Pagi-pagi sekali, Nazril sudah mengitari rumah. Ia seperti tengah mencari sesuatu atau mungkin tengah mencari orang. Kayla yang memang sejak kemarin menginap menghampiri Nazril dan bertanya."Kakak perhatiin kamu mondar-mandir terus. Cari apa? Biar kakak bantu," ujar Kayla m ia sengaja mengkakakakan dirinya agar Nazril ikut memanggilnya kakak bukan Tante. Sebab baginya kata Tante mengganggu telinganya."Nazril cari Bunda sama Ayah. Apa mereka sudah pulang?. Kenapa Nazril cari tidak ketemu terus?'' Kata Nazril dan sukses membuat Kayla bungkam. Ia tidak tahu harus berkata apa."Mmmm, itu, eh.. biar kakak telepon Akbar. Eh, maksud kakak biar kakak telepon ayahmu. Kamu langsung bicara saja sama dia, ya. Tunggu sebentar."Sekarang Akbar memang memerintahkan Nazril untuk memanggilnya ayah. Karena statusnya memang sudah jadi ayah sambung Nazril.Kayla lalu mengeluarkan handphone, ia bukan menelepon Akbar ia justru malah menelepon Ilham. Dan membuat Ilham marah."Halo"["Ada apa telepon?"] Ke
Satu jam perjalanan Akbar, Ilham dan para polisi sudah sampai di tempat kedua di mana kemungkinan Firman ada di sana. Namun, sayang Firman dan Nada sama sekali tidak ada di tempat itu. Polisi sudah hampir menyerah, tapi Akbar terus ngotot agar polisi tetap membantu mereka."Masih ada satu tempat yang belum kita kunjungi. Katanya kamu polisi , tugas polisi kan membantu rakyatnya. Jadi bantulah kami sampai istriku ketemu," ujar Akbar ."Kami akan membantu kalian. Tapi, sebaiknya kita buat berita orang hilang dan tidak kalah pentingnya, kita pasang pelakunya. Jika memang kalian yakin orang itu pelakunya " polisi mencoba mencari cara untuk membuat Akbar mengerti. Dari pada mereka terus, cari, ke sini cari ke sana namun hasilnya tidak ada. Tentunya itu bukanlah cara yang efektif. Yang ada waktu terbang percuma."Aku akan melakukan itu setelah aku mengecek tempat terakhir. Jika masih tidak ditemukan maka aku ikuti usulan kalian. Aku juga ingin menyewa detektif. Istriku pokoknya harus kete
Firman melihat Nada baru masuk dari pintu balkon. Firman langsung terdiam, pikiran buruk terlintas begitu saja. "Habis ngapain kamu?" Tanya Firman penuh curiga.Nada menelan Salivanya, ia gugup, otaknya sedang berpikir bagaimana cara mengungkapnya. "Itu... aku... habis cari udara segar . Diam terus di kamar rasanya pengap, bosan, tidak ada handphone, tidak ada telivisi. Apa kamu memang sengaja?" Akhirnya Nada bisa lancar berkilah, tiba-tiba ide ngalir begitu saja.. Firman tampak berpikir, apa yang dikatakan oleh Nada ada benarnya. Dirinya mengurung Nada tanpa diberikan fasilitas. Handphone tidak mungkin ia memberikannya. Mungkin... televisi bisa mengurangi rasa bosannya.Firman menghampiri Nada yang berdiri di depan pintu balkon. Saat didekati, Nada merasa takut, tubuhnya mulai bergetar. "Ka-kamu mau apa? Jangan mendekat!" Cegah Nada dengan terbata dan Firman pun langsung diam di tempat."Aku tidak akan berbuat apa-apa, aku hanya.... ingin memotretmu . Boleh kan?" Tanya Firman."U-
Firman menyenderkan tubuhnya tepat di belakang pintu kamar Nada. Ia merasa ada sesuatu yang mengusik hatinya. Ada sesuatu yang membuat hatinya terenyuh saat melihat Nada menangis. Seperti ada dorongan untuk mengembalikan Nada karena apa yang dikatakan Nada benar adanya. Harusnya ia tahu diri! Nada bukan miliknya dia sudah jadi istri orang lain. Tapi... hatinya seolah bertentangan. Di sisi lain ada hasrat ingin terus memiliki Nada bagaimanapun caranya. Termasuk dengan jalan menculik dan menyembunyikan Nada. Firman sedikit mengangkat kepala, menatap ke arah langit-langit rumahnya. Ia berusaha untuk menahan air matanya. Dia pria, mana boleh dia menjatuhkan air matanya. Dia bukan pria pecundang. Apalagi cengeng, selama 32 tahun hidupnya di dunia. Air matanya hanya jatuh saat dirinya masih bayi. Sebab keadaan memaksa dirinya untuk jadi pria kuat, kuat menjalani kenyataan hidup yang begitu keras. Sejak kecil sudah ditelantarkan orang tuanya memaksa dia dewasa di waktu yang semestinya i
"Nazril takut, Bunda ketakutan. Nazril hanya takut bunda sendirian. Nazril tidak mau kejadian dulu terulang. Nazril kasihan sama Bunda."Kayla tidak tahu apa yang terjadi dulu pada Nada hingga Nazril benar-benar terlihat ketakutan seperti itu. Apa terjadi sesuatu yang besar? Apa?"Kenapa dengan bundamu, Nazril." Tanya Kayla."Bunda pernah diculik dan disekap. Aku pun turut disekap. Tapi... dulu kami berhasil melarikan diri, aku dan Bunda berhasil kabur. Dari sana Nazril selalu ingin melindungi Bunda. Biar jika ada yang berbuat jahat sama Bunda biar aku yang hadapi. Tapi sekarang... Nazril enggak bisa lindungi Bunda." Sedih Nazril.Mendengar cerita itu membuat Kayla merasa iba pada Nazril. Anak sebesar itu sudah memiliki pemikiran begitu jauh.Kayla mencoba untuk menenangkan, ia membawa Nazril pada dekapannya. "Terus berdoa sama Allah SWT, doa anak Soleh selalu di kabulkan Allah SWT.'' "Nazril tahu, Bunda selalu bilang seperti itu. Doa Nazril tidak pernah putus untuk bunda. Nazril sel
Untuk memancing agar Firman kembali menelepon ke nomor Akbar. Akbar, Ilham serta polisi membuat rencana kembali menyiarkan jika Firman adalah buronan. Kali ini mereka akan melakukan secara besar-besaran. Media televisi, koran serta media sosial. Mereka akan lihat bagaimana respons Firman jika wajahnya terpampang di seluruh pelosok kota Bogor.Pastinya ruang lingkup geraknya akan terbatas, ia tidak bisa berkutik lagi. Di kantor polisi Akbar dan Ilham tengah menunggu telepon dari Firman. Mereka yakin Firman pasti akan menghubungi mereka.Rupanya, orang yang tengah Akbar dan Ilham tunggu tengah tertawa lebar. Lagi ia merasa apa yang dilakukan Akbar sama sekali tidak akan membuat ia kalah. Tidak akan membuat menemukan dirinya."Langkah apa yang harus kita lakukan sekarang, Tuan? Apa kita tetap membiarkan? Atau kita bertindak?" Tanya sang anak buah."Untuk saat ini, biarkan saja dulu. Apapun yang dia lakukan tidak akan berpengaruh apa-apa. Mereka tidak akan menemukan keberadaan kita.'' Uca
Firman masih berdiri memandangi Sofi yang tertidur. Kepalanya ia gerakan ke kanan lalu gerakan ke kiri. Ia terlihat seperti menimbang-nimbang. Memperhatikan.Entah apa yang ada di pikiran Firman hingga ia tiba-tiba duduk di atas ranjang,di samping tubuh Sofi. Tangannya terangkat lalu membelai lembut kepala Sofi.Sofi yang semula tidur, mulai terganggu dengan sentuhan di kepalanya. Ingin rasanya ia membuka mata untuk melihat orang yang menyentuhnya. Tapi, ia yakin tangan yang menyentuhnya kepalanya itu adalah tangan Firman.Rasa yang ingin ia buang kini hadir kembali. Desiran aneh yang sejak bertahun-tahun ada kini kembali terasa. Kenapa? Kenapa si saat dirinya ingin melupakan Firman, di saat ia ingin membuka lembaran baru. Sikap Firman seperti ini? Ingin rasanya Sofi mengetahui isi kepala Firman."Jika memang kamu menyukaiku, tak bisakah Kamu jujur?" Sofi sengaja membuka matanya lalu menahan lengan Firman yang sedari tadi mengelus kepalanya.Firman langsung diam, ia menatap Sofi denga
Beberapa jam sebelum melarikan diri...Bugh.....Sofi memukul kepala Firman dengan vas bunga yang ada di atas nakas. Bukan tanpa alasan, Sofi memberanikan diri untuk mencium Firman. Dan inilah alasannya. Ia mencari waktu yang tepat untuk melumpuhkan Akbar."Sofi, kamu!" Firman mengaduh kesakitan. Kepalanya benar-benar berdarah."Maafkan aku, tapi aku lakuin ini biar kamu sadar. Sekarang giliran kamu yang akan aku kurung di sini. Saat kamu keluar aku pastikan Nada sudah tidak ada. Aku akan membawanya pergi dari sini,'' Sofi sungguh sangat serius bicara seperti tadi. "Jangan coba-coba lakukan itu, Sofi!""Maaf, tapi aku harus melakukannya. Sekarang aku berubah, aku ingin jadi Sofi yang baru. Jadi orang gak bener itu capek! Gak ada kebahagiaan sedikitpun. Aku yakin kamu pun merasakan. Punya banyak uang tapi hidup tetap seperti ada yang kurang."Sambil memegangi kepalanya, Firman berusaha untuk menahan Sofi agar tidak bertindak lebih. Mungkin karena efek dirinya yang kurang tidur membuat
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal