Bab 51Pov Fatan."Yesss!" teriakku senang.Aku tak menyangka kalau Om Faisal mau membantuku. Padahal kemarin aku sudah putus asa ketika Dhifa menolak membantuku.Segera kuhubungi Mira, kukatakan kalau aku akan memenuhi tuntutannya. "Datanglah ke kantor polisi sekarang!" Kuakhiri teleponku dengan geram, aku sempat mendengar pekik kegirangan di ujung telpon tadi. Kurang ajar kau Mira, uang 75 juta itu akan menjadi milikmu secara cuma-cuma. Huhh menyesal aku mengenalmu Mira! "Bagaimana, Tan?" tanya ibunya Irena tiba-tiba saja sudah berada di sampingku. "Omya Dhifa mau membantu membebaskan Irena, Bu. Aku harus pergi ke kantor polisi sekarang juga," jawabku senang. "Alhamdulillah, ya udah kamu segera berangkat. Kasihan Irena, dia pasti ketakutan di dalam sana," balas ibunya Irena ikut senang. Aku mengangguk kemudian bersiap dan langsung menuju ke kantor polisi. Aku menunggu kedatangan Mira dan Om Faisal di sana. Tak lama Mira tiba di kantor polisi, dengan anggun dia berjalan memas
Bab 52"Malu kenapa? Bukankah kau senang karena berhasil mendapatkan uang yang banyak dan sebuah mobil mewah?" "A-aku malu dan trauma, kau tau walau aku memperoleh uang dan mobil itu tak bisa mengobati rasa traumaku!" teriak Mira kesal."Oh ya, apa karena kurang banyak?" tanya Dhifa lagi."Sebenarnya kau siapa? Dari mana kau tahu kejadian itu?" tanya Mira balik."Aku Dhifa, keponakan dari orang yang sudah kau tipu. Orang yang kau tuduh telah memperkosamu. Padahal kenyataannya, kau lah yang memberi sesuatu di minumannya. Lalu kau bawa dia ke dalam kamar hotel, kau berpose seolah-olah kau diperkosa. Lalu kau foto dan rekam kejadian itu, dan kau jadikan alat untuk memeras orang itu. Benar kan?" tutur Dhifa dengan marah."I-itu tidak benar. Dia memang memperkosa aku. Dia jahat, dia pantas mendapatkan hukuman. Tetapi aku berbaik hati mau menerima tawarannya untuk menutup mulut dan tidak melaporkan hal itu pada polisi. Apa aku salah menerima imbalan karena kebaikanku itu?" teriak Mira.Ada
Bab 53"Aku tahu Mbak pasti berkata begitu. Mbak sangat baik, aku menyesal telah merebut Mas Fatan dari Mbak. Ji-jika Mbak mau, Mbak boleh memiliki Mas Fatan kembali. Aku ikhlas Mbak!" "Irene, kamu----" ucapanku dipotong oleh Irene."Mas Fatan, aku juga minta maaf. Kembalilah pada Mbak Dhifa, aku gak papa!" Aku memeluk Irene yang harus kembali kedalam selnya. Kamu baik sekali Irene. Kamu tahu aku tak ada teman, kau ikhlaskan aku kembali pada Dhifa. Kalau dipikir-pikir, boleh juga usul Irene tadi. Aku kembali pada Dhifa, dan semua fasilitas serta kemewahan kembali dapat kunikmati.Aku mengejar Dhifa yang telah beranjak keluar."Fa, usul Irene tadi Mas setuju kalau kita rujuk kembali!" ucapku senang."Jangan mimpi Mas, aku tak sudi kembali bersamamu!" balas Dhifa ketus.Oke Dhifa, kau boleh menolakku sekarang. Aku tahu kok kalau kau masih sangat mencintai aku. Kau akan kembali dalam pelukanku, aku yakin itu!🔥🔥🔥🔥🔥Keesokan harinya, aku berangkat kerja dengan semangat. Aku harus
Bab 54Pov Irene.Tiga hari sudah aku menginap di tahanan polisi. Mulanya aku merasa takut, panik dan putus asa. Rasanya aku sudah tak ingin hidup lagi.Hari pertama aku di.sini, aku menangis sepanjang hari. Teman satu selku berjumlah empat orang. Mulanya kukira mereka jahat dan kejam pada penghuni baru. Aku takut dijadikan bahan bully-an oleh mereka. Seperti sinetron ikan terbang yang sering kutonton dulu. Namun, ternyata itu hanya ketakutan ku sendiri saja. Ternyata mereka baik dan ramah padaku. Merekalah yang menasihatiku agar tak menangis terus.Percuma kata mereka, tangisanku gak akan merubah keadaan. Lebih baik menikmati hidup selama di dalam penjara untuk membunuh rasa bosan. Mbak Diah, Mbak Yani dan Mbak Bunga memberi semangat padaku. Padahal aku tahu mereka pun sedang galau menunggu putusan pengadilan akan kasus mereka masing-masing. Terutama Mbak Diah yang akan menjalani sidang putusan tiga hari lagi. "Mbak Diah gak takut kah?" tanyaku saat itu. "Namanya manusia pasti ta
Bab 55"Hmm," gumam Mbak Diah dengan mata terpejam."Apa menurut Mbak, dosa-dosaku bisa diampuni sama Allah?" tanyaku dengan sedih.Mbak Diah membuka matanya, dipandangnya aku dengan lembut. "Kenapa bertanya seperti itu?" tanyanya balik. "Aku merasa sangat berdosa selama ini Mbak. Tapi aku sekarang sudah sadar, hanya saja, apa mungkin dosaku masih bisa dimaafkan?" "Allah itu Maha Pengampun Ren. Kalau kamu bertaubat dan meminta ampunan dengan tulus dan ikhlas, serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. InshaAllah, Dia akan mengampuni dosa-dosamu."Air mataku mengalir mendengar ucapan Mbak Diah."Aku merasa menyesal Mbak, selama ini telah banyak berbuat dosa. Terutama pada mantan istri suamiku Mbak Dhifa," jujurku.Mbak Diah memang telah mendengar kisahku sebelumnya. Aku telah menceritakan semua padanya kemarin."Kamu sudah meminta maaf padanya kan kemarin?" "Iya Mbak, aku sudah minta maaf. Bahkan aku mempersilahkan jika Mbak Dhifa mau kembali pada Mas Fatan. Aku merelakan mereka
Bab 56 Kami pun berpelukan sambil menangis, merasa menyesal dengan kejahatan yang sudah kami perbuat selama ini. "Maaf Bu, waktunya telah habis!" ingat Ibu penjaga. Aku memeluk Ibuku dan berpesan agar dia menjaga kesehatan. Ibu berpamitan dan meninggalkanku yang juga harus segera masuk ke dalam sel kembali. Aku melangkah dengan ringan, aku optimis kalau hidupku akan lebih baik ke depannya. Meskipun masih merasakan rasa takut di dalam hati, setidaknya aku sudah meminta maaf kepada orang yang sudah aku sakiti. Mbak Dhifa. 🔥🔥🔥🔥🔥 Pov Nadhifa. Pukul 5 sore, aku bersiap untuk pulang. "Fa, boleh ngomong sebentar saja!" Mas Fatan meminta waktuku dengan wajah sok imutnya. Senyum-senyum gak jelas gitu. Cihh aku gak bakal tergoda Mas. "Ada apa Mas?" tanyaku malas. "Gimana kalau ngobrolnya sambil makan Fa!" tawarnya. "Maaf Mas, aku sudah janji sama anak-anak untuk makan di rumah," tolakku. "Ah iya, Mas rindu sama Alea dan Axel. Mas boleh ketemu mereka kan Fa?" "Boleh saja t
Bab 57Kututup pintu kamarku dengan kesal. Kenapa sih Mas Fatan gak mendengarkan laranganku. Dia masih saja berbuat semaunya sendiri. Tok ... Tok ... Tok ....Siapa lagi yang mengetuk pintu kamarku. Apa Mas Fatan, berani sekali dia kalau benar."Fa, ini Mama."Kubuka pintu kamar, mertuaku masuk membawa nampan berisi makanan. Diletakkanya di atas meja kerjaku."Makanlah Fa, kamu pasti lapar!" "Mama kok jadi repot-repot sih Ma. Kalau Dhifa lapar kan nanti bisa ambil sendiri," keluhku."Gak papa Fa, Mama tahu kamu gak makan karena ada Fatan di bawah. Maafkan dia ya Fa, tapi dia bilang sudah pamit sama kamu tadi," beritahu mertuaku."Iya Ma, dan Dhifa sudah menolaknya. Tapi dia tetap nekat kemari. Benar-benar gak berubah, masih seenaknya sendiri." "Iya Fa, Mama minta maaf atas nama dia ya. Dia juga bilang menyesal meninggalkan kamu Fa. Ehm dia mau rujuk sama kamu Fa!" Ya ampun, benar-benar Mas Fatan gak tahu malu. Mau rujuk katanya, aku sudah tak sudi Mas. Dan aku tau pasti takkan mu
Bab 58Pov Mama Riko.Keesokan harinya. Aku sibuk mondar-mandir di ruang tamu yang sudah dirias dengan cantik. Berulang kali aku menoleh ke halaman, berharap orang yang kutunggu segera datang. "Rin, coba hubungi Mas Riko. Kenapa belum sampai juga. Sebentar lagi teman-teman Mama datang. Masa tamu datang kuenya belum ada," omelku pada Rini. Kesal karena Riko belum datang juga, padahal sebentar lagi teman-teman serta tamu undangan akan segera datang. "Iya Ma, Mas Riko bilang sebentar lagi dia sampai. Mama tenang aja, dandan yang cantik aja. Siapa tahu nanti ada calon Papa Rini yang datang!" ledek Rini."Kalau ngomong suka asal kamu Rin. Mas kamu itu yang disuruh nikah lagi!" "Ada apa nih sebut-sebut nama Riko?" tanya Riko yang muncul tiba-tiba."Assalamualaikum," salamku menyindirnya."Waalaikusalam, maaf Ma. Riko lupa, hehehehe!" jawabnya sambil cengengesan.Aku melihat celingukan ke pintu depan."Dhifa mana? Kamu gak jemput dia? Jangan-jangan kamu lupa lagi kasih tau dia ya?" "Gak