Max bertepuk tangan menyambut kedatangan Richard, ia lantas berdiri dan mulai mengajukan pertanyaan pada Richard. “Sial! Bagaimana bisa kau berhasil masuk ke Green Maple! Katakan padaku dengan jujur, apa kau memiliki member card di Green Maple?”Richard tersenyum canggung lalu menggeleng. “Tidak, tetapi aku…”Max mengepalkan tangan dan meninjukannya ke telapak tangannya yang lain. “Ya! Sudah kuduga bahwa kau tak mungkin memiliki kartu anggota di sini!” cibir Max pada Richard. Ketika Richard hendak melanjutkan kalimatnya, Max menghentikan Richard dengan Bahasa isyarat.Max lantas berujar lagi, “Biar kutebak, kau pasti menggunakan nama besarku untuk bisa memasuki tempat ini?! Ah, sial! Andai bukan karena suasana hatiku sedang baik, aku pasti akan mempermasalahkan hal ini!” ucap Max dengan ekspresi sombong. Seolah-olah, dirinyalah yang paling berjasa sekaligus juga berkuasa.Richard mengerutkan kening karena terkejut atas ucapan Max yang ditujukan kepadanya. “Max, apa kau mengira namamu
Pada akhirnya, Richard membiarkan Max menikmati praduganya. Lagipula, cepat atau lambat, fakta yang sebenarnya juga akan terungkap. Richard pun mengambil duduk di sebelah Daisy. Sembari menanti hidangan utama tersaji, Richard terlebih dahulu melahap olok-olokan yang terus menerus dilontarkan oleh Clair, Rosaline, Jessy, dan juga Max.Ketika hidangan utama pertama disajikan, Max dan yang lainnya menyerbu makanan tersebut dengan antusias yang berlebihan. Membuat Daisy menarik napas lega karena untuk beberapa waktu ke depan, telinganya tak akan panas mendengar ocehan teman-temannya yang menghina Richard.“Sssst…” Richard mendekatkan kepalanya ke telinga Daisy. “Daisy, jangan tekuk wajahmu seperti itu. Santailah sedikit, aku baik-baik saja…” Richard berbisik pada Daisy setelah melihat istrinya hanya diam menekuk wajah ke bawah.Daisy memijit-mijit keningnya sembari menggelengkan kepala. “Richard, bagaimana aku bisa tenang sementara mereka tak mau berhenti menghinamu. Sudah kukatakan sedar
“Diam kalian semua!” Max menengahi. Ia lantas memandang wajah Daisy lembut, lalu berkata, “Daisy, jika kau memang menyukai hidangan di sini, tenang, meski suamimu tak sanggup memberikannya untukmu, aku yang akan membelikanmu.” Sejenak, Max membenahi dasi di lehernya lalu bergumam lagi, “cepat atau lambat, kau akan sadar Daisy, siapa laki-laki yang lebih unggul dan lebih pantas mendampingimu.”Richard menelan sepotong Sushi seraya mengangguk dan menunjuk ke arah Max. “Nah… Kali ini kau benar, Max!”“Richard, bahkan sampai sekarang kau tak menyadari di mana posisimu?! Max baru saja memberi pesan bahwa sejatinya kau berada jauh di bawah Max.” Clair menyela Richard. Membuat Richard mengangkat bahu seoalah bertanya, memangnya, apa peduliku?Tentu saja gerakan isyarat tubuh Richard semakin membuat Max dan teman-temannya jijik.“Ingat, Richard! Andai bukan karena pengaruh nama besar keluargaku, kau bahkan tak akan pernah mendapat izin untuk menginjakkan kaki di lantai ini!” Max pun kini terl
Max masih memiliki satu bukti yang membuatnya yakin bahwa kepala pramusaji telah salah memberikan informasi. Bukti kuat itu bisa ia gunakan untuk memojokkan Richard sekaligus menunjukkan kepada semua orang bahwa di antara dirinya dan Richard, Max-lah yang lebih unggul. Kepercayaan diri Max pun kembali meningkat.“Begini saja…” Max saat itu merogoh dompet kulit dari sakunya, mengeluarkan sesuatu dari sana lalu melempar ke atas meja. “Richard, tunjukkan kartu membermu di Green Maple Restaurant! Jika kau memang memiliki kartu member, aku akan mempercayai ucapan pramusaji. Jika kau tak memilikinya, sudah jelas bahwa pramusaji pasti salah memberi informasi!”Rosaline, Jessy, dan Clair merasa puas atas tindakan tegas yang dilakukan oleh Max. Nyali mereka yang sebelumnya menciut, kini telah membesar lagi. Mereka semakin yakin bahwa pegawai Green Maple telah melakukan kekeliruan dengan mengira Richard-lah yang memesan lantai tujuh.‘Ya! Richard sudah mengatakan bahwa ia tak memiliki kartu mem
Sambungan telepon terputus. Max diam terpaku dengan perasaan yang campur aduk. Max melirik ke arah Richard yang kini sedang tersenyum sembari merangkul pundak Daisy.“Mungkin ayahku yang sedang mabuk.” Max pura-pura menggaruk kepalanya dengan tangan yang bergetar ketakutan. “Ya, ayahku memang pemabuk berat, ha ha ha!” Max tampak berjuang keras mencairkan suasana tetapi justru ia sendiri yang terlihat paling gugup di antara yang lain.Pramusaji tersenyum puas menatap kegelisahan di wajah Max. Untuk melengkapi kegelisahan tersebut, si kepala pramusaji menambahkan, “Tuan Max, sebentar lagi Manajer Jill akan datang ke mari. Beliau adalah manajer di Green Maple Restaurant. Dia akan meluruskan masalah di sini.”Max semakin panik. “Tidak, aku sedang sangat terburu-buru! Lagipula, tak ada yang perlu diluruskan. Aku akan pergi sekarang…” Max meraih kartu member yang beberapa waktu lalu ia lempar ke atas meja.Max ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu tetapi Richard menghadang Max. “Santai du
Dalam waktu bulan ke depan, kota Eastland akan mengadakan turnamen bela diri tahunan. Turnamen tersebut diadakan langsung oleh Walikota Eastland dengan hadiah selain berupa uang tunai, juga akan diberikan penawaran pekerjaan di jajaran pasukan keamanan keluarga walikota. Meski diadakan di kota Eastland, peserta dari luar kota tersebut tetap diizinkan untuk mengikuti turnamen.Saat itu, Bellatrix telah menggunakan relasinya untuk meloloskan Richard Forger menjadi peserta turnamen. Jika secara normal peserta turnamen harus melewati berbagai macam seleksi ketat termasuk penelusuran latar belakang keluarga, Bellatrix menyuap panitia turnamen agar tetap meloloskan Richard meski latar belakang keluarga Richard tidak jelas.Kabar tentang terdaftarnya Richard Forger menjadi peserta Turnamen Tahunan di kota Eastland baru diketahui dua hari setelah kejadian di Green Maple Restaurant. Pagi-pagi sekali, Bellatrix datang dan mengetuk pintu kamar Daisy.Saat kamar dibuka oleh Daisy, tangan kanan Be
“Daisy… Kau mimpi buruk?!”Richard mendekatkan tubuhnya pada Daisy. Seketika, Daisy merespon pertanyaan Richard dengan pelukan. Daisy mendadak memeluk Richard tanpa sebab, membuat Richard semakin yakin jika Daisy mengalami mimpi buruk.‘Aku patut berterima kasih pada mimpi buruk yang sudah mengganggumu ini, Daisy!’ Richard membatin dengan perasaan gembira tetapi juga khawatir.“Richard…” Pelan-pelan Daisy memanggil nama suaminya.“Ya?”“Richard, sebaiknya kita kabur dari rumah ini dan hidup tenang di pedesaan kecil… Apakah kau bersedia hidup sederhana bersama?”“Apa maksud ucapanmu, Daisy? Memangnya mengapa kita harus kabur dari sini?”Daisy melepas pelukannya lalu mengusap matanya yang sembab. Dengan menahan rasa sesak yang menyiksa, Daisy mula-mula bercerita tentang Turnamen Tahunan kota Eastland yang terkenal. Lebih khusus, Daisy menitikberatkan pada kejadian-kejadian mengerikan yang pernah tercatat di surat kabar tentang turnamen tersebut.Kelumpuhan permanen, beberapa bagian tubu
Sore hari, Daisy mengajak Richard untuk pergi ke Paragon Gym, tempat fitness yang paling dekat dengan mansion milik keluarga Miller. Sebelumnya, Bellatrix telah memesan membership selama sebulan penuh atas nama Richard dan Daisy. Bellatrix menyebut hal tersebut sebagai bentuk supportnya untuk mempersiapkan fisik Richard menghadapi turnamen di kota Eastland. Sejatinya, Bellatrix tentu saja memiliki tujuan yang lain.“Hei… Akhirnya kalian datang juga!” Bellatrix menyambut Daisy dan Richard yang baru memasuki Paragon Gym. “Daisy, jika sepupumu tersenyum ramah seperti itu,” Richard menyenggol pundak istrinya, “Mengapa aku justru merasa merinding ya?”Daisy tertawa dan merasa setuju, tak ada yang lebih mengerikan dari senyum ramah seseorang yang memiliki sifat licik. “Jadi, rencana busuk apa yang akan kau jalankan kali ini, Bella?”Bellatrix mendecih pelan, merasa tersinggung atas pertanyaan Daisy. Menurutnya, semenjak Daisy menjadi istri Richard, Daisy terkesan semakin berani menentang d