Itu adalah Nick Boslay, putra dari Jordan Boslay yang secara sembunyi-sembunyi menunggui Richard keluar dari ruangan Rowena Roemer.Nick Boslay terkejut sebab Richard tak mengalami luka apapun dan tampak sangat baik-baik saja. Fakta tersebut membuat Nick segera menghubungi anggota aliansi pembenci Richard, ia ingin menjelaskan bahwa misi mencelakai Richard menggunakan tangan Rowena, ternyata gagal total!“Apa?! Kau yakin Richard masih bisa berdiri setelah keluar dari ruangan Rowena?!” terdengar Bellatrix memekik kecewa setelah mengangkat telepon dari Nick Boslay.“Ya. Ia membopong seorang perempuan, karena aku tak bisa terlalu dekat mengamati, aku tak tahu siapa perempuan itu. Bisa jadi, itu adalah Rowena Roemer. Entahlah…”Bellatrix terdengar menghembuskan napas kecewa. Ia dan Clair sudah menghabiskan cukup banyak biaya untuk membeli buket-buket bunga. Jika Richard pulang ke rumah dalam keadaan baik-baik saja, bukankah buket-buket bunga mereka justru menjadi selebrasi keberhasilan Ri
[Ayah, bahkan seorang putri wakil presiden yang sangat semena-mena itu, ia merangkak tak berdaya setelah menyadari identitas Tuan Forger. Ayah, segera kirim imbalan yang layak untuk Tuan Forger karena tanpa bantuannya hari ini, aku tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa!]Itu adalah pesan singkat yang dikirim oleh Ginny Torres kepada ayahnya beberapa waktu lalu ketika ia sudah sadarkan diri di Odense Hospital. Sebelum Richard menyadari bahwa ia telah bangun dari pingsan, Ginny Torres beberapa kali mengirim pesan ke nomor ayahnya sekaligus mengirim gambar bahwa ia memang benar-benar berada di rumah sakit.Ketika ayah Ginny Torres menanyakan tentang latar belakang keluarga Richard, Ginny pun membalas pesan ayahnya lagi,[Bahkan, aku yakin kita bisa celaka hanya karena mencoba menyelidiki latar belakang keluarganya. Ayah, siapa dia itu tak penting. Yang terpenting adalah, kita menunjukkan rasa hormat kita kepadanya sekaligus menghargai bantuan yang ia berikan kepadaku]Beberapa wakt
Beberapa menit berselang, Rock menghubungi Richard kembali dan mengatakan bahwa tiket pesawat yang tersedia menuju ke South River adalah pagi hari pukul lima. Itu berarti, Richard dan Daisy harus sudah tiba di bandara sebelum pukul empat menjelang fajar.Karenanya, Richard mengetik pesan kepada istrinya, bermaksud meminta Daisy berkemas dengan cepat. Hanya saja, Richard mengetik dan menghapus ketikan pesannya beberapa kali, merasa tak enak hati karena memerintah istrinya untuk berkemas sendirian. Ketika pesan yang ia tulis tiba-tiba tak sengaja terkirim, Richard membaca lagi isi pesan itu.[Daisy, sebentar lagi aku akan tiba di depan mansion, jika kau telah selesai berkemas, keluarlah ke gerbang dan kita akan segera berangkat ke bandara]Richard mengerutkan dahi dan menggerakkan jarinya dengan cepat untuk menghapus pesan itu karena ia berencana untuk menjemput Daisy ke dalam rumah dan membantu membawa koper keluar.Ding!Richard mengerutkan dahi sebab pesan yang belum sempat ia hapus
Ini adalah liburan pertama yang dilakukan oleh Richard dan Daisy selama mereka telah resmi menjadi suami istri. Tak heran, keduanya menghabiskan banyak waktu untuk bermesraan ketika berada dalam perjalanan menuju ke kota South River. Bahkan, saat mereka berada di dalam pesawat, tak sekali dua kali Richard mengganggu Daisy, memintanya untuk masuk ke toilet pesawat dalam waktu yang sama. Mulanya Daisy ingin menolak karena malu, tetapi, melihat wajah suaminya yang memelas, Daisy merasa tak tega untuk memberi penolakan. “Ini yang terakhir kalinya, Daisy… ayolah…” rengek Richard sembari menyenggolkan sikunya ke tubuh Daisy. Daisy memijit kening lalu membalas, “ini yang terakhir kalinya? Richard, kau mengatakan kalimat yang sama untuk yang ketiga kalinya, kau lupa?” Richard terbatuk. Ia ingin merengek lagi tetapi suara pramugari yang memberi informasi pesawat akan segera landing membuatnya kecewa lalu dengan wajah malas Richard mengencangkan sabuk pengaman. “Oh ya, kita akan segera mend
Setelah turun dari pesawat dan keluar dari bandar udara, Richard dan Daisy memesan Taxi dan meminta untuk diantar ke Hotel Phoenix yang terletak di pulau utama kota South River.South River merupakan sebuah kota besar yang terdiri dari puluhan pulau-pulau kecil yang bertebaran mengelilingi sebuah pulau utama. Dengan banyaknya pulau kecil yang bertebaran di South River, sudah menjadi hal yang wajar jika tempat itu kemungkinan besar dijadikan markas kelompok penjahat.Sebab, bersembunyi di dalam pulau nyatanya lebih aman karena akses yang bisa ditempuh untuk menuju ke suatu pulau memanglah cukup terbatas.“Tuan, kita sudah hampir tiba di Hotel Phoenix.”Suara driver Taxi membangunkan khayalan Richard dan juga Daisy. Keduanya lantas mempersiapkan diri untuk turun dari Taxi. Sayangnya, sebelum mobil Taxi itu mencapai Lobby utama hotel, seorang petugas keamanan menghentikannya.“Selamat siang, maaf, anda tidak bisa melewati Lobby Utama untuk saat ini. Silakan turunkan penumpang anda di sin
“Tu-Tuan… Itu… Itu terlalu banyak!” si driver bergumam tetapi di waktu yang sama, tangannya lekas-lekas menerima tumpukan uang dari Richard, khawatir jika Richard akan berubah pikiran. Sementara itu, melihat si driver taxi mendapatkan tip dalam jumlah yang luar biasa besar, security tampak amat malu dan sungkan karena telah menuding Richard dan Daisy sebagai pelanggan miskin. Bahkan, seorang pelanggan eksklusif pun tak mungkin bisa dengan entengnya memberikan $50.000 cuma-cuma kepada seorang driver. ‘Penampilannya sangat sederhana tapi dia bisa memberi tip sebanyak itu? Siapa mereka? Apakah aku sedang menggali kuburanku sendiri?’ security itu merenung dalam perasaan gelisah. Daisy yang melihat si security termenung, ia segera menegurnya. “Tuan…” Security itu menoleh setelah menelan ludah demi membasahi kerongkongannya yang kering. “I… Iya, Nyonya?” “Tuan, sebelum kami turun dari sini, aku ingin mengatakan sesuatu.” Daisy bergumam sembari mengibaskan rambutnya yang lurus. “Kau tah
Pria yang mengendarai mobil Rolls-Royces itu bernama Tom Haley, putra seorang pejabat tinggi dari kota Eastland. Tom Haley tandang ke South River dalam rangka berfoya-foya dengan selingkuhannya yaitu Mandy Lorenzo. Tom Haley memesan paket ekslusif di Phoenix Hotel tetapi ia tak menduga jika Phoenix Hotel akan memperlakukannya sedemikian istimewa.“Phoenix Hotel benar-benar keren! Asistenku memesan paket penginapan termahal di sini, tak kusangka mereka benar-benar memperlakukan kita seperti raja!” Tom Haley sesumbar kepada kekasihnya, Mandy.Tom mengatakan kepada Haley bahwa hari itu, sosial media Phoenix Hotel sedang diserbu oleh para customer yang kecewa sebab Phoenix Hotel melakukan diskriminasi kepada customer.“Jadi, selain rombongan kita, tak ada mobil yang boleh menurunkan customer ke Lobby Utama? Oh, lihat! Ada banyak sekali hiasan-hiasan bunga di sana? Apakah itu juga dipersiapkan untuk kita, sayang?!” Mandy memekik riang begitu ia melihat di setiap sisi Lobby Hotel tengah dih
Saat itu, Mandy sedang mengenakan dress berwarna kuning mencolok dengan belahan yang nyaris membuat pangkal pahanya terekspose. Ia berjalan melenggak-lenggok seolah menganggap dirinya tengah diawasi oleh seribu kamera. Bahkan, beberapa kali Mandy juga tampak membuang muka dan mengibaskan rambutnya ke belakang, mengira bahwa orang-orang akan terpesona dengan gayanya yang menyerupai TOP model di atas catwalk.Kenyataannya, dengan melakukan hal-hal seperti itu, Mandy justru membuat kecantikannya memudar dan nyaris lenyap tanpa sisa. Sesuatu yang dilakukan dengan cara berlebihan memang kerap membuat orang lain jijik dan terganggu.“Hei, Nona yang di sana!” Mandy berhenti dalam jarak dua mater dengan Richard dan Daisy. “Boleh aku tanya sesuatu?”Daisy menoleh ke arah Richard, seolah meminta pertimbangan jawaban apa yang harus Daisy lontarkan pada Mandy. Richard hanya mengangkat bahu, memberi kesan pada istrinya bahwa Daisy memiliki kendali penuh terhadap apa yang ingin ia lakukan atau tak