Ketika mereka mengejek Michael, mereka tidak pernah menyangka Michael akan muncul di depan mereka. Rasa percaya diri mereka jadi menciut seketika. Sebelumnya mereka yakin bisa menendang dan membunuh Michael dengan satu pukulan. Namun, ketika Michael benar-benar muncul di depan mereka, orang-orang itu langsung bersikap pengecut. Kamu bisa melihat tubuh mereka mengkerut. Jangankan memukul Michael, kentut pun mereka tak berani! “Bukankah kamu bilang ingin memukulku?" tanya Michael dingin. Wajah mereka otomatis pucat. Tanpa sadar mereka melangkah mundur!“Atau kamu yang ingin meninjuku?” Michael membalikkan badannya ke arah yang lain. Orang di belakang Michael mengikuti jejak yang lain. Dia menggelengkan kepala dan melangkah mundur. Alis Michael naik dan menatap semua orang satu per satu. Ketakutan mereka semakin menjadi-jadi.Tidak ada yang berani bernapas. Itulah gambaran yang terjadi saat ini. Semua ocehan mereka sebelumnya terdengar sangat konyol. Semua orang di sana adal
Tetua Ketujuh menatap Rahel dengan pandangan bingung.Tak lama kemudian, pelayan kembali menghadap dengan pandangan tak percaya. "Dia masih ... masih bertarung.”“Tapi ….”“Tapi apa?" tanya Tetua Ketujuh dengan nada tidak sabar. Michael dikelilingi oleh ribuan pasukan, tapi semua pasukan itu terpental ke segala arah. Felix tampak kelabakan menghindari serangan Michael. “Maksudmu Michael bisa mengatasi serbuan pasukan Kota Huangmo?" Tetua Ketujuh bertanya sambil mengerutkan dahinya. Pelayan tidak mau mengakuinya, tapi dia melihat kenyataan itu dengan matanya sendiri. Mau tak mau dia harus percaya!“Ya!" Pelayan ragu-ragu menjawabnya. Tetua Ketujuh menghela napas panjang.Apa Michael tidak apa-apa?!Sebagai orang yang pernah merawat Michael selama tiga hari, Tetua Ketujuh sedikit banyak situasi yang dihadapi Michael. Dia baru sembuh dari luka serius!Kalau Tetua Ketujuh berada di posisi Michael, mungkin dia baru sadar dari pingsan! Apalagi jika Michael adalah jagoan b
Felix sama sekali tidak menyangka ….Dihadapkan dengan ribuan pasukan, Michael ….Felix menatap Michael yang melayang di tengah udara. Dia tidak mengerti bagaimana bisa!Apa mereka terlalu lemah menghadapi Michael?Namun, para pasukan ini tidak takut dengan Biksu Iblis. Kenapa hanya Michael yang sangat kuat?!Darah mengalir keluar dari ujung mulut Felix tanpa dia sadari. Dia gagal mengalahkan Michael padahal sudah dibantu dengan kekuatan para pasukannya. Felix sendiri terluka dari serangan Michael. Apa jangan-jangan Felix harus mundur? Kalau tidak, dia bisa menyakiti dirinya sendiri. Satu pedang bisa menggemparkan langit. Michael menggoyang-goyangkan pedang giok di tangannya dan mengangkatnya lebih tinggi. Pedang itu bersinar di tangan Michael!“Hancurkan!" Pedang itu bersinar semakin terang. Sebuah kekuatan muncul dan mengarah pada pasukan di bawah sana. Boom!!!Debu beterbangan seolah-olah terjadi gelombang besar yang menghantam tanah. Hal itu menjadikan para pasukan ole
“Jika mengikuti nalurinya, hewan akan melindungi makanan mereka," Rahel berdecak ketika dia melihat kucingnya makan. Kemudian dia mengambil kucing itu dan meletakkannya lebih jauh. Karena jauh dari sumber makanannya, kucingnya mendesis. Sepertinya dia tidak puas. “Kamu memang lapar, tapi kalau aku tidak mengizinkanmu, tidak kuizinkan kamu makan," ujar Rahel. Nada suaranya meninggi. Dengan lambaian tangan, kucing itu terlempar beberapa meter dan menabrak dinding. Kucing yang tadinya lapar, sekarang terlihat ketakutan. Dia lalu menatap Rahel dengan takut. “Apa persiapannya sudah selesai?" tanya Rahel. “Semuanya sudah siap.”Rahel tersenyum dan berkata, "Bagus.”“Apa di luar akan hujan?" tanya Rahel lagi. Pelayan mengangguk dan berkata, "Ya. Terlihat ada awan yang cukup tebal. Aku yakin sebentar lagi hujan deras akan turun. Aku juga sudah mengatur agar tenda agar Nona tetap kering dan nyaman.“Rahel menggelengkan kepala, "Hujan deras itu bagus bagi orang-orang yang pantas m
Michael mengangkat kepalanya dan menatap Rahel, "Di mana Hanna?”“Bella sudah mengubah pikirannya. Aku tahu kamu pasti terpukul gara-gara masalah ini, tapi kalau kamu menghadapi musuh dengan kondisi ini, mungkin kamu bisa langsung membunuh para Biksu Iblis itu. Karena itu aku menyuruh seseorang untuk mengatakan hal ini padamu. Jika kamu berhasil melewati ini semua, kamu bisa mendapatkan putrimu kembali. Aku tidak ingin putrimu kehilangan sosok ibu dan ayahnya di usia muda. Michael, singkirkan rasa bencimu padaku dan perlakukan aku dengan hormat.”Rahel lalu berjalan keluar dari hutan. Michael tercengang!Apa jangan-jangan selama ini dia sudah salah paham dengan Rahel?Ucapannya barusan terdengar masuk akal!Termasuk Rahel yang datang sendiri untuk menyampaikan informasi pada Michael. Semuanya demi kepentingan Michael. Michael masih belum paham dengan sikap aneh Bella. Kalau Bella dipaksa berbuat hal yang tidak dia inginkan, cara apa yang dipakai? Apa jangan-jangan Hanna dipa
Michael bisa mencium bau parfum menarik dari tubuh Rahel. Begitu jarak mereka sudah cukup dekat, Michael meletakkan tangannya di pundak Rahel dan menahannya untuk tidak bergerak. “Apa yang kamu lakukan?" Rahel berpura-pura tenang, tapi dari sorot matanya menunjukkan ada perasaan marah dan terluka. “Aku yang bertanya padamu. Apa maumu sebenarnya?" tanya Michael dengan nada dingin. Meskipun Michael masih sulit menerima surat yang ditulis Bella, dia tidak akan membiarkan Rahel mendekatinya. Rahel berpura-pura tidak mendengar ucapan Michael. Dia mencondongkan tubuhnya lalu berbisik di telinga Michael, "Kalau kamu menolakku, jangan lupakan apa yang tertulis di surat. Jika itu terjadi, jangan harap aku akan menerimamu.”“Aku juga ingin menyampaikan pesan agar kamu segera balik ke kota.”Rahel melangkah mundur dan menatap Michael dengan pandangan kesal. Selain ingin mengingatkan Michael, kedatangan Rahel ke tenda Michael karena menyadari ada sesuatu yang rumit terjadi di dalam ha
Suasana di dapur penginapan begitu hidup. Asap mengepul dari dalam dapur. Sementara di luar penginapan, pasukan zombi masih mengepung penginapan. Mereka mengatup-ngatupkan rahang mereka dengan marah. Dapur itu berukuran kecil dibandingkan ruangan makan di penginapan. Suara zombi yang marah membuat suasana lebih mencekam. Dinding penginapan itu dicakar-cakar oleh pasukan zombi. Nolan tidak menghiraukan pasukan zombie itu. Dia meletakkan kruk di tangannya dan melepas jubahnya. Celana yang dia pakai tampak longgar. Padahal sebelumnya tidak seperti itu. Hal ini tampak sangat berbeda. Wajah Nolan terlihat pucat. Tubuhnya bermandikan keringat. Nolan menatap lengan kirinya. Dia memegang pisau di tangan kanannya dan menggertakan gigi. Nolan memantapkan hatinya dan hendak menusuk ketika terdengar suara.“Cukup.”Sebuah tangan menghentikan aksi Nolan. Nolan tercekat. Dia menghembuskan napas. Tubuh Nolan oleng ke belakang. Tangan asing itu menahan tubuh Nolan. Mereka roboh ke lant
Dari sorot mata Mira, dia tahu ini salam perpisahan dari Nolan. “Aku tahu kamu pintar. Kamu tidak perlu berkata apa-apa lagi," Nolan berkata dengan nada tenang. Mira mengangguk. Dia menggertakkan gigi. Pipinya masih basah. Kemudian dia mengambil pisau itu dan memberikannya pada Nolan. “Satu hal lagi.”....Dua puluh menit kemudian.Orang-orang menjadi lebih bersemangat karena sudah makan. Mereka jadi lupa dengan pasukan zombi di luar sana. Ini semua berkat pemimpin mereka Nolan. Nolan yang menyediakan makanan untuk mereka. Otomatis muncul harapan di hati orang-orang tersebut. Energi mereka mulai pulih. Kemudian terdengar suara langkah kaki. Orang-orang jadi tambah bersemangat. Sebentar lagi makanan mereka datang. Seperti yang mereka duga, ada seseorang yang membawa semangkuk sop. Ternyata itu bukan Nolan, melainkan Mira. Orang-orang itu tidak menghiraukan kenapa bukan Nolan yang datang. Mira memberi mereka semangkuk sop. “Mana Nolan?" tanya Danu. Dia melihat mata Mira