Wajar saja Cameron dan Arum begitu percaya diri. Paviliun Dewa Pengobatan sudah dikalahkan. Berarti posisi Keluarga Fu masih aman. Apalagi ada dukungan dari Keluarga Ye. Mereka masih bersinar di Dunia Bafang. Paviliun Dewa Pengobatan sudah bukan merupakan ancamanPilihan apa yang dimiliki Perguruan Harapan?Mereka tidak punya pilihan!Cameron dan Arum tidak terkejut melihat perubahan kepemimpinan Perguruan Harapan.Jika Perguruan Harapan menerima tawaran Cameron, Keluarga Yefu bisa hidup tenang. Mereka sudah memberikan jamuan terbaik ditemani seluruh anggota keluarga. Bagaimana mungkin Perguruan Harapan bisa menolak?!Inilah rencana Cameron.Jika Cameron bisa menyingkirkan Michael, berarti dia bisa membuat Perguruan Harapan menerima tawaran tersebut.Jika kerja sama Perguruan Harapan dan Keluarga Yefu terwujud, Keluarga Yefu bisa memulai rencana mereka selanjutnya. Pembuatan jalan untuk menghubungkan Kota Tianlan and Kota Tianhu. Keluarga Yefu bisa menjadi keluarga yang sulit
Cameron tersenyum lebar, "Tentu saja."Stephen tidak punya pilihan lain selain menggelengkan kepala. Kemudian dia berdiri, "Aku akan menjemputnya."Stephen pun berjalan keluar."Benarkah yang diucapkan Stephen? Ada sosok yang lebih berkuasa dibanding Pam? Kalau itu benar, buat apa kita tanya Pam? Lihat dia. Dari tadi dia diam saja sambil melihat pot di tangannya," ujar salah satu tetua mengejek Pam. Pam masih bisu. Dia terus menatap pot di tangannya.Kemudian Stephen kembali. Tapi dia masih sendirian. "Guru Stephen, bagaimana?" Cameron sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban."Ah, aku sudah bertanya, tapi dia tidak mau memberikan komentar karena masih sibuk makan," Stephen tersenyum misterius. "Itu ...." Cameron tidak bisa berkata-kata. Dia menatap para tetua.Itu tidak masalah. Mereka yakin penawaran itu akan diterima. Dengan begitu, mereka bisa melebarkan sayap Keluarga Yefu. Kemudian mereka berpikir bisa mengusir Michael dan memperkaya keluarga mereka. Sekali dayung,
"Kenapa ... kenapa Michael ada di sini?" Salah satu tetua Keluarga Fu terpana. Kemudian dia menatap Stephen dan bertanya dengan nada dingin, "Apa maksudnya semua ini?""Apa jangan-jangan Michael adalah orang yang kamu maksud? Pemimpin Perguruan Harapan yang asli?" tanya salah satu satu tetua. Terdengar ada orang lain yang menyanggah, "Belum tentu Michael. Aku dengar ada juga si Penyihir Laut.""Aku tidak heran kalau ada Penyihir Laut. Kalau Penyihir Laut yang menjadi pemimpin perguruan, tentu itu sudah menjadi berkah tersendiri."Orang–orang jadi tambah berisik. Mereka memperdebatkan siapa pemimpin Perguruan Harapan yang asli. Stephen tersenyum masam dan menggelengkan kepala. Dia masuk ke dalam gang kecil itu. Cameron dan lainnya menyusul. Saat Cameron berjalan di belakang Stephen, ada yang melemparinya dengan batu. Batu tersebut memantul ke dinding. Michael tersenyum ketika Cameron celingukan mencari siapa yang melemparinya batu. Kemudian Cameron menggertakkan gigi. Sudah
Cameron terdiam.Para tetua menatap Cameron dengan ragu-ragu. Mereka menunggu tindakan apa yang dilakukan oleh Cameron. Cameron yang merasa marah, mencoba menarik napas. Berbeda dengan Arum yang terlihat kesal, Cameron tersenyum. Nolan tertawa dan berkata, "Sialan, benar-benar anjing. Sudah diberi ancaman, dia langsung menyembunyikan ekornya."Ucapan Nolan membuat orang-orang di sekeliling Michael tertawa. Para tetua tidak bisa berkata-kata dan merasa malu. Kesombongan yang mereka tunjukkan sebelumnya menjadi luntur. Sikap Cameron sudah mewakili semuanya. Orang-orang terkejut ketika Cameron menundukkan kepalanya. Di Kota Tianhu, semua orang tahu reputasi Cameron. Cameron sudah memenangkan pertempuran sebelumnya dengan Paviliun Dewa Pengobatan. Dia adalah selebriti. Namun, sekarang dia menundukkan kepala di depan anak muda. Dia dimarahi seperti anjing dan Cameron tidak berani melawan. Malahan dia menyembunyikan ekornya. "Ya ampun, siapa anak muda ini? Bagaimana dia bisa ma
"Michael, aku sudah cukup bersabar dengan merendahkan diri seperti ini. Kamu jangan keterlaluan," Cameron berusaha untuk sabar. Kalau tidak, mau ditaruh di mana mukanya?!Michael mengejek, "Kamu ingin mengancamku? Percayalah, aku tidak hanya membiarkanmu belajar menyalak seperti anjing, tapi aku juga akan mengajarkanmu buang air seperti anjing.""Kamu!!" teriak Cameron. "Berteriaklah sesukamu. Kalau kamu sudah tidak sabar, pergilah. Kalau kamu ingin bersaing dengan kami, silakan saja," Michael menepuk pundak Cameron dan tertawa, "Bagaimana Paviliun Dewa Pengobatan bisa kalah? Ingat baik-baik. Aku bisa mengalahkan mereka. Menurutmu aku bakal takut denganmu?"Cameron terdiam. Dia melihat bagaimana sepak terjang Michael di medan pertempuran. Cameron tahu kemampuan bela diri Michael itu tinggi. Mungkin alasan inilah yang membuat Perguruan Harapan menerima Michael. Kalau begitu, jika Perguruan Harapan berada di tangan Michael, bagaimana dengan rencana yang sudah Cameron buat? Lawan
Arum terkejut merasakan tatapan Michael. Cameron sangat marah. Dia menatap Michael dengan pandangan tidak percaya, “Michael, apa yang ingin kamu lakukan?” "Apa yang aku lakukan? Cameron, aku tidak peduli kamu menghina dan mempermalukanku. Tapi apa kamu pikir aku akan diam saja seolah-olah kamu tidak pernah melakukan apa pun padaku?” Michael tersenyum dingin. Semburat cahaya dingin di mata Michael membuat Cameron merinding. “Tapi jangan khawatir, aku tidak berencana membalas dendam dalam waktu dekat. Aku catat dulu semua kesalahanmu. Dan aku tambahkan juga bunga atas semua perbuatanmu.” "Panggil Arum,” ujar Michael dingin. Cameron takut sekaligus marah. Dia ingin sekali memalingkan wajahnya tapi tidak berani karena dia tidak dapat menanggung risikonya. Namun satu hal yang dia yakini, hasilnya hanya satu seandainya Perguruan Harapan tidak berdiri di pihaknya. Keluarga Yefu akan sangat lemah dan bahkan tidak akan bisa selamat tak peduli dia menang ataupun kalah. "Michael,
Telapak tangan Axel bengkak dan sakit. Bisa dibayangkan seberapa dalam tanda yang ditinggalkannya di wajah Arum.Tubuh Axel gemetar. Dia melirik Michael dengan penuh ketakutan. Kemudian dia menatap Arum dengan tatapan dingin, “Apa yang kamu tunggu? Cepat jalan!” Arum memandang Axel dengan heran, “Apa yang kamu katakan? Kamu menyuruhku pergi? Axel, apa kamu gila? Aku ini istrimu!” "Dulu,” Axel tidak ingin lagi membahas masalah ini. Wajah Arum geram melihat sikap Axel. Dia berjalan cepat ke arah Axel dan menariknya seperti seorang wanita gila. Dia berteriak marah, “Axel, kamu ini pria macam apa? Semua orang tahu dia ingin mempermalukan istrimu di depan banyak orang. Tapi mengapa kamu menyuruhku pergi?” "Jika ada seseorang yang ingin tidur denganku, kamu juga harus menyuruhku pergi!” Arum seperti perempuan jahat. Dia sangat kurang ajar dan besar kepala. Dia mengerti apa yang arti ‘dulu’ yang diucapkan Axel. Dan kini, dia tidak peduli dengan penampilan buruknya. Arum i
Sheila sudah tidak tahan lagi dengan omong kosong Arum. Dia langsung melepas sepatunya dan menggunakannya untuk menyumpal mulut Arum. Kemudian dia menyerahkan sepatu sebelahnya pada Rosie. Rosie terkejut. Dia menerima sepatu Sheila sambil gemetar dan sedikit ketakutan. Namun, saat dia mengingat betapa buruk perlakuan Arum padanya selama ini, dia menggertakkan giginya dan memukulkan sepatu Sheila pada wajah Arum. "Plak!"Semua orang terkejut! Para tetua Keluarga Yefu memalingkan wajah mereka karena tidak sanggup melihatnya langsung. Wajah Axel tersentak. Dia dapat merasakan betapa sakitnya tertampar oleh sol sepatu dari kejauhan. Air mata kesakitan Arum mengalir deras dari matanya. Keisya dan Sheila terkesiap. Siapa yang bisa menyangka Rosie yang terlihat lemah bisa memukul Arum dengan sepatu Sheila yang solnya jauh lebih kuat dari sepatu orang lain? Rosie tampak sedikit tidak terkendali. Dia tidak tahu seberapa kuat pukulannya karena kegugupannya. Rosie t