Rowena ingin muntah, tetapi sekuat tenaga ia menahan sensasi yang bergolak di perutnya. Jika ia muntah saat itu juga, ia yakin Richard juga akan memaksanya untuk menelan kembali apa yang telah ia keluarkan.“B-Baik… Tuan Muda.” Rowena menjawab perintah Richard dengan patuh.Sekian detik, Rowena memaksa dirinya untuk menjilati cairan menjijikkan yang ada di sepatu Richard. Detik demi detik terasa seperti di neraka bagi Rowena. Tetapi, tampaknya Richard ingin menghadiahi Rowenah sesuatu yang lebih mengerikan dari neraka.“Ngomong-ngomong, sudah berapa korban tak berdosa yang harus kehilangan nyawa karena arogansi kekuasaanmu?!”Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang seharusnya tak ditanyakan. Rowena bergidik ngeri dan merasakan sensasi dingin menusuk-nusuk tulang belulangnya. Jika ia menjawab jujur, ia yakin Richard akan memenggal kepalanya mengingat korban meninggal yang diakibatkan oleh arogansi Rowena berjumlah lebih dari 100 orang dari usia anak-anak hingga orang lanjut usia.“Istrik
Kalimat yang dilontarkan Richard membuktikan bahwa dia memang memiliki kepercayaan diri penuh dalam situasi tersebut. Yang artinya, Rowena berada dalam kondisi yang tak bisa berbuat apa-apa kecuali tunduk di bawah ancaman Richard.“Maafkan… Maafkan aku karena telah menyinggung kalian berdua. Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?!”Rowena menjerit menangis, berjuang keras menunjukkan betapa lemahnya dia sebagai perempuan yang tak berdaya. Biasanya, laki-laki secara otomatis akan memiliki rasa iba ketika melihat perempuan yang tengah menangis tak berdaya.“Rowena, tak usah berpura-pura mengalihkan perhatian. Kau sedang mencoba membuatku lupa pada baskom hitam itu bukan?” Richard tersenyum mengejek. “Jika kau memang tulus meminta maaf dan merasa menyesal, lakukan sesuatu yang bisa membuatku percaya bahwa kau memang pantas diberi maaf!”Rowena bergidik ngeri, ia mengerti makna tersirat dari ucapan Richard. Ia bahkan tak berani melirik ke arah baskom hitam yang berisi kotoran
Butuh waktu lebih dari lima belas menit sebelum akhirnya Rowena benar-benar menghabiskan isi baskom itu. Penampilan Rowena telah kacau balau. Ia menjambak rambutnya sendiri berkali-kali demi menahan sensasi terkutuk di mulutnya.Beberapa kali, ia juga mencakar wajah, paha, dan bagian-bagian tubuhnya yang lain hingga berdarah demi membuat sensor otaknya merespon rasa sakit itu dan teralihkan sejenak dari cita rasa pahit dari kotorannya sendiri.Sayangnya, sekuat apapun Rowena menjambak rambut dan sekeras apapun ia mencakar tubuhnya sendiri, penderitaan di lihdah, hidung, perut, dan otak Rowena tak berkurang sedikit pun. Tak terhitung entah berapa puluh atau berapa ratus kali ia memuntahkan isi perutnya tetapi Richard memberi perintah untuk tetap melahapnya kembali.“Sekarang… Sekarang aku sudah bebas bukan?!” Rowena tergeletak di lantai dengan keadaan lemas dan terus menerus merasa mual dan ingin muntah. “Akhirnya, aku bebas…”Richard tersenyum kecil. “Aku berubah pikiran,” ucapnya sin
Ketika Richard keluar dari apartemen Rowena, ia terkejut karena disambut oleh dua pria asing yang tak ia kenal. Karena keduanya membungkuk dalam, Richard bertanya apakah mereka anggota Naga Langit atau Black Triad.“Kami adalah pasukan Level A dari Tuan Xebec, Tuan Muda. Kami diperintah Tuan Xebec untuk membantu anda di sini sebab Tuan Xebec beberapa waktu lalu terbang ke Manoko atas perintah Tuan King.”Salah seorang dari pria itu menunjukkan sebuah lencana yang menjadi tanda pengenal anggota Naga Langit divisi keamanan level A.“Jadi kalian yang telah melumpuhkan sniper Rowena?” tanya Richard sembari memikirkan atas keperluan apa ayahnya menarik Rock D. Xebec untuk terbang ke Manoko.“Ya. Tim kami yang melakukannya, Tuan Muda. Ke mana Tuan Muda akan pergi? Kami akan mengantar anda.”“Ada berapa jumlah pasukan Level A di sekitar sini?”“Sepuluh, Tuan Muda.”“Baiklah, perintahkan mereka untuk membereskan kekacauan di sini, hilangkan jejak Richard King dalam perkara ini dan aku ingin s
Itu adalah Nick Boslay, putra dari Jordan Boslay yang secara sembunyi-sembunyi menunggui Richard keluar dari ruangan Rowena Roemer.Nick Boslay terkejut sebab Richard tak mengalami luka apapun dan tampak sangat baik-baik saja. Fakta tersebut membuat Nick segera menghubungi anggota aliansi pembenci Richard, ia ingin menjelaskan bahwa misi mencelakai Richard menggunakan tangan Rowena, ternyata gagal total!“Apa?! Kau yakin Richard masih bisa berdiri setelah keluar dari ruangan Rowena?!” terdengar Bellatrix memekik kecewa setelah mengangkat telepon dari Nick Boslay.“Ya. Ia membopong seorang perempuan, karena aku tak bisa terlalu dekat mengamati, aku tak tahu siapa perempuan itu. Bisa jadi, itu adalah Rowena Roemer. Entahlah…”Bellatrix terdengar menghembuskan napas kecewa. Ia dan Clair sudah menghabiskan cukup banyak biaya untuk membeli buket-buket bunga. Jika Richard pulang ke rumah dalam keadaan baik-baik saja, bukankah buket-buket bunga mereka justru menjadi selebrasi keberhasilan Ri
[Ayah, bahkan seorang putri wakil presiden yang sangat semena-mena itu, ia merangkak tak berdaya setelah menyadari identitas Tuan Forger. Ayah, segera kirim imbalan yang layak untuk Tuan Forger karena tanpa bantuannya hari ini, aku tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa!]Itu adalah pesan singkat yang dikirim oleh Ginny Torres kepada ayahnya beberapa waktu lalu ketika ia sudah sadarkan diri di Odense Hospital. Sebelum Richard menyadari bahwa ia telah bangun dari pingsan, Ginny Torres beberapa kali mengirim pesan ke nomor ayahnya sekaligus mengirim gambar bahwa ia memang benar-benar berada di rumah sakit.Ketika ayah Ginny Torres menanyakan tentang latar belakang keluarga Richard, Ginny pun membalas pesan ayahnya lagi,[Bahkan, aku yakin kita bisa celaka hanya karena mencoba menyelidiki latar belakang keluarganya. Ayah, siapa dia itu tak penting. Yang terpenting adalah, kita menunjukkan rasa hormat kita kepadanya sekaligus menghargai bantuan yang ia berikan kepadaku]Beberapa wakt
Beberapa menit berselang, Rock menghubungi Richard kembali dan mengatakan bahwa tiket pesawat yang tersedia menuju ke South River adalah pagi hari pukul lima. Itu berarti, Richard dan Daisy harus sudah tiba di bandara sebelum pukul empat menjelang fajar.Karenanya, Richard mengetik pesan kepada istrinya, bermaksud meminta Daisy berkemas dengan cepat. Hanya saja, Richard mengetik dan menghapus ketikan pesannya beberapa kali, merasa tak enak hati karena memerintah istrinya untuk berkemas sendirian. Ketika pesan yang ia tulis tiba-tiba tak sengaja terkirim, Richard membaca lagi isi pesan itu.[Daisy, sebentar lagi aku akan tiba di depan mansion, jika kau telah selesai berkemas, keluarlah ke gerbang dan kita akan segera berangkat ke bandara]Richard mengerutkan dahi dan menggerakkan jarinya dengan cepat untuk menghapus pesan itu karena ia berencana untuk menjemput Daisy ke dalam rumah dan membantu membawa koper keluar.Ding!Richard mengerutkan dahi sebab pesan yang belum sempat ia hapus
Ini adalah liburan pertama yang dilakukan oleh Richard dan Daisy selama mereka telah resmi menjadi suami istri. Tak heran, keduanya menghabiskan banyak waktu untuk bermesraan ketika berada dalam perjalanan menuju ke kota South River. Bahkan, saat mereka berada di dalam pesawat, tak sekali dua kali Richard mengganggu Daisy, memintanya untuk masuk ke toilet pesawat dalam waktu yang sama. Mulanya Daisy ingin menolak karena malu, tetapi, melihat wajah suaminya yang memelas, Daisy merasa tak tega untuk memberi penolakan. “Ini yang terakhir kalinya, Daisy… ayolah…” rengek Richard sembari menyenggolkan sikunya ke tubuh Daisy. Daisy memijit kening lalu membalas, “ini yang terakhir kalinya? Richard, kau mengatakan kalimat yang sama untuk yang ketiga kalinya, kau lupa?” Richard terbatuk. Ia ingin merengek lagi tetapi suara pramugari yang memberi informasi pesawat akan segera landing membuatnya kecewa lalu dengan wajah malas Richard mengencangkan sabuk pengaman. “Oh ya, kita akan segera mend