Share

4. Menikah

Author: Anfisor
last update Last Updated: 2023-06-08 23:52:50

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, hari pernikahan Namira dan Junapun tiba. Hari ini, mereka akan melangsungkan akad disusul acara resepsi. Acara digelar di sebuah gedung milik Gamandi dan semuanya sudah diatur oleh pria itu. Namira dan sekeluarga hanya tinggal datang, membawa si pengantin wanita yang tak lain adalah Namira yang sudah didandani secantik mungkin serta di pakaikan kebaya yang sudah disiapkan ibu Namira.

Namira di gandeng Basri dan Renita memasuki gedung yang sudah dipenuhi banyak orang. Tampak di tempat ijab qabul, Juna duduk menunggu. Ditemani bapak penghulu dan beberapa saksi dari pihak Namira dan Juna.

Laki-laki itu menawan dan rupawan dengan setelannya. Kemeja putih dibalut jas berwarna hitam. Berpadu dengan celana bahan berwarna senada. Tak lupa dengan kopiah yang menutupi kepala Juna, membuatnya terlihat semakin tampan.

Namira akui, Juna memang tampan.

"Karena pengantin wanitanya sudah duduk di samping mas ganteng, ada baiknya kita mulai ijab qabulnya," ujar pak penghulu.

Juna duduk tegap, menatap lurus ke arah bapak penghulu. Jujur, dia deg-degan. Momen yang kerap dia bayangkan akan terjadi hari ini. Menjabat tangan penghulu seraya mengucap ijab qabul lalu di sahuti kalimat sah oleh para saksi dan tamu undangan. Dan selanjutnya, Juna resmi menjadi seorang suami.

Singkat tapi bermakna.

Ah, dia tidak pernah membayangkan hal itu terjadi secepat ini.

"Baiklah, Nak Arjuna. Jabat tangan saya."

Juna meneguk ludahnya, berusaha untuk tidak gugup. Dia mengusung senyum, lalu menjabat tangan pak penghulu. Dia memejamkan mata, mencoba mengatur nafas sekali lagi. Jantungnya betulan tidak bisa diajak bekerja sama. Berdetak dengan tempo cepat, membuat Juna gemeteran. Untung yang tremor kaki. Coba kalau tangan? Juna tidak yakin dirinya bisa tersenyum lagi.

"Saya nikahkan, Namira Raina Putri Binti Basri Galam dengan ananda Arjuna Putranda Gamandi Bin Gamandi A.S dengan seperangkat alat sholat dan cincin emas 48 karat dibayar tunai!"

Namira menghembuskan nafas yang sejak tadi dia tahan. Tatapannya beralih pada Juna yang masih diam.

"Saya terima nikahnya, Namira Raina Putri Binti Basri Galam dengan mahar tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

Juna membuang nafas, menatap para saksi yang masih diam.

"SAH!"

Reflek semua manusia yang berada di dalam ruangan itu mengucap syukur. Namira yang semula diam, berucap syukur lirih. Juna yang baru saja usai mengucapkan ijab qabul dengan lancar menitikkan air mata. Merasa terharu dan sedikit bahagia. Meskipun mereka menikah atas dasar perjodohan, Juna akan mencoba untuk mencintai Namira.

"Silahkan, cincinnya dipasangkan di jari satu sama lain."

Juna meraih kotak beludru berisi sepasang cincin yang mana di setiap cincinnya terukir nama mereka. Juna menarik salah satu, lalu menatap Namira yang ternyata juga menatapnya. Sial! Juna kembali gugup. Dia menarik tangan Namira, menyematkan cincin itu di jari manis perempuan itu.

Kemudian sebaliknya, Namira meraih tangan Juna dan menyematkan cincin yang sama di jari manis laki-laki itu. Setelahnya mereka saling pandang dalam jangka waktu yang cukup lama. Menyelami netra satu sama lain. Hingga akhirnya Namira tersadar. Dia meraih tangan Juna untuk di salami, berlanjut Juna yang membawa kening Namira untuk di cium.

Jantung Namira berdisko ria.

"Selamat datang di kehidupan saya, Namira," bisik Juna setelah melepas ciuman di kening Namira. Laki-laki itu tersenyum tulus, membuat Namira buru-buru berdeham karena merasa tidak nyaman. Detak jantungnya semakin menggila jika Namira terus-terusan berada di dekat Juna. Terlebih saat ditatap seperti itu. Ah, melebur sudah jiwanya.

Semua yang menyaksikan tersenyum haru. Kedua orang tua dari mempelai menitikkan air mata. Putra putri mereka sudah dewasa. Sudah berumah tangga dan akan hidup terpisah dengan jalan mereka sendiri.

Usai menandatangani dokumen penting dan acara foto bersama, Namira dan Juna di bawa duduk di pelaminan. Mereka juga sudah berganti pakaian, menggunakan adat Minang. Ibu Namira adalah orang Minang dan begitu pula dengan almarhumah Bunda Juna. Hal inipun atas usulan Ibu Namira.

Para tamu datang mengucapkan selamat dan kalimat doa lainnya, berharap Juna dan Namira menua bersama. Lekas mendapat keturunan dan berbagai macam kalimat manis lainnya. Tak ayal ada juga yang menggoda, mencolek-colek Juna dan mengajak pria itu foto bareng tanpa Namira. Dia sendiri hanya diam. Mau dikata cemburu juga tidak. Namira tidak ada rasa pada Juna.

Acara usai pukul delapan malam. Namira dan Juna akhirnya turun dari pelaminan, bergegas menuju hotel yang berada di sebelah gedung. Mereka akan bermalam di sana dan pulang ke rumah esok pagi untuk menyiapkan keperluan Namira. Perempuan itu akan dibawa Juna untuk tinggal di rumahnya.

Juna memasuki kamar diikuti Namira yang melangkah di belakang. Keduanya sudah mengganti baju adat yang tadi dikenakan dengan baju biasa. Tadi mereka melepas di gedung bersama MUA dan yang punya baju.

Juna menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Kemudian menarik dasi yang mencekik lehernya. Menghela nafas panjang, Juna melirik Namira yang duduk di sisi ranjang lain. Perempuan itu juga tampak lelah, tapi tidak mau ikut berbaring. Juna paham, pasti setelah ini mereka akan membahas perihal wilayah kekuasaan yang ujung-ujungnya akan dibatasi menggunakan guling. Juna hafal dengan tingkah istri yang menikah karena dijodohkan. Kerap Juna temui di buku yang dia baca.

"Saya mau mandi." Juna memilih beranjak bangkit. Meraih handuk yang dilipat di atas sofa, kemudian berlalu memasuki kamar mandi.

Namira melirik sekilas tanpa mengeluarkan suara. Dia masih berusaha menerim kenyataan yang baru saja terjadi. Arjuna adalah suaminya. Namira telah menikah. Dia sudah berumah tangga.

Ah! Namira menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit-langit kamar seraya menerawang perihal kehidupannya di masa yang akan datang. Rasanya asing. Aneh dan sedikit canggung. Namira terus dibuat deg-degan kala bayangan Juna mencium keningnya memenuhi kepala. Bagaimana lembut dan tulusnya laki-laki itu, bagaimana air matanya jatuh saat para saksi berseru sah.

Mendebarkan dan selalu mendebarkan.

Namira mengangkat tangannya, menatap cincin yang tersemat di jari manisnya. "Gue udah jadi istri. Ternyata gue udah lumayan tua juga ya? Emang udah pantes berumah tangga."

Ceklek!

Juna keluar dari kamar mandi. Namira menoleh, lalu memekik. Reflek melempar guling ke arah laki-laki itu. "Lo ngapain?!"

"Habis mandilah," sahut Juna melangkah mendekati lemari pakaian. Juna baru ingat bahwa dirinya tidak memiliki pakaian ganti. Mereka belum pulang ke rumah untuk mempersiapkan pakaian dan keperluan lainnya. Semoga saja di dalam lemari itu ada pakaian yang bisa dia gunakan.

"Baju lo mana?!"

Juna menatap tubuhnya yang hanya dibalut handuk. Kemudian menatap Namira yang melotot galak. "Saya lupa kalau kita ke sini nggak bawa baju."

"Terus?!"

"Ini mau liat dulu di lemari. Semoga ada baju gantinya. Kalau enggak ya, terpaksa."

"Terpaksa apa?!"

Juna menghela nafas lelah. "Mending kamu diem. Saya mau fokus nyari baju dulu."

Juna mengacak-acak lemari yang kosong. Tidak ada baju yang bisa dipakai kecuali handuk berbentuk baju. Entahlah, Juna tidak tau namanya apa. Dan terpaksa, Juna harus memakai kembali pakaian yang dia pakai tadi. Sial! Padahal sudah bau keringat. Dia tidak mungkin memakai handuk berbentuk baju itu hingga esok hari.

"Itu kan baju yang lo pakai tadi," ujar Namira menatap Juna yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Juna melirik Namira sinis. "Terus kenapa? Baju saya wangi."

Namira berdecak pelan. "Jadi gimana, lo mau tidur di mana?"

"Ya dikasurlah!" Juna langsung melompat ke atas ranjang. Dia tidak akan mengalah lalu tidur di sofa. Juna tidak ingin tubuhnya remuk dan pegal-pegal hanya karena terlalu baik pada Namira.

Perempuan itu melebarkan mata, tidak terima. "Weh, nggak bisa gitu dong! Kalau lo tidur di kasur, gue tidur di mana?"

"Di kasur juga."

"Nggak!" Namira menggeleng cepat.

Juna mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Ya, gue nggak mau tidur sama lo!"

"Apa masalahnya? Saya nggak akan ngapa-ngapain kamu. Lagian nggak papa juga kalau disentuh dikit, kan udah sah."

Namira terdiam dengan perasaan jengkel. Perihal mereka yang sudah sah Namira juga tau. Hanya saja, Namira tidak ingin berada di ranjang yang sama dengan Juna. Alasannyapun Namira tidak tau, tapi intinya dia tidak ingin tidur bersama laki-laki itu.

"Kamu dosa loh kayak gitu sama suami sendiri. Saya bisa maklum, tapi Allah, dia bakal marah kalau kamu bersikap kayak gini." Juna menatap Namira tak percaya. Perempuan itu terlalu banyak gaya. Pasti isi kepalanya sudah yang aneh-aneh, makanya tidak mau tidur bersama Juna. Lagipula, Juna tidak akan memulai tanpa izin dari Namira.

Lagi-lagi Namira dibuat kalah. Biar begitu, Namira tidak akan menyerah. "Gimana kalau kita suit? Kalau gue menang, lo tidur di sofa."

"Oke. Kalau saya menang, kamu tidur sama saya," ujar Juna.

Namira menatap ragu. Tapi akhirnya tetap menganggukkan kepala. "Oke."

Dan hasilnya, Namira kalah. Mereka suit batu gunting kertas sebanyak lima kali dan Juna menang lima kali berturut-turut. Mau tidak mau, Namira tidur di kasur bersama Juna yang tersenyum penuh kemenangan. Tidak sepenuhnya menang karena Namira tetap memberikan batas teritorial, yaitu si bantal guling yang membatasi mereka.

Juna tidur memunggungi Namira. Matanya masih terbuka. Bibirnya menyunggingkan senyuman miring. Entah kenapa, Juna merasa tertantang untuk mendapatkan hati Namira. Membuat perempuan itu jatuh cinta padanya.

Related chapters

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   5. Pasutri Baru

    Pagi menjelang terlalu cepat. Tak disangka, Juna tertidur pulas sembari memeluk Namira yang juga tidak menyadari posisi mereka. Nampak terlelap begitu nyenyak, membuat Juna yang sudah bangun duluan menjadi deg-degan. Posisi yang berbahaya, membuat darah berdesir dan jantung berdebar-debar. Wah, memang tidak sia-sia dia menikah dengan perempuan itu. Sebenarnya paras tak terlalu diperhitungkan, tapi jika dapat yang hampir sempurna, jelas Juna bersyukur. "AAAAAAA!"BUGH! Namira terbangun tepat di saat mata Juna menatap dalam wajah perempuan itu. Namira memekik, mendorong Juna yang memeluknya hingga jatuh dari ranjang. Meringis sudah tulung punggung Juna karena terhantuk sudut nakas. "Lo ngapain?!"Juna mengerutkan dahi kesakitan. Memegangi pinggangnya yang berkedut. Kemudian tatapannya tertuju pada Namira yang melotot garang. "Kamu kenapa dorong saya?!""Situ ngapain meluk gue?!""Ya mana saya tau."Namira menatap Juna kesal. Ingin ia bejek-bejek rasanya wajah tampan itu. Tapi Namira

    Last Updated : 2023-06-08
  • Suami Kaya Pilihan Bapak   6. Taruhan Jatuh Cinta

    "Kita pisah kamar?""Maunya sih gitu.""Alay banget. Serius.""Kok alay?!""Kayak drama. Ini dunia nyata, ngapain tidur pisah kamar. Mending nggak usah nikah.""Kok?!"Juna menaikkan kedua alisnya, menantang Namira untuk lanjut berbicara. Perempuan itu menatap Juna tajam, kemudian berlalu meninggalkan laki-laki itu dengan langkah yang dihentak-hentakkan. Dari belakang, Juna memperhatikan dalam diam. Tidak melepas pandangan hingga perempuan itu hilang di balik tangga. Kemudian ia ikut menyusul sembari menggeleng-gelengkan kepala tidak habis fikir. Lantai atas punya dua kamar. Salah satu pintunya terbuka lebar, memperlihatkan Namira yang sibuk meratapi diri di depan kaca. Tampak frustasi. Mungkin dia menyesal dengan pernikahan ini. Tapi ya bodo amat. Rezal hanya mengedikkan bahunya, tidak mau peduli. Tidak ada gunanya menyesal. Salah dia sendiri, kenapa disaat Juna datang melamar, Namira menerimanya dengan senang hati. Kalau tidak mau ya tolak. Toh, Juna bisa menikah dengan perempuan l

    Last Updated : 2023-06-08
  • Suami Kaya Pilihan Bapak   7. Perkara Remot TV

    Usai melaksanakan sholat Maghrib, Namira memutuskan untuk duduk di ruang tengah, berniat untuk menonton televisi atau serial atau series atau semacam itulah. Sebelum itu, Namira sudah memesan cemilan untuk menemaninya saat nonton. Rencananya ia akan menonton ulang film Korea yang berjudul Descandent of the sun. Masih belum move on dan ada sedikit rasa rindu terhadap bapak-bapak tentara keren itu.Namun tampaknya rencana menonton dengan tenang tidak akan berjalan dengan lancar, sebab Juna tiba-tiba duduk di sebelahnya tanpa permisi. Mana langsung meraih remot dan mengganti siaran ke siaran tv nasional. Langsung saja, Pak Kemet dan Dadang menjadi tontonan Namira."Kok lo ganti sih?!"Juna menoleh, menatap Namira dengan air muka lugu. "Emangnya kamu mau nonton film apa? Dunia terbalik kan?"Namira menatap Juna kesal. Sejak kapan tontonan Namira dunia terbalik? Tau saja tidak dia kalau ada serial itu di pertelevisian Indonesia. "Gue mau nonton Drakor, Juna! Apaan tuh dunia terbalik.""Dra

    Last Updated : 2023-06-22
  • Suami Kaya Pilihan Bapak   8. Perkara remote TV part II

    Omong kosong jika mereka betulan ke toko elektronik untuk membeli remot tv. Nyatanya, tempat yang mereka kunjungi adalah area street food malam. Membeli aneka jajanan yang entahlah--Namira tidak menduga bahwa Juna yang sok cool itu suka dengan arum manis. Bahkan dia membeli dua bungkus karena saking sukanya.Tak hanya itu, ia juga membeli beberapa makanan asin dan gurih. Dan tampaknya, kegiatan jajan itu sepenuhnya dilakukan oleh Juna. Ia bahkan menghiraukan Namira dan tidak peduli jika Namira tertinggal di belakang. Seharusnya yang sibuk menyapa abang-abang gerobak itu adalah dirinya, bukan Juna.Dan kini, mereka sudah berada di dalam mobil. Setelah menghabiskan setengah isi dompet dan separuh jam hanya untuk menelusuri pinggiran jalan. Wajah Namira masih tertekuk kesal meski sudah disogok dua kotak martabak sultan. Junapun tidak merasa bersalah karena telah mengerjai perempuan itu. Jika Namira memang tidak ingin ada di sini untuk menemaninya, Namira bisa pulang sendiri dengan angkot

    Last Updated : 2023-06-22
  • Suami Kaya Pilihan Bapak   9. Hobi Baru Arjuna

    "Masak apa Bu?" tanya Namira pada Bi Arum yang sedang asik di dapur. Memotong-motong kentang sembari memperhatikan masakan di wajan. Bi Arum tersenyum kala tau Namira datang ke dapur. "Masak telur dadar sama sop sayur non," jawab Bi Arum. Memang telur dadar ternyata.Namira menganggukkan kepalanya mengerti. "Boleh nggak kalau Mira ikutan masak?"Bi Arum langsung menatap kaget Namira. "Non mau masak?""Iya Bu.""Tapi jangan deh non. Ini bibi mau goreng ayam. Kalau non yang goreng, nanti tangannya kecipratan minyak." Bi Arum tidak mengizinkan. Takut istri dari majikannya itu terluka jika nekat berdekatan dengan wajan.Namira memasang wajah cemberut. "Bolehlah Bu. Mumpung Mira nggak ada kerjaan." Bi Arum masih ragu untuk memberikan izin kepada Namira. Bahaya jika ibu negara itu terluka karena nekat terjun ke dapur. Bisa-bisa sang paduka mengamuk."Biarin aja, bi. Manusia males kayak dia emang harus tau sama dapur." Entah sejak kapan, Juna berdiri di samping kulkas sembari bersedekap da

    Last Updated : 2023-06-22
  • Suami Kaya Pilihan Bapak   10. Pasien Pertama

    "Saya pergi dulu," pamit Juna pada Namira kala mendapati perempuan itu sedang duduk di teras. Membaca majalah seraya menikmati secangkir kopi. Namira mendongak, menatap Arjuna yang sudah kece abis. Tubuh dibalut kemeja lengan pendek berwarna hitam, kaki dilindungi sepatu kece yang kerap dipakai orang-orang kantoran, kaca mata minus di atas hidung, celana bahan berwarna hitam, jam tangan, tas tentengan, jas putih yang tersampir di salah satu lengan, hm--ini terlalu rapi untuk keluar rumah mencari angin. Namira menyipitkan matanya, curiga dengan Juna yang tumben-tumbenan ganteng maksimal. "Mau kemana?""Rumah sakit.""Ngapain? Lo sakit?" tanya Namira, heran. Juna menggeleng. "Ada perlu. Kamu kalau butuh apa-apa, bilang aja sama Bi Arum.""Tapi gue juga mau keluar." Namira juga sudah punya rencana untuk menghabiskan waktu luangnya. Juna beroh singkat. "Yaudah. Saya berangkat kalau gitu."Namira menahan Juna yan

    Last Updated : 2023-06-25
  • Suami Kaya Pilihan Bapak   11. Bertemu Mantan

    Namira berbalik, memunggungi meja administrasi. Ada banyak manusia berpakaian formal berseliweran di lobi. Mereka tampak bersemangat untuk bekerja dan Namira menginginkan hal itu. Ia ingin sibuk seperti orang-orang itu. Duduk sembari menatap layar komputer, ditemani satu cangkir kopi susu. Indah sekali jika dibayangkan.Senyum Namira memudar kala melihat seorang laki-laki berjalan menghampiri meja administrasi. Mata Namira menyipit, merasa kenal dengan manusia yang sudah punya id card sendiri."Regi? Lo Regi kan? Yang waktu itu hampir pingsan karena antrian ngirim surat lamarannya panjang?" Namira langsung menodongkan sebuah pertanyaan.Pria bernama Regi itu menoleh. Cukup lama matanya menatap Namira sebelum akhirnya berseru heboh. "Namira! Lo udah kerja di sini juga?"Namira menggelengkan kepalanya. "Gue ngirim surat lamaran.""Lagi?" Regi terkekeh. Ia sudah hafal berapa kali perempuan yang satu ini datang ke tempat ini untuk mengirim surat lamaran kerja. "Iya. Lo ngirim surat lamar

    Last Updated : 2023-07-06
  • Suami Kaya Pilihan Bapak   12. Arjuna...

    Juna langsung membawa Namira memasuki kamar. Perempuan itu pasti syok diperlakukan seperti itu oleh laki-laki jahat yang nyatanya adalah mantan kekasih Namira. Juna tidak tau kronologi jelasnya perihal yang dilakukan Sky pada Namira. Ia hanya melihat, Namira di tarik dengan begitu kasar menuju parkiran. Juna cukup bersyukur karena ada yang menolong Namira. Jika tidak ada, mungkin Juna tidak akan tau bagaimana nasib perempuan itu selanjutnya."Kamu nggak papa?" tanya Juna pada Namira yang berada di sebelahnya. Sejak tadi, Namira tak mau bersuara."Gue baik-baik aja," ketus perempuan itu, tidak mau menatap Juna. Ia tidak marah pada laki-laki itu tapi takut jantungnya kembali berdetak tidak normal jika matanya dan mata Juna kembali beradu. Cukup di sepanjang perjalanan pulang Namira kesulitan mengatur detak jantungnya sendiri.Juna tersenyum tipis. "Maaf karena saya membiarkan kamu pergi sendiri.""Bukan salah Lo. Biasanya juga kalau mau kemana-mana kan gue sendiri," ujar Namira."Ya, un

    Last Updated : 2023-07-19

Latest chapter

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   56. Berakhir sama

    Sepasang suami istri itu sama-sama gusar dengan masalah yang mereka hadapi. Lima belas menit berlalu, keduanya sama-sama termenung di depan televisi yang menyala. Tadinya ingin nonton film bareng sembari bercerita perihal bagaimana hari ini. Tapi entah kenapa keduanya sama-sama melayang dengan pikiran masing-masing.Namira dengan masalah tugas baru dan rekan setim yang menjengkelkan, lalu Juna dengan janji ingin menikahi Zahira dalam upaya penyelamatan. Masalah mereka sama-sama rumit.Perihal naik jabatan. Mau bagaimanapun, naik jabatan dan memperoleh karir yang bagus adalah cita-cita Namira sejak lama. Peluang yang ada tidak mungkin dia abaikan. Namun lagi-lagi Namira sangsi karena rekannya adalah Regi. Namira tidak tau bagaimana caranya meminta izin pada Juna. Takut pria itu marah dan tidak mengizinkannya.Kemudian perihal menikahi pasien sendiri. Hal itu tidak pernah ada dalam rencana Juna. Dia tidak berniat menikah lagi karena mencintai Namira sulitnya setengah mati. Namun Juna ti

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   55. Terjebak karena dijebak

    Juna tau apa yang dia janjikan adalah upaya penyelamatan. Tapi Juna juga mesti tau bahwa janji yang dia ucapkan bukan hanya omong kosong yang bisa dengan mudah dilupakan. Mungkin Juna bisa menyepelekan ucapannya kalau yang mendengarnya bukan remaja delapan belas tahun yang mengaku bercita-cita jadi istrinya. Juna bisa tenang kalau yang dia ajak bicara adalah anak SD yang suka lupa siapa pria idamannya.Kini, Juna harus menanggungnya sendirian. Janji yang dia diserukan disaksikan banyak orang, termasuk Amel yang tau kalau Juna sudah punya istri. Dia juga tidak tau harus bagaimana agar Zahira tidak kembali bunuh diri. Bukan tak mungkin Zahira tak akan mengulangi kejadian tadi. Tapi tak mungkin juga Juna menikahi gadis itu. Yang benar saja? Namira bisa terluka.Juna berada dalam masalah besar. Ah, sialan. Kenapa hidupnya bisa serumit ini?"Kondisinya stabil, dok," ucap Amel yang baru saja memeriksa Zahira.Juna tersadar dari lamunannya. Matanya tertuju pada gadis yang terlelap di atas r

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   54. Rencana bunuh diri

    "DOKTER JUNA!"Teriakan maut dari Amelia hampir membuat nyawa Juna tercabut dari tubuhnya karena tersedak kacang hijau yang sedang dia makan. Buru-buru meraih segelas air, lalu meneguknya hingga tandas. Kemudian mata Juna menatap Amel yang berlari mendekati mejanya. Raut wajah perempuan itu tampak gusar, seperti baru saja ditagih hutang oleh debkolektor tidak punya hati."Dokter!" Suaranya masih tinggi disertai napas yang memburu."Apasih, Mel?"Amel tidak langsung menjawab. Terlebih dahulu mengatur napasnya yang berantakan. "Itu, pasien dokter... pasien dokter mau bunuh diri!"Kontan mata Juna melebar karena terkejut. "Pasien saya yang mana?""Itu dok, yang kecil," jawab Amel.Hanya ada satu pasien anak kecil yang Juna tangani. Dia lekas beranjak, menatap Amel yang masih belum usai dengan cemasnya. "Dimana dia?""Di rotroof, dok."Juna bergegas meninggalkan kantin dan bubur kacang hijau yang baru dimakan separuh. Sedangkan Amel menyusul di belakang. "Apa sih yang dipikirkan anak itu

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   53. Orang-orang gila yang gila

    Kembali pada rumah sakit bukan hal yang Zahira syukuri. Sebetulnya dia tidak berharap bisa terbaring lagi di sini. Rasanya semua harapan untuk sembuh sudah habis kala Juna memutuskan untuk tidak menemuinya lagi. Hati Zahira benar-benar patah melihat Juna membencinya tanpa Zahira tau apa yang telah dia lakukan. Zahira juga tidak pernah membayangkan Juna mau menerimanya kembali sebagai pasien. Sedikit egois, seharusnya Juna bersikap profesional sebagai dokter. Terlepas dari masalah mereka yang tidak jelas, mereka adalah dokter dan pasien. Juna mungkin membenci Zahira dan tidak ingin melihatnya lagi, tapi abai pada pasien karena masalah pribadi bukan bagian dari profesional. Terbaring tidak berdaya, mengabaikan pengobatan, enggan makan dan tidak mau bertemu siapapun karena Juna adalah bentuk dari perasaan Zahira yang merasa ditolak. Dia tidak menapik bahwa dia suka pada Juna. Mungkin sudah pada level cinta yang mana rela melakukan apapun agar mereka bisa bersama. Zahira suka pada Juna

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   52. Misi baru

    Kaki Gamandi bergerak gelisah. Dia mendengar kabar bahwa hubungan Juna dan Namira kian membaik. Dan kabar mengenai Regi yang dibenci oleh Namira menjadi masalah baru yang harus segera dia selesaikan. Gamandi tidak akan merasa puas jika dendamnya tak terbalaskan. Semuanya harus hancur. Baik itu Basri ataupun putrinya. Tidak satupun dari mereka boleh berbahagia.Dia akan menekankan sekali lagi, tujuannya membantu Basri dan menjodohkan anak mereka adalah untuk membalaskan dendam pada Basri. Gamandi tidak datang dengan raut wajah benar-benar senang. Semua yang dia tunjukkan hanyalah sebuah topeng. Tidak ada yang tau dengan rencana dan rasa bencinya. Gamandi bergerak sendiri."Silahkan temui saya nanti sore di caffe seberang. Ada yang ingin saya bicarakan," ucap Gamandi pada seseorang yang berada pada sambungan telvon.Tidak ada cara lain selain melibatkan orang lain. Gamandi tidak ingin rencana yang telah dia susun sejak lama hancur begitu saja.***Zahira benar-benar datang menemui Juna

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   51. Kesialan: Sky dan Juna

    Regi tidak mampir. Setelah menurunkan Namira dan Sky, dia langsung pulang. Rencananya rusak karena kehadiran Sky. Seharusnya dia bisa berduaan dengan Namira dan memperbaiki hubungan mereka. Namun makhluk sialan itu muncul dan merusak semuanya.Kini, di teras rumah itu ada Namira dan Sky. Dia mengekori Saras, seperti seorang anak yang mengekori ibunya. "Lo ngapain di sini, Sky?" tanya Namira sebelum mendorong pintu rumahnya agar terbuka."Main," jawabnya enteng sembari menggali harta karun dari lubang hidungnya.Namira menghela panjang. "Mending lo balik. Gue mau istirahat.""Kasih gue minum. Haus." Dia mengusap tenggorokannya.Namira mendengus, jengkel. "Habis itu pulang.""Okay.""Jangan ikut ke dalam. Duduk di sini aja," ucap Namira kala Sky mengikutinya ke dalam rumah.Dengan wajah cemberut, Sky kembali mundur, lalu duduk di kursi teras. Tapi tidak apa. Meski diperlakukan kurang baik, Sky telah bertemu Namira. Setidaknya dia berhasil menjauhkan Namira dan Regi.Sky duduk diam semb

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   50. Kesialan : Regi dan Sky

    Hari ini Namira pulang sedikit terlambat. Yang biasanya pukul enam sudah berada di rumah, kini baru beranjak dari kantor sekitar pukul tujuh malam. Namira pulang sendirian. Juna masih belum pulang dari rumah sakit karena mendadak menolong temannya di IGD. Alhasil, Namira harus pulang sendirian naik bus umum. Usai merapikan berkas-berkas di mejanya, Namira pergi ke toilet untuk merapikan rambut dan pakaiannya. "Hai."Namira terperanjat kaget kala Regi tiba-tiba muncul di balik pintu. Regi tersenyum melihat wajah terkejut Namira. "Sorry kalau gue ngagetin."Namira menarik napas dalam, lalu menghembuskannya pelan. "Nggak papa.""Hm, mau pulang bareng?" tanya Regi.Semenjak kejadian di tepi pantai kala itu, Namira berusaha menjauh dari Regi. Dia selalu merasa bersalah jika kejadian itu kembali membayangi. Dekat dengan Regi membuat Namira merasa menjadi istri yang paling buruk. Dia tidak ingin menyakiti hati Juna."Gue bisa pulang sendiri," jawab Namira dengan nada sedikit ketus.Raut w

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   49. Kesempatan kedua untuk pasien menyebalkan

    Gamandi membenarkan dasinya yang terasa mencekik kala wanita di hadapannya menatap dirinya dengan tajam. Ibu dari pasien Juna yang ternyata adalah teman lama sekaligus manusia yang tak ingin dia temui itu datang untuk meminta tolong sekalian memarahinya karena tidak bisa merawat Juna dengan baik sehingga laki-laki itu dengan mudah menyakiti hati orang lain.Dia tidak berminat meladeni Raisa—ibu Zahira—jikalau saja dia tidak mengancamnya dan berkata akan menyebarkan rahasia Gamandi pada publik. Ancaman yang sangat klise tapi mampu membuat Gamandi ketar-ketir. Dia bisa hancur jika Raisa menyebarkan rahasia itu pada muka umum. Lantas demi dirinya sendiri dan perusahaan yang Gamandi naungi, dia berada di sini. Mendengarkan dengan malas ocehan Raisa perihal masa lalu Gamandi, dirinya dan ibu Namira. Gamandi berkali-kali menghela napas pertanda bosan mendengar Raisa bercerita. Namun naasnya manusia itu tidak peka dan terus berceloteh. Awalnya membahas Juna tapi malah berakhir membalas kisa

  • Suami Kaya Pilihan Bapak   48. I love you again

    Kondisi Zahira semakin menurun sejak Juna tidak lagi ingin menjadi dokter gadis itu. Zahira tidak ingin kontrol ke rumah sakit, tidak ingin minum obat dan sering mengabaikan waktu makan. Dia tampak seperti seorang perempuan yang ditinggal oleh kekasihnya. Benar-benar berantakan.Mama telah menghubungi Juna. Mengatakan apa yang terjadi pada Zahira saat ini dan bertanya kenapa Juna berhenti menjadi dokter gadis itu. Juna tidak memberikan jawaban, tapi malah memberitahukan bahwa dokter yang saat ini menangani Zahira jauh lebih hebat dari dirinya.Mama tentu tidak merasa puas dengan jawaban tidak jelas seperti itu. Dalam waktu dekat, mama ingin bertemu langsung dengan Juna. Dia harus membujuk pria itu untuk kembali merawat Zahira. Demi kebaikan Zahira dan juga demi kesembuhan gadis itu.Sebetulnya mama bisa membawa Zahira berobat di rumah sakit lain dengan dokter ahli yang jelas lebih hebat dari Juna. Namun anak itu tidak ingin berobat dengan dokter manapun kecuali Juna. Hal ini jelas men

DMCA.com Protection Status