Nada sebenarnya bingung apa yang harus ia kerjakan sekarang. Rasanya kurang etis saja jika ia harus duduk manis tanpa melakukan pekerjaan apapun.Terlebih di apartemen ini ada Ilham. Ini sukses membuat dirinya semakin dibuat bingung.Alhasil, ia pun memilih untuk menelepon ke rumah Akbar dan menanyakan keadaan Nazril pada Bi idah. Sebab jika menelepon Akbar, Nada yakin pemuda itu masih belum pulang.Namun, baru saja Nada hendak menelepon ke rumah. Panggilan dari Akbar mengentikan niat Nada.Nada pun memilih untuk mengangkat telepon dari Akbar."Halo, assalamualaikum," Sapa Nada dari balik telepon."Waalaikumsalam, Mbak.""Ada apa Akbar? Tumben telepon Mbak." Tanya Nada pada Akbar."Eh, itu... Akbar,... Akbar...." Tiba-tiba bibir Akbar terasa kelu. "Apa?" Tanya Nada."Mbak Nada sudah pulang belum?" Tanya Akbar dengan leganya. Sungguh perkara menanyakan hal ini malah membuat bibirnya begitu kelu.Nada terkekeh dari seberang telepon sana, Akbar yang mendengar hanya bisa mengerutkan keni
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengungkit, aku....""Iya, tidak apa-apa. Saya tahu kok, tuan hanya sebatas ingin tahu saja. Dan saya sudah jawab, jika suami saya sudah meninggal." Terang Nada.Meksipun dalam hatinya ia masih berharap bisa menemukan suaminya. Namun, melihat betapa ia sudah ikhtiar tapi tidak ada hasilnya. Itu artinya kemungkinan benar sang suami memang sudah tiada.Nada hanya bisa berdoa semoga hal yang baik selalu menyertai suaminya. Ia harus tetap hidup karena ada Nazril di sampingnya. Ia harus selalu membahagiakan anak lelakinya itu. Jam sudah menunjukan pukul lima sore, itu artinya waktunya untuk pulang sudah tiba. Nada sudah bersiap, sebelum pulang ia kembali memastikan jika makanan sudah tertata rapi di meja makan. Ia lalu menghampiri Ilham yang saat ini tengah bersama Lidya. Sejenak Nada tertegun melihat interaksi ayah dan anak itu. Ia tidak menyangka jika Ilham bisa melewati hari-harinya hanya berdua dengan buah hatinya. Dan Nada bisa melihat dengan jelas
Nada merasa risi saat tahu ternyata Akbar membawanya ke sebuah restoran mewah. Ia merasa tidak pantas datang ke sana terlebih jika melihat tampilannya terlihat biasa saja. Orang yang melihat pasti akan tahu jika dirinya memang orang biasa, yang memiliki keberuntungan bisa masuk restoran mewah.Langkah mereka tertahan tatkala Nada malah diam ditempat, membuat Akbar menoleh dan mengerutkan keningnya. "Kenapa berhenti, Mbak? Ayo masuk!" Titah Akbar pada Nada.Nada menatap Akbar, ia seperti ragu untuk mengatakannya."Bisakah kita pindah, jangan makan di sini?" Usul Nada pada Akbar.Alis Akbar semakin terlihat mengkerut saja, saat ia mendengar keluhan Nada agar pindah tempat."Kenapa harus pindah, mbak? Apa Mbak tidak suka dengan tempatnya?""Bukan tempatnya yang tidak Mbak suka, tapi suasananya, Bar. Mbak merasa kecil jika harus makan ditempat semewah ini. Mbak takut malu-maluin kamu." Jujur Nada. Ini justru membuat Akbar terkekeh-kekeh."Ya Allah, Mbak. Kenapa bisa punya pikiran sampai
Pagi ini suasana hati Akbar begitu berbunga. Tidak hentinya ia terus tersenyum. Hingga lesung pipinya terlihat membuat Akbar terlihat semakin tampan dan menawan.Ilham sang kakak pun tidak jauh berbeda. Pagi ini ia merasa bahagia. Hingga orang kantor dibuat melongo sebab tidak biasanya atasannya ini terus menebar senyum mahalnya. Entah apa yang membuat kakak beradik ini berada di situasi yang sama. Hal ini Lalu disadari oleh keduanya. Ilham menyadari tingkah adiknya yang sedari tadi terus tersenyum. Begitu pula dengan Akbar yang mendapati sang kakak tidak hentinya melengkungkan senyuman."Kenapa?" Tanya keduanya bersamaan.Akbar mencebik, ia lalu menoleh kembali pada Ilham."Akbar yang harusnya tanya, kakak kenapa? Senyam-senyum sendiri gitu. Gak kesambet kan?" Ledek Akbar.Kali ini Ilham yang mencebik sinis. "Kamu yang kenapa? Memang kakak gak lihat, kamu juga senyam-senyum gak jelas gitu."Ilham lalu memilih untuk mulai bekerja. Mengalihkan keadaan yang mungkin saja bisa terbaca ol
Hari-hari berlalu dengan begitu cepatnya, kedekatan Akbar dengan Nada serta kedekatan Ilham dengan Nada membuat sebuah ikatan yang sangat rumit. Di mana Akbar dan Ilham sama-sama menyukai wanita yang sama. Hanya saja diantara Akbar dan Ilham belum tahu jika wanita yang sering mereka berdua ceritakan, kagumi dan inginkan adalah wanita sama -- Nada.Selain itu, hubungan Lidya dengan Nada terjalin begitu sangat dekat. Orang yang melihat mereka pasti akan beranggapan mereka adalah ibu dan anak. Padahal, kenyataan mereka hanya sebatas baby sitter dan mjikan. Tidak lebih dari itu.Hubungan Akbar dan Nazril pun tidak jauh berbeda. Terlihat begitu dekat dan akrab. Dari Akbar Nazril mendapatkan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan dari sosok ayah. Terkadang, Nada selalu berpikir. Apakah hubungan antara Akbar dan Nazril tidak akan berdampak Buruk ke depannya? Ia takut Nazril ketergantungan pada Akbar. Sedangkan Akbar hanyalah orang lain.Suatu saat nanti pasti Akbar akan memiliki keluarga baru
Sudah sore, tapi keadaan Ilham masih sama seperti tadi siang. Panas dan menggigil.Nada merasa bingung, apa yang harus dia lakukan? Jika harus meninggalkan mereka berdua Ilham dan Lidya rasanya ia tidak tega. Bagaimana jika terjadi sesuatu? Dan Lidya tidak bisa berbuat apa-apa. Hah! Pikirannya mendadak buntu.Kalau pun seandainya dirinya merawat Ilham dengan tetap stay dirumahnya , Lantas Nazril bagaimana? Huh, Nada semakin dibuat bingung saja.Nada lalu menatap Ilham yang masih berbaring itu, sedangkan Lidya gadis kecil itu memilih untuk menonton telivisi acara favoritnya.Nada duduk di samping Ilham, ia bermaksud untuk membangunkannya dan menyuruhnya untuk makan. Sebab sejak kembali dari kantor, belum ada sedikit pun makanan masuk ke lambungnya. "Tuan," panggil Nada dengan menyentuh sebentar lengan Ilham yang tertutup selimut itu.Tidak ada pergerakan, Nada pun kembali menyentuhnya dengan sedikit keras. Hingga percobaannya yang kedua ini membuat Ilham terbangun.Nada menunggu samp
Tiba di apartemen Ilham, Akbar langsung menuju kamar sang kakak. Ilham terlihat tertidur berbaring sementara Lidya tengah bermain boneka sendiri.Melihat pemandangan seperti itu, membuat Akbar merasa ngilu. Ia juga merasa kasian dengan sang kakak dan keponakannya Ditinggal Pergi untuk selamanya oleh istrinya, membuat Ilham seperti lelaki yang kesepian. Segala kebutuhan keponakannya Ilham yang urus.Bahkan terkadang, sang kakak akan menjelma menjadi seorang ibu yang bisa memasak dan mengerjakan kegiatan lainnya yang biasanya dilakukan wanita.Sementara, saat tubuh sang kakak sudah tumbang seperti sekarang. Maka waktu dirinyalah yang harus ambil alih. Merawat dan mengurus kebutuhan lainnya.Dan kegiatan seperti ini, rutin ia lakukan tiap sang kakak sakit. Akbar sama sekali tidak mengeluh, sebab jika bukan dirinya siapa lagi? Keluarga? Mereka tidak memiliki. Lebih tepatnya mendadak semua keluarga menjauh dari mereka setelah kedua orang tua mereka meninggal. Dan semuanya mendapatkan bagi
"Sejak kapan kakak tertarik padanya? Akbar gak percaya kakak bisa menyukainya. Akbar tahu selera kakak,'' ujar Akbar yang tahu persis bagaimana selera atau tipe-nya.Bukan maksud Akbar merendahkan. Karena pada dasarnya selera Ilham memang tinggi. Lalu sekarang tahu jika wanita yang disukai Ilham hanya baby sitter membuat Akbar takut. Jika sang kakak hanya menjadikannya pelarian semata "Tidak! Sekarang kakak bukan orang seperti itu. Semenjak bertemu dengan dirinya.""Akbar tidak percaya. Dan Akbar harap kakak tidaklah mempermainkan hati wanita itu. Anggap Akbar percaya, jika kakak sudah berubah. Dan kakak benar-benar tulus mencintai dia," Akbar berkata begitu panjang lebar, ini membuat senyum di bibir Ilham luntur."Akbar kamu benar-benar penghancur suasana hati. Kamu tenang saja, kakak tidak akan menyakitinya. Yang ada kakak akan menjaganya.""Syukur kalau begitu, Akbar turut senang mendengarnya."Akbar lalu kembali menemani Lidya. Ketimbang terus menyangka-nyangka apakah benar kakak