"Maaf, aku masih mampu membiayai sekolah Nazril. Aku tidak mau jika Anda memberikan beasiswa itu hanya karena rasa belas kasihan. Meskipun aku tahu aku memang tidak memiliki apapun. Tapi aku menolak tawarannya. Satu alasan pula jika aku menerima beasiswa itu bukan tidak mungkin aku malah berleha-leha. Setidaknya jika aku biayai sendiri, aku memiliki semangat untuk terus bekerja karena ada anakku yang harus aku nafkahi." Nada menolak tawaran Ilham, Ilham pun tidak memiliki alasan untuk memaksakan Nada. Ia sadar diri, dirinya hanyalah orang lain yang baru saja Nada kenali."Baiklah. Aku tidak akan memaksa. Maaf jika perkataan ku membuat kamu tersinggung." Ujar Ilham yang merasa tidak enak hati."Aku tahu maksud Anda baik. Tapi maaf aku bisa mengatasi sendiri."Di dalam pikirannya, Nada terus berdebat sendiri. Untuk sekarang dirinya tidak memiliki uang, tapi di dalam dompetnya ada black card milik Akbar.Akbar memintanya untuk menggunakan kartu tersebut. Namun, ia berpikir ulang untuk t
Nada berhenti tertawa, ia teringat akan tujuannya menemui Akbar. Bukan untuk menangis di depan Akbar melainkan untuk mengembalikan black card milik Akbar. Yang tidak ia pakai sama sekali, ia tidak ingin merepotkan."Mbak hampir lupa," tutur Nada. Ia menjeda perkataannya lalu terlihat seperti sedang mengambil sesuatu dari tasnya."Ini," Nada menyerahkan black card pada Akbar.Akbar mengerut kan keningnya. Kenapa Nada malah memberikan padanya? Bukankah dirinya sudah bilang untuk Nada pakai. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah Nazril.Karena tak kunjung diambil, Nada pun meletakkan black card tersebut di atas meja. Di samping laptopnya." Kenapa di kembalikan? Akbar kan sudah bilang. Agar Mbak pakai kartu ini untuk memenuhi kebutuhan Nazril. Terutama kebutuhan sekolah " tutur Akbar.Nada menghela napas, lalu ia mulai berbicara. "Mbak tidak mau menyusahkan kamu Akbar. Lagi pula setelah Mbak pikir kita samasekali tidak memiliki hubungan apapun. Kamu bukan adikku, atau saudara atau apa pun. Ki
Akbar merasa lega saat ia berhasil menceritakan apa yang ia alami pada Ilham. Sungguh, ia merasa dirinya begitu bodoh dan kekanak-kanakan dalam urusan percintaan.Ilham tertawa melihat tingkah adiknya ini, ia begitu penasaran siapa sebenarnya wanita yang berhasil membuat sang adik terlihat begitu bodoh."Siapa wanitanya? Coba bawa menghadap kakak," ujar Ilham kemudian Akbar pun menatap sang kakak. "Justru itu masalahnya kak. Aku memang menyukainya. Tapi dia... Sepertinya menutup hatinya untuk pria lain," terang Akbar begitu lemahnya."Kamu belum mencobanya. Jangan dulu menyerah. Apakah wanita yang kamu maksud ini sama dengan wanita yang tempo hari kamu ceritain? Wanita yang mana suaminya dulu kerja diproyek pembangunan kita?" Terka Ilham. Sebab jika didengar dari cerita Akbar. Sama persis dengan apa yang Akbar sudah ceritakan beberapa waktu ke belakang."Iya, dia memang orangnya. mustahil kan kak untuk mendapatkan dirinya. Akbar merasa dia begitu sangat sulit untuk didapatkan. Dia ..
Pagi-pagi sekitar pukul setengah tujuh, Nada sudah berpakaian rapi. Baju gamis warna hitam dipadu padankan dengan jilbab warna dusty. Setiap orang yang melihat Nada pasti tidak akan menyangka jika Nada sebenarnya sudah berusia tiga puluh tahun. Sungguh, Nada justru terlihat seperti seorang gadis yang masih menginjak usia dua puluh tahunan.Berhubung ini adalah hari pertama Nazril sekolah sekaligus hari pertama dirinya kerja. Ya, Nada kini sudah memiliki pekerjaan. Ia bersyukur pekerjaan dirinya ini tidak harus menggunakan ijazah. Cukup memiliki pengalaman mengurus anak. Dia bukan lagi sudah berpengalaman, sebab Nada memang sedang berada di posisi sekarang ini. Memiliki anak dan merawatnya. Pekerjaan baru Nada ini adalah menjadi baby sitter. Pekerjaan cukup mudah bagi Nada. Ditambah jam kerja hanya sampai sore sampai orang tua anak yang ia asuh pulang. Akbar keheranan saat melihat Nada terlihat rapi, sepagi ini. Namun, saat melihat Nazril berpakaian sekolah membuat kebingungan dirin
Nada tidak langsung menghampiri Ilham. Ia malah memperhatikan Ilham. Ternyata benar apa yang dikatakan Lidya. Jika Ilham serba bisa. Saat membuat masakan pun terlihat begitu lihai. Seperti sudah terbiasa.Tanpa berkata sepatah kata pun, Nada menghampiri Ilham mengambil alih apa yang dikerjakan Ilham."Biar aku yang lanjutkan. Sebaiknya Tuan tunggu di depan."Ilham terkejut atas kehadiran Nada yang tiba-tiba. Sekejap Ilham terdiam melihat sosok Nada ada di hadapannya."Kamu? Kenapa ada di sini?" Tanya Ilham dengan nada keterkejutan. Nada menoleh sekejap dengan memberikan senyuman seulas. "Tentu saja aku ada di sini. Sekarang aku kerja bersama Tuan." Jawab Nada.Ilham masih kebingungan. Ia bahkan terus terdiam di samping Nada yang saat ini tengah menyiapkan sarapan untuk Ilham dan Lidya."Kerja?" "Iya. Apa Tuan lupa? Aku itu baby sitter yang ditugaskan untuk jaga nona Lidya. Dan sepertinya bukan hanya jadi baby sitter aja. Aku pun harus mengurus para penghuni dan rumahnya juga." "Ja
Nada duduk di tempat khusus untuk menunggu. Ia tengah menunggu Lidya sekaligus ia pun bisa memantau Nazril.Sang anak tidak mengetahui jika dirinya ada di sekolahan, ia yakin jika Nazril tahu bocah enam tahun itu pasti akan senang.Bel tanda sekolah bubar sudah terdengar. Nada buru-buru menunggu di depan gerbang. Untuk menunggu Nazril dan juga Lidya.Nada melihat Nazril menuju gerbang, ia bersama dengan teman barunya yang bernama Edward. Dari kejauhan sepertinya Nazril sudah melihat Nada. itu membuat Nazril tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Nada."Bunda! kok ada di sini? kan Nazril sudah bilang jangan dijemput. Nazril pulangnya bareng Edward." ujar Nazril pada Nada."Bunda tahu, hanya saja Bunda di sini karena tengah kerja.""Hah, kerja? kerja apa?""Alhamdulilah Bunda sekarang kerja jadi baby sitter, Nazril tahu baby sitter kan?"Nazril menggeleng, lalu Edward tiba-tiba menimpali. "Baby sitter itu semacam pengasuh. aku juga punya. Tapi dulu, sekarang enggak.""oh gitu," ti
Nada sebenarnya bingung apa yang harus ia kerjakan sekarang. Rasanya kurang etis saja jika ia harus duduk manis tanpa melakukan pekerjaan apapun.Terlebih di apartemen ini ada Ilham. Ini sukses membuat dirinya semakin dibuat bingung.Alhasil, ia pun memilih untuk menelepon ke rumah Akbar dan menanyakan keadaan Nazril pada Bi idah. Sebab jika menelepon Akbar, Nada yakin pemuda itu masih belum pulang.Namun, baru saja Nada hendak menelepon ke rumah. Panggilan dari Akbar mengentikan niat Nada.Nada pun memilih untuk mengangkat telepon dari Akbar."Halo, assalamualaikum," Sapa Nada dari balik telepon."Waalaikumsalam, Mbak.""Ada apa Akbar? Tumben telepon Mbak." Tanya Nada pada Akbar."Eh, itu... Akbar,... Akbar...." Tiba-tiba bibir Akbar terasa kelu. "Apa?" Tanya Nada."Mbak Nada sudah pulang belum?" Tanya Akbar dengan leganya. Sungguh perkara menanyakan hal ini malah membuat bibirnya begitu kelu.Nada terkekeh dari seberang telepon sana, Akbar yang mendengar hanya bisa mengerutkan keni
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengungkit, aku....""Iya, tidak apa-apa. Saya tahu kok, tuan hanya sebatas ingin tahu saja. Dan saya sudah jawab, jika suami saya sudah meninggal." Terang Nada.Meksipun dalam hatinya ia masih berharap bisa menemukan suaminya. Namun, melihat betapa ia sudah ikhtiar tapi tidak ada hasilnya. Itu artinya kemungkinan benar sang suami memang sudah tiada.Nada hanya bisa berdoa semoga hal yang baik selalu menyertai suaminya. Ia harus tetap hidup karena ada Nazril di sampingnya. Ia harus selalu membahagiakan anak lelakinya itu. Jam sudah menunjukan pukul lima sore, itu artinya waktunya untuk pulang sudah tiba. Nada sudah bersiap, sebelum pulang ia kembali memastikan jika makanan sudah tertata rapi di meja makan. Ia lalu menghampiri Ilham yang saat ini tengah bersama Lidya. Sejenak Nada tertegun melihat interaksi ayah dan anak itu. Ia tidak menyangka jika Ilham bisa melewati hari-harinya hanya berdua dengan buah hatinya. Dan Nada bisa melihat dengan jelas
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal