Felix?!Tubuh lemah Bella gemetar mendengarnya. Dia langsung mundur beberapa langkah tanpa sadar. Kepalanya menggeleng putus asa dan bergumam, “Tidak, tidak. Tidak mungkin, tidak mungkin.” Wajah Rahel kaku seketika saat melihat reaksi Bella. “Baiklah, aku tidak akan memaksamu kalau kamu tidak mau. Tapi aku tidak peduli apakah Michael hidup atau mati,” lanjut Rahel yang tidak bisa menahan cibirannya. "Tekanan Mantra Kebangkitan Jiwa akan membuat tubuh dan jiwa Michael membusuk dan menghilang selamanya di dunia ini.” "Rahel, bukankah kamu mengatakan kamu mencintai Michael? Kalau kamu mencintainya, apa kamu tega melihat dia mati?” Bella berteriak marah mendengar ucapan Rahel. "Bukan aku yang akan melihatnya mati, tapi kamu. Aku sudah memberinya jalan keluar, tapi sayangnya kamu tidak setuju,” balas Rahel dingin. Bella marah seketika. Selama ini dirinya sudah berkompromi. Dia memilih menjauh dari Michael dan pergi ke gurun demi menjaga kesuciannya karena tidak ingin m
"Michael sudah kehabisan waktu, Bella!” ucap Rahel dingin kemudian mundur dan berbalik untuk meninggalkan Bella. "Baiklah!” Bella menggertakkan gigi. Dia telah mengambil sebuah keputusan sulit. Sebuah senyum mencibir tersungging di ujung bibir Rahel. Namun, senyum itu menghilang dan digantikan oleh ekspresi kesedihan saat dirinya membalikkan badan, “Apa kamu yakin?” "Aku yakin!” Bella menggigit bibirnya dan mengangguk. Serangan kata-kata Rahel selalu menghantam hati semua orang yang mendengarnya. Bella tidak takut akan segala macam siksaan, tapi perasaan bersalahnya dibesar-besarkan oleh Rahel hingga membuat jantungnya berdebar kencang. Bella bahkan merasa seperti pendosa di sekitar Michael. Seperti apa yang pernah diucapkan Rahel, seseorang sering kali menyiksa orang lain dengan mengatasnamakan cinta. Bella telah menyeret Michael terlalu dalam hingga Michael berulang kali jatuh ke dalam bahaya. Seandainya saja Keluarga Fu bisa membantu Michael seperti Puncak
"Beri aku kertas dan pulpen!” pinta Bella dingin. Bella berdiri dan mendekati meja. Dia menengadahkan tangan kanannya dengan ringan. Rahel tiba-tiba berubah seperti seorang pelayan. Harga dirinya jatuh. Tapi demi lelaki itu, dia hanya bisa menggertakkan gigi. Seperti sulap, kertas dan pulpen tiba-tiba ada di tangan Rahel kemudian Rahel lalu menempatkan kertas dan pulpennya di hadapan Bella. Bella tidak lagi banyak bicara. Dia mengambil pulpennya dan dengan cepat menuliskan sesuatu di kertas. Rahel tidak dapat menahan senyum kepuasannya dengan apa yang dituliskan Bella di kertas. Tapi tidak lama kemudian, Bella tiba-tiba berhenti menulis dan berbalik. Dia berkata dingin, “Peta!” "Peta?” tanya Rahel dengan suara dingin. "Benar!” "Kamu menginginkan peta untuk apa?” tanya Rahel dengan penuh kewaspadaan. Rahel tahu peta yang diminta Bella pasti peta arah dari Dunia Bafang menuju gurun. Tapi jika benar peta tersebut yang diinginkan Bella, Rahel yakin Bella aka
Jemarinya bergerak pelan sekali di bawah guyuran air hujan. Gerakannya yang begitu perlahan tidak akan bisa dilihat oleh siapapun meskipun sudah memperhatikannya dengan teliti. Hanya air hujan yang mengalir melewati tangannya yang mampu mendeteksi gerakannya. "Bella!” Mata Michael sedikit terbuka. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu tapi sayang suaranya tidak keluar! Michael menderita kesakitan yang sangat luar biasa. Ketidaknyamanan yang dirasakannya membuat Michael merasa hancur tak karuan. Kelopak matanya seperti ditimpa dongkrak hingga berat baginya untuk membuka mata. Michael merasa jiwanya terpisah dari raganya sehingga dia tidak dapat bergerak meskipun keinginan menggerakkan tubuhnya begitu besar. Jiwanya lebih parah lagi. Dirinya seolah-olah bisa menutup mata kapan saja dan tidak akan terbangun lagi. Seluruh tubuhnya hampir terasa hancur berantakan tanpa ada gerakan sedikit pun. Namun satu-satunya yang bergerak adalah jantungnya yang berdetak sangat kuat.
Lima menit! Jarak sambaran petir yang satu dengan lainnya adalah lima menit. Itu artinya Michael hanya memiliki waktu lima menit saja untuk melarikan diri dari tempat ini. Michael akan kehilangan kesempatan melarikan diri jika petir selanjutnya kembali menyambar. Dan dia pun akan kembali menghadapi rasa sakit akibat pemurnian jiwanya. Oleh karenanya, dia harus memanfaatkan kesempatan kecil ini meskipun tampak seperti tidak mungkin bisa dilewatinya. Pilihannya hanya dua. Raih kesempatan mustahil ini dengan memaksa mengeluarkan kekuatannya sekaligus atau hanya menutup mata dan nikmati lima menit terakhir sebelum mati. Michael dihadapkan dengan dua pilihan. Tentu saja Michael akan selalu memilih melawan arus. Orang biasa pasti akan sangat kesulitan memulihkan diri hanya dalam waktu lima menit. Apa lagi tubuhnya sulit dikendalikan karena ditekan oleh cakar Naga Merah KeemasanNamun bagi Michael, sesuatu yang sulit dicapai bukan berarti tidak ada harapan sama sekali
Senyum para biksu membeku. Mereka saling berpandangan mendengar teriakan Grace. Sebuah objek berbentuk bundar terlihat samar di atas bayangan naga raksasa yang berada di lembah. Dari penampakannya, jika bukan batu di atas kepala naga maka mereka pikir naga tersebut memakai topi! Meskipun topinya terlihat melayang di udara! Satu lagi tambahan yang membuat Grace yang sudah merasa cemas sepanjang waktu, semakin merasa tidak nyaman. "Sial! Aku pikir itu apa, ternyata hanya sebuah bayangan.” "Bayangan tambahan itu bisa membuat sebuah keributan besar,” ujar para biksu yang langsung terkekeh dingin. "Guru, Michael ini bukan orang biasa. Jangan anggap enteng. Jika tidak ...” Grace mengingatkan Biksu Tua dengan cemas. Dia tidak peduli pada para biksu yang menganggap santai munculnya bayangan tambahan di atas naga. Biksu Tua mengangkat tangan untuk menghentikan Grace melanjutkan ucapannya. Dia mengangguk, “Jangan khawatir, aku akan selalu berhati-hati. Lagi pula, apa ya
Duaaar!!! Sebuah tiang listrik raksasa meledak mengeluarkan energi yang luar biasa dahsyat. Langit dan bumi di lembah tiba-tiba berubah menjadi hitam putih! Batu lima elemen kecil melayang di udara. Besarnya sangat kontras dengan pilar raksasa listrik! Duaaar! Tiang listrik raksasa meluncur lurus ke arah batu lima elemen seperti sekumpulan besar arus yang bergelombang. Batu lima elemen kecil diterangi cahaya putih untuk sesaat. Batu tersebut kemudian menghisap tiang cahaya raksasa dengan begitu kuat ke dalam tubuhnya seperti anak kecil yang rakus. Zzzzz!!!Di sekitar tiang listrik bertebaran listrik aneh seperti seekor ular yang menyebar dan berkedip ke segala arah. Sebuah pemandangan yang terlihat begitu brutal sekaligus indah. "Apa yang sebenarnya terjadi?” Biksu Paruh Baya terkesiap. Dia mundur satu langkah karena ketakutan. Siapa yang bisa menjawab pertanyaannya sementara hanya ada satu orang di lapangan?! Para biksu lainnya pun sama bingungnya
Air seperti menemukan anaknya sendiri. Dia memberi makan Michael sedikit demi sedikit! Air di dalam pipa air begitu hangat dan tenang meskipun di luar begitu ganas seperti harimau! "Prok!” Tangan Michael tiba-tiba bergerak di dalam air. "Prok!” Kakinya juga bergerak! Setelah tangan dan kaki Michael bergerak, tubuhnya menggeliat perlahan! Debu, kotoran, dan bahkan bekas luka di seluruh tubuhnya menghilang. Tubuh dan kulit Michael menjadi selembut kulit bayi hanya dalam waktu singkat. Pakaiannya pun bersih seperti habis dicuci. Michael perlahan membuka matanya diiringi senyum bengis menggantung dari ujung bibirnya. Dia berhasil! Michael menggunakan batu lima elemen untuk menyerap dengan paksa seluruh energi listrik dari petir dan menggunakannya untuk memulihkan dirinya. Satu-satunya kesulitan yang dihadapi Michael untuk melakukan proses ini adalah mengeluarkan batu lima elemen itu sendiri. Michael memilih menggunakan arwah Naga Iblis untuk me