Baik Nada maupun Sofi mereka sama-sama merasa takut. Apa lagi Sofi ia tahu betul tabiat Firman. Jika ada sesuatu yang membuat ia marah maka sesuatu itu tidak akan pernah termasuk. Sama seperti yang tengah dialami sekarang.Sofi tahu, Firman pasti marah besar oleh karena itu, usahakan mereka tidak tertangkap lagi oleh Firman dan anak buahnya.Nada dan Sofi bisa melihat Firman beserta lima anak buahnya. Tatapannya terus tertuju pada Firman. Mereka mengawasi sekitar takut-takut menemukan mereka."Nada aku takut! Aku gak mau tertangkap lagi. Aku gak mau kembali ke rumah itu," ujar Sofi tangannya menggenggam rest gamis Nada."Tenang, kita tidak akan tertangkap." Ujar nada meskipun tidak begitu yakin."Mereka tidak akan tahu kita bersembunyi di sini.'' Lagi Nada mencoba untuk menenangkan. Hingga mereka teralihkan saat Firman berteriak dan bersumpah akan menemukatn Nada dan Sofi."Mereka sebenarnya pergi ke mana? Lari mereka begitu cepat.'' Kesal Firman mendapati jika nada dan Sofi pintar be
111Nada mengerjapkan kedua matanya, menatap sekeliling yang terasa pengap dan sempit. Lalu, ingatan berputar pada kejadian semalam saat ia dan Sofi sembunyi dari kejaran Firman dan anak buahnya.Nada neneloh ke sebelah, melihat Sofi tengah meringkuk. Tempat persembunyian mereka memang sempit. Namun, Nada salut pada pemilik gubuk yang memiliki ide membuat tempat di bawah lemari. Sepertinya, dulu tempat ini jadi tempat persembunyiannya. Karena sudah tidak terawat membuat bangunan ini terlihat seperti gubuk yang tidak layak."Sofi, Sofi! Bangun!" Nada menggoyang-goyang kan tubuh Sofi agar ia bangun.Sofi membuka matanya, ia juga langsung menguap lebar. "Apa kita sudah aman?" Tanya Sofi dengan berbisik."Aku juga tidak tahu. Apa kita keluar dan lihat sekitar?" Tanya Nada pada Sofi.Sofi terlihat ragu. Ia takut saat mereka keluar ternyata Firman ada di luar. "Aku takut. Gimana kalo Firman tahu kita bersembunyi lalu ia menunggu kita di keluar? Aku gak mau!"Sebenarnya, Nada pun berpikira
Nada dan Sofi mengumpulkan banyak ciplukan. Sengaja itu untuk stok. Kalau-kalau mereka kelaparan kembali. Karena mereka tidak tahu harus berapa lama mereka terus berjalan.Saat hari semakin siang dan matahari benar-benar ada di atas kepala, mereka istirahat lagi. Mungkin Nada sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan jalan kaki. Tapi Sofi, ini untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, mereka sering beristirahat."Kenapa kita tidak kunjung menemukan perkampungan? Atau minimal jalan raya. Setidak kita bisa menumpang di mobil siapa saja.'' Keluh Sofi mungkin efek kelelehan membuat Sofi terus menggerutu..Saat Sofi sibuk menggerutu, Nada terdiam, ia bahkan meletakkan jarinya di bibir Sofi agar dia berhenti mengoceh. Tentunya membuat Sofi bertanya-tanya. Ada apa?"Ayo ikut aku!" Titah Nada seraya beranjak."Ada apa, Nad?" Tanya Sofi.Nada memilih tidak menjawab, ia terus berjalan langkah semakin cepat. Ia ingin membuktikan sesuatu, jika apa yang tadi ia dengar benar. Di sana ada jalan
Setelah mendapatkan telepon dari Nada dan ia mendengar seseorang seperti mengejar Nada, membuat Akbar tidak bisa diam. Ia khawatir takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Ilham dan Akbar langsung saja menuju titik signal yang ditemukan oleh polisi. Sebab saat itu mereka memang ada di kantor polisi. Jarak ke tempat kejadian sekitar dua jam berkendara. Itu waktu yang cukup lama. Di dalam mobil Akbar terus meminta pada Ilham agar ngebut. Keadaan malam dan kebutulan tempat menuju sana kebanyakan hutan serta pencahayaan kurang. Tentunya sangat berbahaya untuk keselamatan mereka. Bukannya sampai mereka malah mengalami hal yang tidak diinginkan."Kak cepat! Kita harus segera sampai!" Ucap Akbar hal ini membuat Ilham menyentak Akbar."Bisa diam tidak?! Mau secepat apa kamu, hah? Apa kamu enggak lihat keadaan jalan? Atau kamu mau cari mati? Aku juga sama khawatirnya tapi aku ingin tetap hidup.''Disentak seperti itu membuat Akbar langsung diam. Ia tidak berani untuk berkata apa-apa lag
Setelah cukup istirahat, mereka kembali melanjutkan pencarian Nada dan Sofi. Kemungkinan mereka sudah dekat. Begitu pikir Akbar. Kembali, Akbar membayangkan jika sang istri pasti kehausan dan kelaparan. Bagaimana mungkin ia membiarkannya. "Sebelum kita benar-benar lanjut, mari kita pikirkan bagaimana jika kita berada di posisi mereka. Hal apa yang akan kita lakukan?" Tanya polisi. Semua berpikir, dan memposisikan sebagai Nada dan Sofi. Hingga Akbar membuka suara. "Bukankah jika kita melarikan diri di hutan seperti ini, hal yang akan dicari adalah makanan dan minum. Setelah itu jalan besar."Mereka setuju atas pemikiran Akbar. Karena saat melarikan diri apa lagi ini sudah sehari pastinya akan merasa lapar dan haus. Pastinya akan mencari sumber air dan makanan."Baiklah, sekarang kita cari sumber mata air setelah itu kita keluar dari hutan cari jalan besar beraspal." Ucap polisiMereka pun sama-sama mencari mata air. Beberapa lamanya mereka berjalan akhirnya mereka menemukan sumbe
Akbar memangku Nada lalu mendudukkannya di atas kursi roda. Padahal keadaannya masih lemah , tapi Nada bersikukuh ingin bertemu dengan Sofi. Lebih tepatnya ia ingin melihat keadaan Sofi.Mereka sudah berjuang bersama dan sungguh mereka mampu untuk melewati rintangan itu. Meskipun mereka harus kelaparan, kehausan serta tubuh yang terasa sakit semua.Kejadian itu tentunya tidak akan mudah untuk mereka lupakan. Kejadian yang mempertaruhkan hidupnya karena harus berjuang menghindari Firman dan menghindari bahaya hutan.Akbar mendorong kursi rodanya dengan sangat pelan. Nada saja sampai protes dibuatnya. Karena Akbar benar-benar sangat pelan mendorong kursi rodanya."Mas, jangan terlalu pelan. Aku ingin secepatnya bertemu Sofi. Aku ingin tahu keadaannya.'' Ujar Nada ia sedikit protes karena ulah Akbar."Kamu baru siuman, aku tidak ingin menyakitimu." Jawab Akbar dan membuat Nada kebingungan."Apa hubungannya, Mas?" Tanya Nada tidak mengerti akan maksud Akbar."Mmmm, hubungannya, ya, tubuh
Dua hari kemudian .....Keadaan Nada dan Sofi sudah jauh lebih baik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Nada sudah sangat merindukan Nazril, ia ingin secepatnya memeluk dan memberikan kecupan sayang di seluruh pipi gemasnya Nazril.Satu Minggu lebih tidak bertemu Nazril serasa seabad tidak bertemu. Jauh dari penyemangat hidupnya membuat hidupnya pun semakin tidak bersemangat. Sementara itu, Sofi dia hanya bisa terdiam di ruangan inapnya. Ia belum bersiap untuk pulang. Yang ada dia meratapi hidupnya, dalam keadaan seperti ini tidak ada seorang pun yang peduli. Orang yang peduli padanya pun kini sudah tidak bisa lagi seperti dulu. Karena dia sekarang di penjara. Sofi merasa hidupnya benar-benar sendiri, serasa jadi yatim piatu. Tak terasa air matanya pun menetes. Ia mendadak iri dengan kehidupan Nada. Di mana dirinya di kelilingi orang-orang yang sayang padanya.Ceklek....Seseorang membuka pintu kamar ruangan Sofi. Tapi... Sofi sama sekali tidak menyadari kedatangannya. Orang yang ma
"Aku tidak ingin ikut bersamamu, Nada....""Mbak. Panggil aku Mbak. Aku kakak mu,'' protes Nada.Sofi tersenyum tipis. Ia senang Nada bisa seakrab itu."Mbak Nada," panggil Sofi."Itu baru benar. Jadi, mau ya, pulang ke rumahku. Aku tidak akan ijinkan kamu tinggal sendirian. Kecuali hubungan kamu dengan orang tuamu membaik. Maka aku akan senang hati menyerahkan kamu pada orang tuamu itu akan jauh lebih aman.""Hah, tapi aku tidak terlalu berharap. Sejak kecil bahkan mungkin sejak bayi mereka tidak menganggap kehadiranku. Bagi mereka aku hanyalah beban. Aku hanyalah aib bagi mereka." Tutur Sofi dengan perasaan sedih tatkala mengingat kehidupannya.Nada menyentuh bahu Sofi, ia memberikan kekuatan dan. Keyakinan jika semua akan baik-baik saja.. Semuanya akan aman."Akan aku lakukan apa pun untuk kebahagiaan mu.'' Ujar Nada.Sofi memasang wajah sedih. Ia tak tahu apa sebenarnya yang membuat Nada begitu baik padanya. Padahal selama ini dia jahat."Kenapa kamu baik padaku? Padahal aku udah
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal