorang wanita. Dan Mas Fatan juga ada di situ, aku menggeleng kesal. Tak habis-habisnya mereka membuat sensasi yang memalukan.Aku ters
Bab 49"Maaf Mas aku tak bisa membantu kali ini. Selesaikanlah masalahmu sendiri!" tolakku. Aku berdiri, percuma berlama-lama menghadapi Mas Fatan. Dia tidak akan menyerah semudah itu. "Tolonglah Fa, Mas gak tau mau minta tolong dengan siapa lagi. Hikss!" See, benarkan! Sekarang dia berakting berlutut di depanku. Dengan berurai air mata dia memohon pertolonganku."Apa-apaan kamu Mas. Gak malu kamu dilihat orang. Berdirilah!" perintahku.Namun dia tak bergerak sedikit pun. Muak aku melihat aktingmu Mas, kali ini aku takkan tertipu lagi bujuk rayumu."Fa tolonglah, kalau aku tak memenuhi tuntutan Mira bisa-bisa Irene membusuk dipenjara Fa. Apa kau tak kasihan?" ibanya.Mira, jadi wanita di video itu namanya Mira. Aku semakin yakin kalau pernah mengenal si Mira ini. "Apa peduliku Mas, mulai sekarang jangan ganggu aku dengan masalahmu. Oh iya, besok kamu harus masuk kerja. Kalau sampai kamu bolos, kamu akan kupecat! Dan jangan tampakkan lagi wajahmu di kantor ini untuk selamanya" ucap
Bab 50Pov Faisal."Pa, sudah selesai belum. Nanti kita telat lho!" teriak Melisa istriku."Iya sayang, sabar dong.""Papa ini aneh, harusnya tuh Mama yang lama dandannya. Ini malah kebalik," gerutu Melisa."Perut Papa mendadak mules tadi Ma. Ya sudah kita berangkat!" Aku menggandeng istriku keluar rumah. Hari ini kami akan menghadiri pembukaan gerai makanan milik anak sahabatku.Aku melirik Melisa yang duduk di sampingku. Dia kelihatan sangat cantik hari ini. Wajahnya yang selalu tersenyum itu membuat aku selalu dihantui rasa bersalah. Aku pernah membuat senyum itu menghilang dari wajahnya. "Kalau nyetir jangan sambil lirik-lirik Pa. Bahaya!" ingatnya sambil tetap tersenyum."Habis Mama cantik banget hari ini!" rayuku."Ishh gombal, malu Pa sama umur," ucap Melisa.Dicubitnya lenganku pelan, kemudian diusapnya berulang kali."Gombal sama istri sendiri ya gak apa-apa, Ma!" balasku.Dia mendadak terdiam, ya ampun aku salah ucap. Pasti dia teringat lagi hal itu."Maafin Papa Ma, Papa
Bab 51Pov Fatan."Yesss!" teriakku senang.Aku tak menyangka kalau Om Faisal mau membantuku. Padahal kemarin aku sudah putus asa ketika Dhifa menolak membantuku.Segera kuhubungi Mira, kukatakan kalau aku akan memenuhi tuntutannya. "Datanglah ke kantor polisi sekarang!" Kuakhiri teleponku dengan geram, aku sempat mendengar pekik kegirangan di ujung telpon tadi. Kurang ajar kau Mira, uang 75 juta itu akan menjadi milikmu secara cuma-cuma. Huhh menyesal aku mengenalmu Mira! "Bagaimana, Tan?" tanya ibunya Irena tiba-tiba saja sudah berada di sampingku. "Omya Dhifa mau membantu membebaskan Irena, Bu. Aku harus pergi ke kantor polisi sekarang juga," jawabku senang. "Alhamdulillah, ya udah kamu segera berangkat. Kasihan Irena, dia pasti ketakutan di dalam sana," balas ibunya Irena ikut senang. Aku mengangguk kemudian bersiap dan langsung menuju ke kantor polisi. Aku menunggu kedatangan Mira dan Om Faisal di sana. Tak lama Mira tiba di kantor polisi, dengan anggun dia berjalan memas