[Ayah, bahkan seorang putri wakil presiden yang sangat semena-mena itu, ia merangkak tak berdaya setelah menyadari identitas Tuan Forger. Ayah, segera kirim imbalan yang layak untuk Tuan Forger karena tanpa bantuannya hari ini, aku tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa!]Itu adalah pesan singkat yang dikirim oleh Ginny Torres kepada ayahnya beberapa waktu lalu ketika ia sudah sadarkan diri di Odense Hospital. Sebelum Richard menyadari bahwa ia telah bangun dari pingsan, Ginny Torres beberapa kali mengirim pesan ke nomor ayahnya sekaligus mengirim gambar bahwa ia memang benar-benar berada di rumah sakit.Ketika ayah Ginny Torres menanyakan tentang latar belakang keluarga Richard, Ginny pun membalas pesan ayahnya lagi,[Bahkan, aku yakin kita bisa celaka hanya karena mencoba menyelidiki latar belakang keluarganya. Ayah, siapa dia itu tak penting. Yang terpenting adalah, kita menunjukkan rasa hormat kita kepadanya sekaligus menghargai bantuan yang ia berikan kepadaku]Beberapa wakt
Beberapa menit berselang, Rock menghubungi Richard kembali dan mengatakan bahwa tiket pesawat yang tersedia menuju ke South River adalah pagi hari pukul lima. Itu berarti, Richard dan Daisy harus sudah tiba di bandara sebelum pukul empat menjelang fajar.Karenanya, Richard mengetik pesan kepada istrinya, bermaksud meminta Daisy berkemas dengan cepat. Hanya saja, Richard mengetik dan menghapus ketikan pesannya beberapa kali, merasa tak enak hati karena memerintah istrinya untuk berkemas sendirian. Ketika pesan yang ia tulis tiba-tiba tak sengaja terkirim, Richard membaca lagi isi pesan itu.[Daisy, sebentar lagi aku akan tiba di depan mansion, jika kau telah selesai berkemas, keluarlah ke gerbang dan kita akan segera berangkat ke bandara]Richard mengerutkan dahi dan menggerakkan jarinya dengan cepat untuk menghapus pesan itu karena ia berencana untuk menjemput Daisy ke dalam rumah dan membantu membawa koper keluar.Ding!Richard mengerutkan dahi sebab pesan yang belum sempat ia hapus
Ini adalah liburan pertama yang dilakukan oleh Richard dan Daisy selama mereka telah resmi menjadi suami istri. Tak heran, keduanya menghabiskan banyak waktu untuk bermesraan ketika berada dalam perjalanan menuju ke kota South River. Bahkan, saat mereka berada di dalam pesawat, tak sekali dua kali Richard mengganggu Daisy, memintanya untuk masuk ke toilet pesawat dalam waktu yang sama. Mulanya Daisy ingin menolak karena malu, tetapi, melihat wajah suaminya yang memelas, Daisy merasa tak tega untuk memberi penolakan. “Ini yang terakhir kalinya, Daisy… ayolah…” rengek Richard sembari menyenggolkan sikunya ke tubuh Daisy. Daisy memijit kening lalu membalas, “ini yang terakhir kalinya? Richard, kau mengatakan kalimat yang sama untuk yang ketiga kalinya, kau lupa?” Richard terbatuk. Ia ingin merengek lagi tetapi suara pramugari yang memberi informasi pesawat akan segera landing membuatnya kecewa lalu dengan wajah malas Richard mengencangkan sabuk pengaman. “Oh ya, kita akan segera mend
Setelah turun dari pesawat dan keluar dari bandar udara, Richard dan Daisy memesan Taxi dan meminta untuk diantar ke Hotel Phoenix yang terletak di pulau utama kota South River.South River merupakan sebuah kota besar yang terdiri dari puluhan pulau-pulau kecil yang bertebaran mengelilingi sebuah pulau utama. Dengan banyaknya pulau kecil yang bertebaran di South River, sudah menjadi hal yang wajar jika tempat itu kemungkinan besar dijadikan markas kelompok penjahat.Sebab, bersembunyi di dalam pulau nyatanya lebih aman karena akses yang bisa ditempuh untuk menuju ke suatu pulau memanglah cukup terbatas.“Tuan, kita sudah hampir tiba di Hotel Phoenix.”Suara driver Taxi membangunkan khayalan Richard dan juga Daisy. Keduanya lantas mempersiapkan diri untuk turun dari Taxi. Sayangnya, sebelum mobil Taxi itu mencapai Lobby utama hotel, seorang petugas keamanan menghentikannya.“Selamat siang, maaf, anda tidak bisa melewati Lobby Utama untuk saat ini. Silakan turunkan penumpang anda di sin
“Tu-Tuan… Itu… Itu terlalu banyak!” si driver bergumam tetapi di waktu yang sama, tangannya lekas-lekas menerima tumpukan uang dari Richard, khawatir jika Richard akan berubah pikiran. Sementara itu, melihat si driver taxi mendapatkan tip dalam jumlah yang luar biasa besar, security tampak amat malu dan sungkan karena telah menuding Richard dan Daisy sebagai pelanggan miskin. Bahkan, seorang pelanggan eksklusif pun tak mungkin bisa dengan entengnya memberikan $50.000 cuma-cuma kepada seorang driver. ‘Penampilannya sangat sederhana tapi dia bisa memberi tip sebanyak itu? Siapa mereka? Apakah aku sedang menggali kuburanku sendiri?’ security itu merenung dalam perasaan gelisah. Daisy yang melihat si security termenung, ia segera menegurnya. “Tuan…” Security itu menoleh setelah menelan ludah demi membasahi kerongkongannya yang kering. “I… Iya, Nyonya?” “Tuan, sebelum kami turun dari sini, aku ingin mengatakan sesuatu.” Daisy bergumam sembari mengibaskan rambutnya yang lurus. “Kau tah
Pria yang mengendarai mobil Rolls-Royces itu bernama Tom Haley, putra seorang pejabat tinggi dari kota Eastland. Tom Haley tandang ke South River dalam rangka berfoya-foya dengan selingkuhannya yaitu Mandy Lorenzo. Tom Haley memesan paket ekslusif di Phoenix Hotel tetapi ia tak menduga jika Phoenix Hotel akan memperlakukannya sedemikian istimewa.“Phoenix Hotel benar-benar keren! Asistenku memesan paket penginapan termahal di sini, tak kusangka mereka benar-benar memperlakukan kita seperti raja!” Tom Haley sesumbar kepada kekasihnya, Mandy.Tom mengatakan kepada Haley bahwa hari itu, sosial media Phoenix Hotel sedang diserbu oleh para customer yang kecewa sebab Phoenix Hotel melakukan diskriminasi kepada customer.“Jadi, selain rombongan kita, tak ada mobil yang boleh menurunkan customer ke Lobby Utama? Oh, lihat! Ada banyak sekali hiasan-hiasan bunga di sana? Apakah itu juga dipersiapkan untuk kita, sayang?!” Mandy memekik riang begitu ia melihat di setiap sisi Lobby Hotel tengah dih
Saat itu, Mandy sedang mengenakan dress berwarna kuning mencolok dengan belahan yang nyaris membuat pangkal pahanya terekspose. Ia berjalan melenggak-lenggok seolah menganggap dirinya tengah diawasi oleh seribu kamera. Bahkan, beberapa kali Mandy juga tampak membuang muka dan mengibaskan rambutnya ke belakang, mengira bahwa orang-orang akan terpesona dengan gayanya yang menyerupai TOP model di atas catwalk.Kenyataannya, dengan melakukan hal-hal seperti itu, Mandy justru membuat kecantikannya memudar dan nyaris lenyap tanpa sisa. Sesuatu yang dilakukan dengan cara berlebihan memang kerap membuat orang lain jijik dan terganggu.“Hei, Nona yang di sana!” Mandy berhenti dalam jarak dua mater dengan Richard dan Daisy. “Boleh aku tanya sesuatu?”Daisy menoleh ke arah Richard, seolah meminta pertimbangan jawaban apa yang harus Daisy lontarkan pada Mandy. Richard hanya mengangkat bahu, memberi kesan pada istrinya bahwa Daisy memiliki kendali penuh terhadap apa yang ingin ia lakukan atau tak
“Tuan Forger?!”Dada Daisy mencelos mendengar seorang pegawai hotel Phoenix menunduk ke arah Tom Haley dengan sebutan ‘Tuan Forger’. Tangan Daisy menarik siku suaminya, dengan nada tertahan dan penuh rasa penasaran, Daisy bertanya pelan pada sang suami.“Sayang, dia memiliki nama belakang yang sama denganmu, kebetulan macam apa ini? Apa kalian kerabat jauh?” tanya Daisy dengan dipenuhi rasa penasaran.Richard mengangguk lalu berbisik. “Ya, bisa jadi pria itu adalah sepupu dari paman ipar menantu tetanggaku di kampung.”“Apa?!” Daisy mengerutkan dahi sebab tak bisa membayangkan hubungan kekerabatan apa yang baru saja disebutkan oleh suaminya.Richard tersenyum kecil lalu menepuk-nepuk kepala Daisy pelan. “Ssst… Lupakan. Lihat, kita akan segera diusir, bersiap-siaplah…”Sementara itu di waktu yang sama, Mandy tampak maju ke depan dan mendorong pundak Lesley hingga membuat Lesley terjungkal ke tanah.Lesley mengaduh kesakitan tetapi ia segera bangun. Ia tak keberatan bahkan andai perempu
Ketika Richard dan Daisy tiba di kota Roxburgh, semua sosok-sosok penting di kota besar itu datang ke bandara demi menyambut kedatangan mereka. Para tokoh penting di kota Roxburgh menunduk memberi hormat, membuat orang-orang awam keheranan dan menerka-nerka sehebat apa latar belakang sosok yang baru saja turun dari pesawat. Daisy merangkul siku Richard, menyatakan betapa bahagianya dia berada di sisi suaminya. Ketika mereka tiba di mansion mewah mereka, Daisy dan Richard menemukan ada tumpukan hadiah yang membanjiri halaman depan rumah mereka. Richard segera menghubungi Wendy Adams, meminta gadis itu untuk membagi-bagikan tumpukan hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan. Saat semuanya telah beres, Daisy berujar kepada sang suami sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang, “Akhirnya semua selesai juga… Ah… Aku ingin beristiraat.” Richard melirik Daisy lalu tersenyum nakal, “Siapa bilang kau boleh beristirahat?” “Eh?” Daisy menelan ludah saat Richard tiba-tiba telah mendekat ke
Richard dan Daisy telah tiba di ruang pesta beberapa puluh menit sebelum acara dimulai. Karena belum banyak tamu yang datang, Daisy tak begitu menduga jika pesta malam itu akan dihadiri oleh puluhan kepala negara dan ratusan konglomerat dunia.Ketika sedang menikmati anggur dan kudapan-kudapan kecil, mata Richard menangkap pemandangan yang mengejutkan. Ia melihat ada dua sosok perempuan yang sedang bertingkah norak. Richard nyaris tersedak, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum jahat, untuk pertama kalinya, Richard merasa tindakan ayahnya cukup berguna.Melihat kedua perempuan itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya, Richard segera berbisik kepada Daisy. “Aku ingin ke toilet, nikmatilah semua yang ingin kau nikmati.”Richard pergi begitu saja sementara Daisy tak begitu memedulikan kepergian suaminya sebab pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah duduk di meja bundar yang sama.‘Bukankah wajah-wajah mereka tak asing?’ Daisy membatin. Keningnya berkerut saat mencoba mem
Hari masih pagi ketika Richard turun dari mobil dan berjalan menuju ke halaman kastil mendiang ibunya. Saat tiba di halaman kastil, bibir Richard refleks membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Daisy sedang mengajari Alexander King menanam bunga.Ketika Daisy melihat kedangan sang suami, wajahnya berbinar-binar gembira. Tangan Daisy melambai-lambai lalu mengajak Richard untuk turut menanam bunga.“Tidak, terima kasih. Itu bukan gayaku,” sahut Richard merespon ajakan Daisy. “Aku akan masuk ke dalam, selesaikan saja kegiatanmu,” imbuh Richard seraya berjalan ke arah kastil. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke kediaman mendiang ibunya.“Menantuku, ayah akan pulang. Temuilah suamimu. Dan, jangan lupa sampaikan padanya tentang acara makan malam kecil-kecilan yang akan kuadakan nanti malam.” Alexander King melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu berpamitan untuk kembali pulang ke kastil utama.Daisy mengerutkan dahi karena ada satu poin penting yang membuatnya terkejut. “Ayah belum
Kastil Manoko… Terlepas dari insiden penyerangan Richard kepada Alexander King, proses pemakaman Hazelle King tetap berlangsung dengan khidmat. Daun-daun pohon maple yang berjatuhan menjadi pelengkap prosesi pemakaman Hazelle pada senja hari itu. Satu demi satu para pengiring telah pergi hingga menyisakan dua orang saja yang masih berada di area pemakaman keluarga Naga Langit. Mereka adalah Richard Forger dan Alexander King. Mulanya, Alexander King terlihat ingin meninggalkan makam terlebih dahulu, namun, ucapan Richard menahan langkahnya. “Apa tujuanmu memilihku menjadi pewaris tahta Naga Langit?” tanya Richard tanpa menoleh ke belakang ke arah sang ayah. Alexander King diam mematung, keduanya kini saling memunggungi satu sama lain. Karena Alexander King tak memberi jawaban, Richard bergumam lagi. “Kau meremehkan putra sulungmu, Pak Tua. Hazelle jauh lebih pantas menjadi penerus Naga Langit. Harus kuakui, keputusanmu benar-benar bodoh!” Alexander King tersenyum tipis. “Kau benar
Suara ledakan keras yang baru saja terdengar di telinga Daisy memang bersumber dari kastil utama Naga Langit. Lebih tepatnya, di halaman depan kastil.Tak hanya mendengar satu kali, Daisy dan Rock mendengar ada ledakan yang bertubi-tubi. Meski demikian, Rock sama sekali tak melakukan apa-apa selain membiarkan hal itu terjadi, sebab ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di halaman kastil Naga Langit.!!Tubuh Alexander King terhempas menabrak dinding kastil Naga Langit, menciptakan kerusakan parah pada dinding yang terhantam tubuhnya. Karena kekuatan yang menghempaskan tubuhnya begitu kuat, timbul ledakan keras setiap kali tubuh Alexander King menghantam dinding kastil.Bebatuan dan debu-debu menghambur ke udara. Kehancuran demi kehancuran terus terjadi seiring dengan terhempasnya tubuh Alexander King berkali-kali.Tak ada yang berani mengambil sikap atas apa yang menimpa Alexander King, sebab pria itu memang meminta semua pasukannya untuk tak melakukan apa-apa.“Hazelle tewas
Tak hanya mengevakuasi para anggota Red Skull yang nyaris tenggelam ke laut, pasukan Tom Haley juga menemukan Rock yang berada dalam keadaan terikat di salah satu kapal milik Red Skull. Begitu Rock bebas, ia bergerak cepat menghubungi Alexander King yang berada di Manoko, mengabarkan tentang rencana kedatangan Richard dan Daisy ke sana.“Aku sudah tahu. Termasuk, kematian Hazelle, aku juga sudah mengetahuinya.”Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Alexander King saat Rock berhasil menghubunginya. Saat itu, Alexander King menutup telepon Rock lalu melanjutkan menyesap teh hijau sembari menatap langit hitam di balkon kamarnya.Satu demi satu keluarga yang ia cintai telah mati. Hanya menyisakan Richard seorang, tetapi Richard justru memutuskan untuk keluar dari silsilah keluarga Alexander King.“Lucu sekali…” gumam Alexander King seperti sedang menertawai kehidupannya sendiri. Terlepas dari itu semua, ia cukup menikmati keheningan malam itu sembari menanti kedatangan jasad putra kandun
Perlahan-lahan, matahari tenggelam mengiringi kematian Hazelle King. Dalam suasana berkabung, Richard mengirim telepati kepada pasukan Red Skull dan meminta mereka untuk bergegas menjauh dari pulau Sangorufu. Tak lama lagi, bom dipulau itu akan mengeluarkan gelombang kejut yang cukup besar.Beberapa detik sebelum ledakan besar terjadi di pulau Sangorufu, beberapa kapal pasukan Red Skull telah berhasil membuat jarak aman dari ledakan, termasuk kapal Richard yang sedari awal telah digerakkan oleh kekuatan Richard untuk menjauh dari pulau Sangorufu.Namun, beberapa kapal lain mengalami nasib buruk karena gagal membuat jarak aman dan akhirnya terdampak ledakan besar. Penumpang-penumpang kapal itu menjerit lalu berjatuhan ke laut. Puing-puing kapal yang terbakar berserakan di atas permukaan laut, membuat para korban yang jatuh semakin kesulitan untuk menyelamatkan diri.Beruntung, tak lama berselang datanglah tim evakuasi yang dipimpin oleh Tom Haley.Tom Haley yang mendapat laporan adanya
Tanpa diduga oleh siapa pun, terdengar suara letusan tembakan dari arah kapal tempat Richard mengistirahatkan Hazelle dan Daisy. Kekhawatiran Richard kian membesar ketika ia mendengar jeritan Daisy mengiringi suara tembakan itu.Mengingat, suara tembakan tak pernah menjadi pertanda baik bagi siapa pun, Richard melesatkan tubuhnya ke kapal tempat Daisy dan Hazelle berada.Benar saja, ketika Richard telah tiba di dek kapal, ia melihat Daisy dan Hazelle bersimbah darah. Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat ia melihat lubang merah menganga di dada Hazelle King.Meski Hazelle menampakkan senyum damai, Richard menghambur menghampiri Hazelle yang terkulai di atas dek kapal.“Hazelle mencoba untuk melindungiku, Richard… Dia terluka karena aku… Ini salahku…” Daisy menundukkan kepala hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai kapal. Tangisan Daisy pecah sebagaimana ia merasa bersalah terhadap Hazelle dan Richard.“Daisy…” Hazelle menggelengkan kepala menatap adik iparnya, seolah memberi
Jack Moriarty merasa nyawanya tak mungkin terselamatkan. Ketika ia tahu kematian sudah datang semakin dekat, beberapa waktu lalu dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Richard. Jack Moriarty bersedia membantu Richard semampu dirinya, sebagai timbal balik, Jack meminta Richard untuk menyelamatkan Kelly dan janin yang ada di dalam perut Kelly, kekasih Jack.Richard setuju, dan begitulah, keduanya lantas saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.‘Jack, cepat katakan apa yang ingin kau katakan!’ Richard tak sabar untuk mendengar pesan telepati dari Jack. Hanya saja, bukannya mendengar pesan dari Jack, Richard justru dikejutkan oleh suara lain.“Richard Forger…!”Hammer Moriarty telah terbebas dari kelumpuhan. Wajahnya berseri-seri saat melihat betapa ambisiusnya Richard yang ingin menyelamatkan Hazelle King. “Hei, bukankah ada obrolan kita yang terputus? Kau lupa?”Richard menoleh ke arah Hammer Moriarty dengan dahi berkerut.“Forge