Richard memasuki Jasmine’s Room, tempat di mana reuni teman-teman Alex dan Daisy diselenggarakan. Tatapan-tatapan mengejek segera bermunculan dan ditujukan kepada Richard ketika dia berjalan celingukan mencari keberadaan Alex. Richard sudah terbiasa menerima cemoohan hingga tatapan sinis orang-orang tak begitu menjadi gangguan yang berarti untuknya. Hanya saja, Richard menjadi sedikit risih setelah menemukan ternyata Alex tampak sedang menggoda Daisy. Richard berjalan lebih cepat, melihat Daisy dirayu oleh pria lain ternyata rasanya lebih tak menyenangkan dari pada ketika dia dicemooh dan direndahkan.Richard semakin dekat, Thomas yang sedang berdiri di samping Alex lantas menyenggol siku Alex karena tampaknya Alex tak menyadari kedatangan Richard. “Hei, Alex… Pelayan yang kau tunggu sudah datang.”Alex menolehkan kepala lalu senyum lebar lekas merekah di bibir. Tangan kanan Alex menepuk-nepuk pundak kirinya. “Pijat sebelah sini… Bahuku entah bagaimana rasanya capek sekali.”Richard
Alex sekuat tenaga menahan rasa panas yang menjalar di lututnya, tetapi ia gagal. Alex berteriak kesakitan sementara kulit wajahnya merah padam akibat otot-ototnya yang menengang. Sebuah pemandangan yang cukup janggal karena seharusnya sosok yang lebih pantas menjerit kesakitan adalah Richard, orang yang sedari tadi dipukul dan ditendang oleh Alex.“Panggil ambulans… Panggil ambulans!” Alex menjerit kepada siapa saja. Ia merasakan sensasi panas bercampur nyeri menyerang dua lutut dan sikunya sekaligus. “Aku bisa mati jika terus begini!”Teman-teman Alex terpaku melihat keadaan. “Ada apa dengan Alex?”“Apa yang terjadi padanya?!”Orang-orang kini menyaksikan Alex menggeliat dan berguling-guling ke lantai dengan tetap berteriak meminta dipanggilkan ambulans. Tetapi karena semua orang masih terkejut dengan kejadian tersebut, tak ada satu pun dari teman-teman Alex yang mengambil ponsel untuk memanggil ambulans atau 911.“Apakah Alex punya riwayat penyakit ayan atau semacamnya?”Ketika Bel
Richard telah membawa Alex ke rumah sakit terdekat. Ketika Richard hendak pergi meninggalkan Alex, Richard menyempatkan diri untuk berbisik di telinga Alex. “Alex, dilihat dari keadaanmu saat ini, kuprediksi kau akan menghabiskan sisa hidupmu di atas tempat tidur atau kursi roda.” Setengah sadar, Alex mendengar ucapan Richard. ‘Bedebah! Apa jangan-jangan memang dirimu yang mencelakaiku?’ Alex ingin berteriak memaki Richard karena mulai curiga jangan-jangan rasa sakit yang ia alami adalah akibat dari Richard memberikan racun kepada tubuhnya. Apa daya, Alex tak bisa berteriak karena kesadarannya timbul dan tenggelam. Begitu Richard telah pergi dan dokter menghampiri Alex, dengan menggunakan sisa-sisa kesadarannya, Alex memohon kepada sang dokter. “Dokter, aku yakin tubuhku telah diracun! Angkat racun yang ada di tubuhku. Dokter, racun ini sangat menyiksaku! Aku akan membayar berapapun agar racun di tubuhku dikeluarkan semuanya…” Alex tak bisa mengucapkan apa-apa lagi karena kesada
Richard baru saja keluar dari rumah sakit saat ia menyadari beberapa orang tengah mengendap-endap membuntutinya. Richard tersenyum kecil lantas membuat gerakan isyarat tertentu yang tidak bisa dimengerti oleh orang biasa namun cukup dipahami oleh beberapa orang yang membuntutinya. Dua dari penguntit Richard mengangguk lalu pergi ke bagian rooftop rumah sakit.Sepuluh menit berselang, Richard telah berdiri di rooftop rumah sakit dan tak lama setelahnya, tiga orang berpakaian hitam mendekat lalu membungkuk hormat. Richard menyela dengan gerakan isyarat, meminta tiga pria itu untuk tak bersikap formal.“Tuan Muda, anda terluka. Tapi tampaknya anda sudah menghukum orang yang mencelakai anda. Apakah anda ingin kami menghukum keluarganya juga?” Salah seorang dari tiga pria itu bertanya setelah mengamati wajah Richard masih dipenuhi dengan luka lebam akibat pukulan Alex.Richard buru-buru menggeleng. “Tidak perlu. Ini urusanku pribadi, Naga Langit tak perlu terlibat.” Richard lantas mengamat
Richard tiba di kediaman keluarga Miller pukul sebelas malam karena Taxi yang mengantarnya terjebak macet di pusat kota. Malam yang telah larut, membuat Richard menduga jika Daisy pasti sudah terlelap tidur. Tetapi betapa terkejutnya Richard ketika ia membuka pintu kamar, Richard menemukan Daisy tengah berjalan mondar-mandir seperti orang yang gelisah.“Kau ke mana saja?! Mengapa ponselmu tak bisa dihubungi?!” Daisy menyambut Richard dengan omelan tetapi tampak jelas ada kekhawatiran dan kelegaan yang melebur menjadi satu di wajahnya.Richard menggaruk kepala, ia merasa senang meski istrinya baru saja mencecarnya dengan nada tinggi. “Daisy, terjadi kecelakaan lalu lintas hingga kemacetan parah terjadi di pusat kota. Daisy, apa… Apa kau baru saja mengkhawatirkanku?” tanya Richard sedikit ragu-ragu.Tentu saja, pertanyaan Richard membuat Daisy lagi-lagi memelototinya. Daisy berjalan mendekati Richard lalu menuding bagian wajah Richard yang lebam. “Lihat wajahmu! Kau mengalami luka di wa
Acara sarapan pagi di kediaman keluarga Miller menjadi sepi setelah Sandra tiba-tiba pergi karena mendapat panggilan dari James Miller. Bella dan Clair yang sudah menggebu-gebu ingin mempermalukan Richard menjadi tak selera untuk merundung. Bagaimanapun, ekspresi Sandra berubah sedikit muram setelah kembali dari menerima panggilan itu.Tak ada yang berani bertanya kepada Sandra sebab ia telah memberi isyarat bahwa ia sedang tak ingin membicarakan apa-apa. Suasana menjadi hening untuk beberapa waktu hingga pada akhirnya, Sandra membuka suara.“James masuk rumah sakit dan itu bukan yang terburuk.” Sandra menelan ludah sementara pandangannya jatuh ke bawah. “Pagi ini juga, aku akan terbang untuk melihat keadaannya.”Anak dan cucu-cucunya ingin menanggapi dengan pertanyaan tapi nyatanya, Sandra tidak ingin diberi pertanyaan. Ia masih terkejut karena perkara yang menimpa James Miller tergolong masalah berat dan bisa membahayakan masa depan keluarga Miller.“Aku akan memberitahu semuanya te
Proses pembersihan kotoran anjing di mobil Bellatrix baru selesai setelah hari menjelang sore. Bagaimana tidak, Richard harus membersihkan bagian yang sama selama beberapa kali untuk menghilangkan noda dan bau busuk dari kotoran anjing. Usai menyelesaikan tugas berat itu, Richard lantas melaporkan hasil pekerjaannya kepada Bellatrix untuk mencairkan seratus dollar yang dijanjikan Bellatrix.Ting!Ponsel Richard berbunyi. Sambil dudu-duduk di depan garasi mobil, Richard membuka ponselnya. Sebuah pesan dari Bellatrix masuk dan berbunyi,[Aku sudah mengirimkan upah ke nomor rekening yang kau berikan padaku. Berterima kasihlah karena aku masih bersedia memberimu pekerjaan]Tetapi dahi Richard berkerut seketika saat notifikasi dana yang terkredit di rekeningnya adalah sepuluh dolar saja. Karena menganggap Bellatrix salah memasukkan nominal, Richard membalas pesan Bellatrix dan mengatakan bahwa Bellatrix sepertinya salah ketik nominal.Tak lama berselang, notifikasi pesan masuk muncul lagi.
Melihat mata Richard merah padam dengan urat-urat yang menonjol, security dengan penuh ketakutan segera undur diri. Security itu tahu, pasti sedang terjadi hal buruk pada Daisy, dan jelas hal tersebut akan mempengaruhi suasana hati Richard. Security tak ingin ia menjadi sasaran kemarahan Richard hingga ia buru-buru pergi.Sementara itu, tangan Richard yang bergetar menahan amarah, tanpa sadar telah meremukkan handle buket bunga yang ia genggam. Tak peduli tentang apa pun, Richard membuka pintu ruangan Daisy. Napasnya memburu, degup jantungnya melaju cepat sementara aliran darah seolah sedang naik ke ubun-ubunnya.“Richard…”Daisy merintih memanggil nama suaminya. Perempuan itu sedang meringkuk di lantai tepatnya di bawah meja sembari memegangi pipinya yang memerah. Tak jauh dari Daisy, terdapan seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan yang sama-sama menampakkan ekspresi sinis dan merendahkan.“Apa yang kalian lakukan pada Daisy-ku?!” Richard berjalan menghampiri lelaki yang berada