Share

38. Orang Sabar

Author: Harmony^-
last update Last Updated: 2023-08-11 19:00:37

Derren mengerutkan keningnya dalam. Ia tak mengerti perkataan wanita cantik di hadapannya ini.

“Maksud Anda dengan Adik Ipar?” Derren memandang Nada dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Saya rasa Anda tidak mirip dengan Marsha atau Kak Zahra? Dan saya belum mendengar kabar dari Marsha kalau Kakaknya akan berkunjung.”

Nada mengeluarkan ponselnya–hendak menghubungi Marsha untuk meyakinkan Derren tentang identitasnya.

Tapi sayangnya, ponselnya mati.

“Aih, ponselku mati. Bisakah kamu menghubungi wanita tengil itu?” Nada meminta dengan santai.

Tampaknya, wanita ini lebih lugas dan santai dari pada Zahra.

“Baiklah.” Derren mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan.

“Marsha, apa  kamu punya Kakak Perempuan lain, selain Zahra?”

[Ya, aku punya. Kenapa kami tiba-tiba bertanya?]

Marsha diam beberapa saat sebelum membulatkan mata. [Jangan bilang wanita itu sudah kembali dan sekarang ada di rumahku?!]
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
haha,, direkrut jdi sekutu... keknya kok gak enak ucapannya dia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   39. Pesta Topeng

    Setelah makan malam, Bima langsung pulang–meninggalkan rumah Marsha sebelum si pemilik rumah pulang. Karena Bima ingin bersama Aini, Nada pun harus terpaksa ikut pulang, padahal ia masih ingin berada di sana untuk bertemu Marsha setelah sekian lama. “Terima kasih untuk makan malamnya. Aku tidak tahu kamu adalah koki yang hebat.” Nada memberikan sebuah buah tangan padanya. “Dan jangan lupa memakai hadiahku pada acara besok malam.” Derren melihat apa yang ada di dalam tas besar yang di berikan Nada. “Setelan jas? Apakah besok ada acara resmi?” Nada mengerutkan keningnya. “Kamu belum mendengarnya dari Marsha? Besok ada acara amal yang diadakan oleh Perusahaan Asland.” “Marsha belum mengatakannya padaku. Hem ... mungkin ia lupa karena akhir-akhir ini Marsha banyak pekerjaan. Nanti akan saya tanyakan.” Nada mengangguk paham dan melihat sebuah mobil Fortune masuk ke dalam halaman luas nan berkelas rumah bentuk Villa ini.

    Last Updated : 2023-08-11
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   40. Bukan Orang Biasa

    Derren menegak segelas wine perlahan-lahan, seakan ia tahu bagaimana menikmati pesta seperti ini dengan berkelas. “Anda juga datang, Pak?” Sapa seorang lelaki berkulit putih dengan sedikit keriput di wajahnya, mendekat ke arah Derren dengan senyum lembut. Derren dan lelaki itu melakukan cheers pada gelas mereka. “Senang bertemu dengan Anda setelah sekian lama, Pak.” Derren menyapa balik dengan tak kalah ramah. Sepertinya, Marsha mulai tidak nyaman di ujung sana. Ia terus melirik Derren yang lebih menikmati pesta dengan kenalannya, dari pada ia yang terus dikenalkan dengan kolega bisnis baru oleh sang Ayah. “Suamimu–“ Zahra mendekat pada telinga Marsha dan berbisik. “Terlihat akrab dengan Kepala Sekolah Akademik Waston. Apakah mereka berdua mengenal dengan baik?” Marsha mendorong wajah Zahra agar menjauh darinya. “Bicara saja dari sana. Jangan dekat-dekat!” omelnya. Ia memandang Derren yang perl

    Last Updated : 2023-08-11
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   41. Aku Akan Melakukannya Untukmu

    “Aku pusing.” Derren menuntun Marsha duduk di pinggir pesta. Ia mendudukkan wanita itu di atas balkon dan memeluk pinggangnya–memegangnya dengan aman. “Kamu terlalu banyak minum alkohol, Marsha. Tentu saja kamu merasa pusing sekarang.” Derren berucap dengan nada lembut. Ia berhasil membuat Marsha sangat tenang dan hanya memandang wajahnya berlama-lama. “Tampannya.” Derren tersenyum. “Tentu saja. Hari ini aku mendapatkan servis dari istriku. Pasti aku sangat tampan hari ini.” Marsha ikut tersenyum. Pipinya yang merah karena alkohol membuat wajahnya terlihat menggemaskan saat bersikap malu-malu. “Aku ingin muntah!” Seketika senyuman keduanya lenyap. Dengan sigap Derren menurunkan Marsha dari atas balkon dan menadahkan tangannya di depan mulut wanita itu. “Muntahlah.” Marsha memandang kedua telapak tangan Derren yang menyatu di depan mulutnya dengan tatapan

    Last Updated : 2023-08-11
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   42. Misi Penyerangan

    Gama menyelam. Ia mencari bungkusan hitam yang di lempar para penculik itu ke dalam laut. Air dingin yang menyelimuti dirinya, perlahan-lahan membuat semua ototnya mengigil dan membeku. Hanya demi wanita yang tak mencintainya, ia bisa melakukan hal sebodoh ini. Gama sendiri cukup salut dengan pengorbanannya. “Di mana benda itu berada?” Gama menyelam semakin dalam. Ia melihat apa yang ia cari tengah bergerak semakin tenggelam di dalam sana. Ia mendekati benda itu dan mengoyaknya sekuat tenaga. “Kamu baik-baik saja?” tanya Gama dalam bahasa isyarat begitu melihat Derren keluar dari sana dan menendang pembungkus yang membelenggu dirinya menjauh dari mereka. Wajah lelaki itu terlihat panik. Ia segera menyeret Gama untuk berenang cepat menghindari pembungkus itu. “Apa yang terjadi?” tanya Gama, tetap menggunakan bahasa isyarat. Derren membuat bentuk lingkaran bersumbu dengan sebe

    Last Updated : 2023-08-12
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   43. Saling Curiga

    Marsha menatap sekeliling dengan waspada. Ia ingat terakhir kali, 2 orang menculik dan di sinilah ia berada–dalam keadaan terikat di sebuah tiang. “Anda sudah bangun?” Lelaki bertopi hitam berjalan mendekat. Wajah keriput karena luka, bola mata besar yang menonjol dan senyum menakutkan khas penjahat tingkat psikopat. “Wah ... mata saya akan baik-baik saja, kan?” celetuk Marsha, tak ada takut-takutnya. “Apa maksud perkataanmu?” Marsha hanya mengangkat bahunya tak acuh dan memalingkan wajahnya, seakan ia tidak peduli pada respons lelaki itu. “Andai saja aku  di tugaskan untuk membunuhmu, sekarang pasti aku sudah memisahkan kepalamu dari badan kurus kering itu,” sarkas lelaki bertopi itu, dengan sorot mata yang sangat mengerikan. Marsha tak terlalu menghiraukannya dan hanya diam. Kini sorot matanya tak kalah tajam dengan lelaki yang terus mengawasinya dari jarak 10langkah itu. “Jangan meremehkan o

    Last Updated : 2023-08-12
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   44. Cemburu

    “Ada apa dengan wajahmu?” tanya Tuan Bridam, menatap Zahri yang terdiam sepanjang hari. Zahri segera tersadar dari lamunannya dan memandang Bridam, Derren dan Anis yang menatapnya dengan tatapan selaras. “Kenapa? Kamu masih memikirkan kejadian kemarin?” tanya Anis, menembak. Zahri mengangguk. “Iya. Banyak hal yang janggal. Pola permainan mereka terlalu acak, bukan?” Zahri menatap Derren yang tampaknya memiliki pendapat yang sama. “Anda pasti curiga dengan hal itu, kan, Pak?” “Sedikit. Tapi semuanya baik-baik saja. Aku sudah cukup lega dengan hal itu,” jawab Derren. “Saya melihat ada lelaki di sekitar Istri Anda. 3 orang lelaki yang mengawasinya setiap saat.” Derren diam. Ia bukannya tak tahu pasal itu. Sebagai orang yang tinggal serumah dengan Marsha, tentu ia mengetahui banyak kejanggalan dengan wanita itu. Tapi ia selalu menahan diri untuk tidak mencari tahu. Karena mereka hanya menikah kontrak dan uru

    Last Updated : 2023-08-12
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   45. Si Bungsu Yang Licik

    “Kamu banyak diam akhir-akhir ini, Naya. Kamu punya masalah?” Lelaki berwajah manis dengan potongan rambut bergaya “Blow Cut” itu berjalan mengikuti langkah Naya yang terburu-buru meninggalkan kelas. “Ya? Memang terlihat sangat kentara?” tanya Naya, menatap wajah tampan lawan bicaranya, dengan ujung jari yang menyapu lembut pipi bagian kirinya. Lelaki itu mengangguk. “Jika ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, kamu bisa mengatakannya padaku.” Naya menatap ragu. Walau ia tidak memiliki seorang teman yang baik di sisinya, ia masih memiliki lelaki ini untuk bercerita. “Jika aku menceritakan kisahku, kamu mau merahasiakannya dengan baik?” Lelaki itu tersenyum lebar. “Bukannya aku orang yang paling rapat menutup mulut jika kamu membagi sesuatu?” Naya tersenyum manis. “Mungkin sudah waktunya aku mengenal kamu dengan baik sebagai seorang teman.” Senyum cerah terpahat di wajah tampan anak

    Last Updated : 2023-08-13
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   46. Niat Terselubung

    “Aku belum memastikan kondisimu.” Marsha memandang Derren yang tertidur di sofa–bermalas-malasan, dengan tatapan lurus. “Kamu baik-baik saja?” Derren menatap Marsa yang duduk di seberang meja dengan tatapan mengamati. "Sudah sehari berlalu. Bukannya kamu terlalu lambat mengajukan pertanyaannya?” Marsha mengangkat bahunya acuh tak acuh. “Kamu tahu aku sibuk. Maafkan aku.” Derren menghela napas kasar. “Aku baik-baik saja. Hanya sedikit meriang karena masuk ke laut terlalu lama. Bagaimana denganmu? Aku lihat pergelangan tangan kamu sampai memerah.” Derren melihat bekas merah yang mulai memudar di pergelangan tangan Marsha dengan tatapan teliti. “Apakah masih sakit?” tanya Derren. Marsha menatap kedua pergelangan tangannya sejenak, lalu tersenyum masam. “Tidak. Sudah tidak berasa. Hanya bekas merahnya saja yang belum hilang. Kamu jangan khawatir.” Derren turun dari sofa dan duduk berhadap

    Last Updated : 2023-08-13

Latest chapter

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   173. Misi‐CEO Hardy

    Marsha menatap Lea dan Anna yang saling berseteru di depan ruangannya. Sementara dirinya dan Syam, hanya menatap sebagai penonton dari dalam ruangan. “Aku tidak tahu jika hubungan mereka akan seburuk itu,” gumam Syam. Marsha yang mendengar itu hanya tersenyum simpul. “Itu memang karakternya. Kalau sudah membenci seseorang, dia akan terus membencinya sampai akhir. Senior tidak ingat bagaimana Lea memperlakukan aku saat masih bersaing hati untuk Derren?” Syam hanya mengangguk-angguk. Lalu kembali melihat pemandangan menyenangkan di depannya. “Ah, tapi seru melihatnya bertengkar. Aku selalu suka itu. Baik denganmu atau dengan Ibu Tiri mudanya itu.” Syam senyum-senyum tidak jelas. Sementara Marsha yang sibuk memindai data yang masuk lewat emailnya. Baik dari RS Zahara atau Perusahaan Mi. Yang jelas, itu tidak berhenti sejak 2 jam yang lalu. “Perkerjaanmu pasti sangat banyak, kan?” celetuk Syam, seperti mengejek.

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   172. Sedih

    Berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit yang di padati perawat dan pasien. Setelah sekian lama akhirnya Marsha bisa kembali bekerja. Pemandangan yang sama membuatnya jenuh. Tapi liburan dua hari kemarin telah membantunya melepas stres. “Selamat pagi, Prof.” Beberapa orang menyapa Marsha dengan ramah. Marsha hanya menunduk singkat menjawab salam itu sambil mengumbar senyum cantiknya. Saat hendak masuk ke dalam ruangan, ia bertemu Lea yang keluar dari dua ruangan yang ada di sebelah kantornya. Lea menatap Marsha dengan sinis. Tampaknya, mood wanita itu sedang tidak baik mengingat reaksinya yang berlebihan. “Padahal aku belum menyapa, tapi kamu sudah melempar tatapan seperti itu? Keterlaluan,” pekik Marsha, mendekati Lea. “Jangan bersikap baik di rumah sakit. Orang-orang Ayahku masih terus mengawasi ... bahkan ia menambah personelnya,” ucap Lea, mengeluh. Marsha menatap sekeliling. “Kalau di s

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   171. Masalah Pelik

    Marsha bangun cukup pagi setelah sekian kama tidak beraktivitas dan hanya rebahan sepanjang hari di rumah sakit. Kini ia bebas. Jadi Marsha akan memulai paginya dengan sesuatu yang baik—seperti membuat masakan untuk suami dan kedua adik iparnya yang cantik. Baru saja keluar dari kamarnya, Marsha sudah melihat kedua ajudan kepercayaannya tertidur pulas di sofa dengan posisi memangku laptop mereka yang masih menyala. “Astaga. Apa yang aku lihat di pagi hari?” gumam Marsha, berjalan mendekati kedua orang itu. “Hey, coba bangun dan pindah ke kamar. Jika ingin tidur, aku punya banyak kamar kosong.” Marsha membangunkan kedua orang itu. Walau akhirnya keduanya sangat sulit untuk di bangunkan. Marsha membutuhkan waktu 10 menit agar melihat kedua orang itu bangun dan meninggalkan ruang tamu. Menghela napas panjang, Daniel dan Salma meninggalkan laptop mereka di atas meja dalam kondisi menyala dan bekerja. “Kalian

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   170. Pergerakkan Awal

    Marsha tidak ingat kapan ia benar-benar tertidur pulas. Yang jelas, saat dia bangun Derren tidur di sampingnya dengan mata sembab. Marsha hanya menghela napas panjang dan membelai puncak kepalanya dengan sayang. Ia masih mengingat bagaimana keluhan dan kesedihan Derren kemarin malam. Cukup mengenai hatinya yang mudah luluh jika itu bersangkutan dengan suami kecilnya. Tapi tak ada kata istirahat untuk mengenang seseorang—walau itu adalah Ibu Mertua yang pernah tinggal bersama dengannya beberapa minggu. “Daniel.” Marsha memanggil dengan tegas. Lelaki yang sedari tadi berdiri di belakang pintu di sisi luar, akhirnya memberanikan diri untuk masuk dan mengganggu kemesraan kedua patsuri itu. “Apa yang ingin kamu sampaikan? Dari tadi aku melihatmu berdiri di luar dengan ragu-ragu.” Marsha turun dari ranjang, namun  saat satu kaki Marsha baru turun, Derren segera memeluk perutnya dengan mata terbuka lebar—lelaki itu benar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   169. Tentang Anna dan Ayah

    Dena menatap Marsha dengan tatapan serius. “Tentang Ayahmu yang meninggal karena kecelakaan mobil. Ia tidak meninggal karena kecelakaan biasa. Ia di bunuh ... itu kecelakaan yang di sengaja.” Marsha mengerutkan kening. “Apa maksud Mama?” Ia bangkit dari posisi duduk—mondar-mandir tidak jelas dan duduk kembali dengan Dena yang menatapnya lelah. “Tunggu, ini di luar dugaan Marsha, Ma. Kenapa tiba-tiba membahas ini saat semuanya runyam?” Marsha menjambak kedua sisi rambutnya. “Apa sih ini? Kenapa tiba-tiba sekali.” Marsha menatap wanita itu dengan wajah lelah. “Marsha sibuk dengan kasus ini dan itu. Tapi Mama bicara begitu sekarang? Mama mau membuat Marsha botak karena terlalu banyak ‘problem’?” Dena menggeleng. “Bukan itu maksud Mama. Hanya saja ... pelakunya memiliki nama yang sama dengan orang yang kamu kejar dalam kasus beruntung ini.” Marsha mengerutkan kening untuk ke sekian kali. Ia masih tidak habis pikir dengan semua ini. “Anna? Apakah wanita itu ... biang keroknya?” Dena

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   168. Menyingkap Rahasia

    Drtt …. drtt … drtt … Marsha mengejapkan mata. Ini hari terakhirnya berada di rumah sakit. Yang ia pikirkan hanya bermalas-malasan seharian karena mengira ini adalah hari terakhir liburnya. Tapi begitu melihat panggilan telepon dari Daniel, entah mengapa Marsha yakin jika dirinya tak akan bisa bersantai lagi. “Halo.” Marsha menguap lebar. Yana dan Naya yang entah sejak kapan ada di dalam kamarnya, hanya melihat kelakuan kakak iparnya dengan geleng-geleng kepala. [Anda masih di rumah sakit, kan?] Marsha menjauhkan teleponnya dari telinga—memastikan apa benar yang meneleponnya adalah Daniel—karena orang di seberang sana seakan tak tahu kondisinya. “Kenapa bertanya tidak masuk akal?” Marsha bertanya dengan bingung. “Suaramu … apa ada masalah yang terjadi?” Daniel terdengar mendesak kasar. Tampaknya memang ada yang telah terjadi. Daniel adalah orang yang tenang jika berhadapan dengan dirinya. Mende

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   167. Selamat Tinggal

    Lea tersenyum dengan paksa. Air matanya hampir berlinang membasahi pipi. “Kenapa dengan wajahmu?” Marsha bertanya karena murni tidak tahu. Wanita itu datang dengan wajah sembab sambil membawa banyak makanan. Tapi begitu masuk ke dalam ruangan Marsha ia tidak melakukan apa pun dan hanya diam seperti mayat hidup di sofa panjang depan TV. Marsha masih duduk di atas ranjang dengan meninjau data. Setelah mengajukan pertanyaan tanpa jawaban, ia memilih untuk tidak bertanya lagi. Ampai beberapa jam berlalu tanpa obrolan di dalam ruangan itu. Marsha menatap keluar jendela. Langit malam sudah mulai menampakkan diri. Sudah saatnya Lea kembali. Tapi wanita itu hanya diam seperti beberapa saat yang lalu. “Hari makin gelap. Kamu tidak kembali?” tanya Marsha. Lea mengejapkan mata dan memalingkan pandangan ke arah Marsha. “Aku mau menginap.” Setelah mengatakan itu, Lea meletakkan bantal sofa yang dari tadi ia

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   166. Izin Menyerang

    Lea menatap Gama yang duduk di dalam ruang tamunya dengan tatapan bingung.“Apa yang membawamu ke sini?” tanyanya, dengan menyajikan secangkir teh untuk mereka berempat.“Aku datang untuk bertanya sesuatu.” Gama memilik ke arah Derren dan Syam yang masih terus melempar tatapan horor satu sama lain. “Tapi mereka akan mengganggu jika terus begitu. Tidak bisakah kamu membuang salah satunya ke kamar mandi atau ke mana gitu?” Lea menghela napas kasar. “Di antara dua orang ini, mana yang lebih di butuhkan untuk membantu?”Gama langsung menunjuk Derren. Seketika itu juga Lea langsung menyeret Syam dan memasukkannya ke dalam kamar, lalu menguncinya dari luar.“Kamu tidur saja, Senior. Kamu kan belum tidur karena menemaniku semalaman!” ucap Lea dari luar kamar tanpa rasa bersalah.Syam pasrah. Ia yang mulai mengantuk akhirnya menurut. “Baiklah. Bangunkan aku saat jam makan siang.” Lea tak menjawabnya. Ia kembali ke ar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   165. Terciduk

    “Kamu mau makan apa?” Derren mengambil piring. Ia siap menjadi banu Marsha seandainya istri cantiknya itu meminta sesuatu. Sayangnya, Marsha sudah mengambil piringnya sendiri dan mengambil makanannya sendiri. Derren menghela napas penat. Ia mengikuti langkah Marsha berjalan pergi meninggalkan tempat hidangan kantin berada dan mencari tempat duduk. “Jangan terus mengikutiku.” Marsha menyuapkan makanan ke dalam mulut dan mulai makan dengan tenang. Derren memperhatikan dengan saksama. “Sampai kapan kamu jadi marah? Kemarin kan masih aku yang marah?” tanyanya, tak mengerti kenapa situasinya menjadi terbalik. Wanita itu hanya mengangkat pundak acuh tak acuh. Derren menghela napas. Ia masih mempertahankan senyumnya dengan sabar. “Bagaimana kalau menonton?” Marsha menaikkan alisnya. Ia terlihat tertarik. Tapi gengsi lebih mendominasi. “Tiba-tiba?” Ia menjawab dengan sewot. “Kamu masih ingat

DMCA.com Protection Status