"Michael sudah kehabisan waktu, Bella!” ucap Rahel dingin kemudian mundur dan berbalik untuk meninggalkan Bella. "Baiklah!” Bella menggertakkan gigi. Dia telah mengambil sebuah keputusan sulit. Sebuah senyum mencibir tersungging di ujung bibir Rahel. Namun, senyum itu menghilang dan digantikan oleh ekspresi kesedihan saat dirinya membalikkan badan, “Apa kamu yakin?” "Aku yakin!” Bella menggigit bibirnya dan mengangguk. Serangan kata-kata Rahel selalu menghantam hati semua orang yang mendengarnya. Bella tidak takut akan segala macam siksaan, tapi perasaan bersalahnya dibesar-besarkan oleh Rahel hingga membuat jantungnya berdebar kencang. Bella bahkan merasa seperti pendosa di sekitar Michael. Seperti apa yang pernah diucapkan Rahel, seseorang sering kali menyiksa orang lain dengan mengatasnamakan cinta. Bella telah menyeret Michael terlalu dalam hingga Michael berulang kali jatuh ke dalam bahaya. Seandainya saja Keluarga Fu bisa membantu Michael seperti Puncak
"Beri aku kertas dan pulpen!” pinta Bella dingin. Bella berdiri dan mendekati meja. Dia menengadahkan tangan kanannya dengan ringan. Rahel tiba-tiba berubah seperti seorang pelayan. Harga dirinya jatuh. Tapi demi lelaki itu, dia hanya bisa menggertakkan gigi. Seperti sulap, kertas dan pulpen tiba-tiba ada di tangan Rahel kemudian Rahel lalu menempatkan kertas dan pulpennya di hadapan Bella. Bella tidak lagi banyak bicara. Dia mengambil pulpennya dan dengan cepat menuliskan sesuatu di kertas. Rahel tidak dapat menahan senyum kepuasannya dengan apa yang dituliskan Bella di kertas. Tapi tidak lama kemudian, Bella tiba-tiba berhenti menulis dan berbalik. Dia berkata dingin, “Peta!” "Peta?” tanya Rahel dengan suara dingin. "Benar!” "Kamu menginginkan peta untuk apa?” tanya Rahel dengan penuh kewaspadaan. Rahel tahu peta yang diminta Bella pasti peta arah dari Dunia Bafang menuju gurun. Tapi jika benar peta tersebut yang diinginkan Bella, Rahel yakin Bella aka
Jemarinya bergerak pelan sekali di bawah guyuran air hujan. Gerakannya yang begitu perlahan tidak akan bisa dilihat oleh siapapun meskipun sudah memperhatikannya dengan teliti. Hanya air hujan yang mengalir melewati tangannya yang mampu mendeteksi gerakannya. "Bella!” Mata Michael sedikit terbuka. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu tapi sayang suaranya tidak keluar! Michael menderita kesakitan yang sangat luar biasa. Ketidaknyamanan yang dirasakannya membuat Michael merasa hancur tak karuan. Kelopak matanya seperti ditimpa dongkrak hingga berat baginya untuk membuka mata. Michael merasa jiwanya terpisah dari raganya sehingga dia tidak dapat bergerak meskipun keinginan menggerakkan tubuhnya begitu besar. Jiwanya lebih parah lagi. Dirinya seolah-olah bisa menutup mata kapan saja dan tidak akan terbangun lagi. Seluruh tubuhnya hampir terasa hancur berantakan tanpa ada gerakan sedikit pun. Namun satu-satunya yang bergerak adalah jantungnya yang berdetak sangat kuat.
Lima menit! Jarak sambaran petir yang satu dengan lainnya adalah lima menit. Itu artinya Michael hanya memiliki waktu lima menit saja untuk melarikan diri dari tempat ini. Michael akan kehilangan kesempatan melarikan diri jika petir selanjutnya kembali menyambar. Dan dia pun akan kembali menghadapi rasa sakit akibat pemurnian jiwanya. Oleh karenanya, dia harus memanfaatkan kesempatan kecil ini meskipun tampak seperti tidak mungkin bisa dilewatinya. Pilihannya hanya dua. Raih kesempatan mustahil ini dengan memaksa mengeluarkan kekuatannya sekaligus atau hanya menutup mata dan nikmati lima menit terakhir sebelum mati. Michael dihadapkan dengan dua pilihan. Tentu saja Michael akan selalu memilih melawan arus. Orang biasa pasti akan sangat kesulitan memulihkan diri hanya dalam waktu lima menit. Apa lagi tubuhnya sulit dikendalikan karena ditekan oleh cakar Naga Merah KeemasanNamun bagi Michael, sesuatu yang sulit dicapai bukan berarti tidak ada harapan sama sekali
Senyum para biksu membeku. Mereka saling berpandangan mendengar teriakan Grace. Sebuah objek berbentuk bundar terlihat samar di atas bayangan naga raksasa yang berada di lembah. Dari penampakannya, jika bukan batu di atas kepala naga maka mereka pikir naga tersebut memakai topi! Meskipun topinya terlihat melayang di udara! Satu lagi tambahan yang membuat Grace yang sudah merasa cemas sepanjang waktu, semakin merasa tidak nyaman. "Sial! Aku pikir itu apa, ternyata hanya sebuah bayangan.” "Bayangan tambahan itu bisa membuat sebuah keributan besar,” ujar para biksu yang langsung terkekeh dingin. "Guru, Michael ini bukan orang biasa. Jangan anggap enteng. Jika tidak ...” Grace mengingatkan Biksu Tua dengan cemas. Dia tidak peduli pada para biksu yang menganggap santai munculnya bayangan tambahan di atas naga. Biksu Tua mengangkat tangan untuk menghentikan Grace melanjutkan ucapannya. Dia mengangguk, “Jangan khawatir, aku akan selalu berhati-hati. Lagi pula, apa ya
Duaaar!!! Sebuah tiang listrik raksasa meledak mengeluarkan energi yang luar biasa dahsyat. Langit dan bumi di lembah tiba-tiba berubah menjadi hitam putih! Batu lima elemen kecil melayang di udara. Besarnya sangat kontras dengan pilar raksasa listrik! Duaaar! Tiang listrik raksasa meluncur lurus ke arah batu lima elemen seperti sekumpulan besar arus yang bergelombang. Batu lima elemen kecil diterangi cahaya putih untuk sesaat. Batu tersebut kemudian menghisap tiang cahaya raksasa dengan begitu kuat ke dalam tubuhnya seperti anak kecil yang rakus. Zzzzz!!!Di sekitar tiang listrik bertebaran listrik aneh seperti seekor ular yang menyebar dan berkedip ke segala arah. Sebuah pemandangan yang terlihat begitu brutal sekaligus indah. "Apa yang sebenarnya terjadi?” Biksu Paruh Baya terkesiap. Dia mundur satu langkah karena ketakutan. Siapa yang bisa menjawab pertanyaannya sementara hanya ada satu orang di lapangan?! Para biksu lainnya pun sama bingungnya
Air seperti menemukan anaknya sendiri. Dia memberi makan Michael sedikit demi sedikit! Air di dalam pipa air begitu hangat dan tenang meskipun di luar begitu ganas seperti harimau! "Prok!” Tangan Michael tiba-tiba bergerak di dalam air. "Prok!” Kakinya juga bergerak! Setelah tangan dan kaki Michael bergerak, tubuhnya menggeliat perlahan! Debu, kotoran, dan bahkan bekas luka di seluruh tubuhnya menghilang. Tubuh dan kulit Michael menjadi selembut kulit bayi hanya dalam waktu singkat. Pakaiannya pun bersih seperti habis dicuci. Michael perlahan membuka matanya diiringi senyum bengis menggantung dari ujung bibirnya. Dia berhasil! Michael menggunakan batu lima elemen untuk menyerap dengan paksa seluruh energi listrik dari petir dan menggunakannya untuk memulihkan dirinya. Satu-satunya kesulitan yang dihadapi Michael untuk melakukan proses ini adalah mengeluarkan batu lima elemen itu sendiri. Michael memilih menggunakan arwah Naga Iblis untuk me
Kegelapan kembali menyelimuti lembah begitu air berhenti mengalir. Trang! Suara batu jatuh terdengar dan menggema di dasar lembah! "Airnya ... airnya berhenti. Cepat, cepat, susun barisan. Susun barisan!” teriak Biksu Paruh Baya. Tidak lama kemudian, para biksu kembali melantunkan mantra. Awan hitam pekat dan mengejutkan kembali menggulung di angkasa. Mereka saling melompat dengan liar! Sambaran petir yang terjadi membuat daratan kembali diterangi cahaya walaupun cahayanya bergantian antara terang dan gelap. Tapi …. Semua biksu melihat hal yang mengerikan dalam kilatan cahaya. Mereka tidak menemukan tubuh Michael yang sebelumnya menelungkup di dasar lembah yang terpencil. Yang mereka lihat hanyalah sesosok manusia anggun berwibawa yang duduk dengan tenang. Kakinya disilangkan, tangannya diletakkan dengan santai di atas kakinya seperti patung. Sayangnya cahaya terang menghilang dengan cepat sebelum semua orang bisa melihatnya dengan jelas. Kegelapan kembal
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua