Share

Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat
Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat
Penulis: Petrycia

Bab 1

Penulis: Petrycia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jahat! Ini terlalu sakit untukku. Sangat tidak adil. Kenapa dia bisa setega itu?" tangis Ayu pecah tak terkendali begitu mendapati kenyataan bahwa suaminya telah mendua.

"Tenangkan dirimu, Yu .." pinta Bi Sari sambil berusaha memeluk Ayu yang berontak tak dapat mengendalikan diri.

"Mereka jahat, Bi. Bagaimana mungkin adik kandung dan suamiku bisa setega itu? Mereka menusukku dari belakang. Adik yang aku besarkan penuh kasih sayang, ternyata begitu Licik!" pekikku keras. "Mengapa harus dia yang menjadi selingkuhan suamiku? Mengapa?! Kenapa dia harus mencintai pria yang sudah menjadi suami kakaknya?!"

Ayu semakin histeris, rasanya tak sanggup menerima kenyataan.

***

Entah salah apa yang telah Ayu perbuat, sehingga Tuhan memberikannya ujian yang bagi Ayu terasa berat. Sakit, sesak itu yang Ayu rasakan. Yang bisa ia lakukan hanya menangis dan menangis. Kadang Ayu bertanya-tanya dosa apa yang telah di perbuatnya, sampai-sampai Tuhan memberikannya hukuman dengan adanya perselingkuhan antara suami dan adik kandungnya sendiri. Dan kini adalah hari bahagia dari kedua anak manusia itu. Sesak rasanya saat adik kandungnya sendiri tega melakukan hal keji itu kepadanya. Adik yang sangat ia sayangi, juga suami yang begitu ia cintai, dengan begitu tega kedua orang yang sangat penting di hidup Ayu, bisa menusuknya dari belakang, dan menjadi sumber lukanya.

Mau berontak pun rasanya percuma bagi Ayu. Mau menyalahkan takdir pun rasanya sia-sia saja. Mungkin ini adalah salah sat bagian dari ujian yang Tuhan berikan kepada Ayu. Mau tidak mau, Ayu harus melewatinya, dan yang pasti Ayu harus tegar menghadapi kenyataan pahit itu.

Ayu hanya bisa menangis meratapi nasib. Menertawakan diri yang harus tetap tersenyum tegar di hari pernikahan adiknya. Adik satu-satunya yang begitu Ayu sayangi. Bagaimana tidak, selepas orang tua mereka meninggal, hanya adiknya yang Ayu miliki. Ayu dan adiknya adalah yatim piatu. Ibu mereka meninggal ketika melahirkan adiknya. Sedang ayah mereka, telah berpulang kepangkuan Sang Kuasa ketika usia Ayu genap dua puluh tahun. Sejak itu, Ayu hanya hidup berdua bersama adiknya. Ayu bekerja keras agar mereka bisa hidup dengan layak. Tentunya, Ayu juga harus membiayai adiknya yang kala itu masih duduk di bangku SMP.

Ayu menangis di hari pernikahan adiknya. Bukan tangis haru, melainkan tangis kesedihan. Seharusnya Ayu bahagia di hari pernikahan adiknya itu, tapi bagaimana mungkin Ayu bahagia, kalau pengantin prianya adalah suami Ayu sendiri. Jelas saja Ayu sedih dan sakit hati. Ayu harus merelakan suaminya menikahi adiknya sendiri.

"Yang sabar ya, Yu." Kata Bi Sari yang merupakan tetangga Ayu.

Sabar? Ayu hanya tersenyum kecut mendengar kalimat itu. Sampai kapan Ayu harus bertahan menghadapi itu semua? Melihat adik dan suaminya yang tengah berbahagia sudah membuat dada Ayu sesak dan tersiksa melihat bagaimana raut keceriaan yang ada di wajah keduanya.

Ayu hancur, dadanya terasa sesak, serta rasa kecewa yang menyeruak. Jika tidak mengingat anaknya yang masih kecil, mungkin Ayu sudah mengambil jalan yang tidak benar, seperti bunuh diri agar ia tidak menyaksikan hari bahagia dari adik dan suaminya.

"Bibi tau ini berat untuk kamu, Yu. Tapi ini sudah menjadi keputusanmu." Bi Sari menepuk pundak Ayu, memberikan kekuatan pada Ayu, agar Ayu bisa tegar menghadapi kenyataan pahit yang sekarang ini ia saksikan.

"Ini memang keputusanku, Bi." Tangis Ayu semakin pecah. Ayu beralih menatap anaknya lalu dipeluknya anaknya itu. Sementara anaknya hanya menatap bingung pada Ayu yang tengah menangis.

"Bunda kenapa nangis?" Tanya anak kecil itu dengan polos.

"Gapapa, nak. Ini mata Bunda kelilipan." Ayu berkilah.

Ayu semakin memeluk erat anaknya, air matanya juga semakin deras. Bi Sari yang melihat itu, memeluk Ayu dan anaknya untuk memberi kekuatan.

"Sabar, Yu, sabar." Bi Sari mengelus-elus pundak Ayu.

"Makasih Bi, Bibi selalu ada untukku." Gumam Ayu, yang entah di dengar atau tidak oleh Bi Sari.

Ayu sudah menganggap Bi Sari seperti ibunya. Sedari kecil Bi Sari ikut merawat Ayu dan adiknya saat ayah Ayu pergi bekerja, Ayu dan adiknya selalu di titipkan kepada Bi Sari. Bi Sari sangat baik, dia selalu menguatkan Ayu disaat Ayu merasa terpuruk seperti sekarang ini. Bi Sari selalu menguatkan dan mendampingi Ayu agar tetap kuat dan bertahan menghadapi cobaan yang menimpa rumah tangganya itu. Mungkin Bi Sari takut kalau tiba-tiba Ayu berpikiran sempit dan melakukan hal yang nekat, mengancam keselamatannya.

"Kuatkan hatimu, Yu. Tuhan itu maha baik. Bibi tau ini berat untukmu, tetapi Bibi yakin, kamu bisa melaluinya."

Mata Ayu kembali berkaca-kaca, mendengar kalimat penguat yang selalu Bi Sari ucapkan. "Semoga aku kuat, Bi."

"Harus kuat, kamu pasti bisa, Yu."

***

Para tamu mulai hadir, tidak banyak, hanya beberapa kerabat dan tetangga sekitar.

Acara akad nikah akan segera di mulai. Calon pengantin telah duduk di tempatnya begitu juga dengan penghulu. Ayu memandangi adiknya, Vika. Dia nampak cantik dengan balutan kebaya berwarna putih. Ayu beralih menatap perut Vika, di dalam perut Vika sudah ada janin hasil dari percintaannya dengan suami Ayu. Seketika dada Ayu terasa sesak.

Ayu memandangi kedua mempelai. Dulu dialah yang duduk di samping Anton, suaminya. Laki-laki yang dulu sangat mencintainya, namun sekarang Ayu tidak tahu apakah di hati Anton masih ada nama Ayu atau tidak. Dulu awal pernikahan Ayu berjalan dengan mulus. Ayu dan Anton saling mencintai. Hari-hari mereka terasa sangat indah. Anton juga terlihat sangat menyayangi Vika, adik Ayu. Ayu merasa tenang dengan hal itu. Setelah duka atas kehilangan ayah mereka, Ayu dan Vika merasa menemukan sosok pengganti yang bisa menjaga mereka.

Para tamu mulai hadir, tidak banyak, hanya beberapa kerabat dan tetangga sekitar.

Acara akad nikah akan segera di mulai. Calon pengantin telah duduk di tempatnya begitu juga dengan penghulu. Ayu memandangi adiknya, Vika. Dia nampak cantik dengan balutan kebaya berwarna putih. Ayu beralih menatap perut Vika, di dalam perut Vika sudah ada janin hasil dari percintaannya dengan suami Ayu. Seketika dada Ayu terasa sesak.

Ayu memandangi kedua mempelai. Dulu dialah yang duduk di samping Anton, suaminya. Laki-laki yang dulu sangat mencintainya, namun sekarang Ayu tidak tahu apakah di hati Anton masih ada nama Ayu atau tidak. Dulu awal pernikahan Ayu berjalan dengan mulus. Ayu dan Anton saling mencintai. Hari-hari mereka terasa sangat indah. Anton juga terlihat sangat menyayangi Vika, adik Ayu. Ayu merasa tenang dengan hal itu. Setelah duka atas kehilangan ayah mereka, Ayu dan Vika merasa menemukan sosok pengganti yang bisa menjaga mereka.

Setelah dua tahun pernikahan, Ayu dan Anton di karuniai seorang putra yang di beri nama Reysand Erlangga. Kehadiran seorang anak membuat Anton semakin menyayangi Ayu. Anton bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka, termasuk untuk mencukupi biaya sekolah Vika. Ayu dan Anton memiliki usaha kecil-kecilan, dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Tahun demi tahu berganti, Rey tumbuh dengan baik. Vika juga telah lulus SMA. Vika tidak melanjutkan kuliah, ia lebih memilih untuk bekerja. Namun ia tidak mau bekerja dengan Ayu. Maka Ayu menyuruh suaminya agar membantu Vika untuk mencari pekerjaan. Anton tidak menolak, ia membantu Vika untuk mencari pekerjaan. Ayu percaya kepada Anton, karena Anton sangat menyayangi Vika layaknya adiknya sendiri.

Namun ternyata kepercayaan Ayu terhadap Anton dan Vika hancur. Tak pernah sekalipun terlintas di dalam benak Ayu jika suami dan adiknya akan menjalin hubungan yang lebih dari seorang kakak dan adik. Mereka dengan tega berselingkuh di belakang Ayu, dan Ayu baru mengetahuinya setelah hubungan mereka berdua hampir dua tahun. Hancur tentunya iya, terlebih Ayu mengetahui fakta bahwa Vika telah mengandung anak hasil perselingkuhannya dengan Anton.

Bab terkait

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 2

    Ayu merenung beberapa hari setelah perselingkuhan adik dan suaminya. Ayu tidak pulang, ia lebih memilih tinggal di rumah Bi Sari untuk menenangkan diri. Ayu tidak ingin bertemu dengan adik dan suaminya. Ayu juga tak melihat Rey, anaknya. Setiap hari Ayu hanya melamun, tak ada gairah hidup. Tiba-tiba Bi Sari memberi tahu Ayu kalau Rey sedang sakit. Entah kekuatan dari mana, Ayu langsung bangkit untuk pulang ke rumahnya, di temani oleh Bi Sari. "Ayu, akhirnya kamu pulang. Rey selalu cariin kamu. Dia rindu sama kamu, Yu." Ucap Anton. Ayu tidak menghiraukan Anton begitu juga dengan Vika yang berdiri di samping Anton. Pandangan Ayu hanya tertuju pada putranya. Ayu langsung memeluk putranya yang terkulai lemas di tempat tidur. Wajah Rey sangat pucat serta tubuhnya sangat panas. "Rey... Bunda disini, Nak. Maafkan Bunda." Bisik Ayu tepat di telinga Rey. "Bunda, Rey kangen Bunda." Igau Rey dengan mata tertutup serta mulut yang sedari tadi meracau memanggil nama Ayu. "Ta

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 3

    Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Rey sudah kembali sehat dan riang seperti sedia kala. Adapun Vika masih harus beristirahat di tempat tidur. Ayu sendiri masih berusaha berdamai dengan keadaan. Ayu merenung, mengintropeksi diri. Ayu mencoba mencari ketenangan dengan medekatkan diri kepada Tuhan. Mungkin selama ini kehidupan Ayu lebih berpusat pada kehidupan dunia hingga ia jauh dari Tuhan, dan hingga Tuhan menghukum dengan cara seperti ini. Sebenarnya Ayu masih bimbang, merasa sakit dan kecewa. Semakin Ayu memikirkan itu, semakin membuat hati Ayu perih. Ayu hanyalah manusia biasa yang bisa merasakan sakit dan kecewa. Tidak mudah memang bila harus ada pada posisi seperti ini. "Ayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?" Tanya Bi Sari. "Bi..." Ayu menghela napas berat. "Tetangga-tengga di sekitar mulai menjadikan rumah tangga kami sebagai bahan gunjingan. Mungkin ini keputusan yang terbaik." Ayu sendiri sebenarnya masih ragu dengan keputusannya itu. Ayu te

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 4

    Ayu menghela napas panjang. Ayu beristighfar. Rasanya berat dan sulit untuk memohon ampun kepada Allah. Lidah Ayu mendadak kelu. Kemarahan telah menguasai hatinya. Lagipula, wanita mana yang tidak akan marah saat kenyataannya suami dan adiknya begitu tega melukainya, merusak kepercayaan yang selama ini Ayu berikan. "Ayu, apakah sudah nggak ada lagi tempat di hatimu untuk aku? Ayu, ingat ada Rey yang masih membutuhkan kita." Ucap Anton dengan wajah memelasnya. Ayu tersenyum kecut. Air matanya kembali menetes. Ayu masih sangat mencintai suaminya itu, tapi di lain sisi, Anton sudah menyakiti hatinya, bahkan sangat sakit. Tapi Ayu juga tidak mau jika Vika terabaikan. Masalah ini sangat berat bagi Ayu. Keputusan apapun yang Ayu ambil pasti akan membuatnya terluka dan sakit. Dalam masalah ini, Ayu adalah istri yang menginginkan sosok suami tetap ada, di lain sisi, Ayu adalah seorang kakak yang tidak mau adiknya terluka. Ayu menghapus air matanya, di tatapnya lekat-lekat

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 5

    "Kok di dalam perut Tante Vika, sih? Kalau adik Rey, kan ada di dalam perut Bunda, kalau belum lahir." Ucapan Rey membuat Ayu, Bi Sari serta Lily saling berpandangan. Perih sekali rasanya hati Ayu mendengar kepolosan anaknya itu. Bi Sari dan Lily sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Ayu sungguh sangat kasihan kepada anaknya karena harus menerima nasib seperti itu. Kenyataan yang sungguh sangat menyakitkan. "Rey sayang sama Tante Vika, kan?" Tanya Bi Sari. "Iya, Rey sayang sama Tante Vika, sama Nenek, sama Tante Lily juga Rey sayang." Ucap Rey dengan polosnya. "Rey memang anak yang baik. Kalau Rey sayang sama Tante Vika, berarti Rey juga harus sayang sama adik bayi yang ada di dalam perut Tante Vika. Anggap adik bayinya kayak adik Rey sendiri." Ucap Bi Sari dengan mata berkaca-kaca. Rey memandang Bi Sari dengan heran. Rey menatap Ayu, lalu memeluknya. Rey juga merabah perut Ayu dan berkata, "Kalau adik bayi dalam perut Tante Vika lahir, Rey akan sayang sam

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 6

    Akhirnya apa yang Vika inginkan akhirnya terwujud. Cintanya pada Anton akhirnya terbalas saat mereka berdua telah melakukan hal itu. Sejak saat itu, Vika dan Anton selalu main diam-diam. Setiap ada kesempatan, pasti selalu mereka manfaatkan dengan baik. Tapi tentunya Vika tidak ingin jika dirinya terus-terusan menjadi wanita simpanan Anton. Tanpa diketahui oleh Anton, Vika dengan sengaja tidak lagi meminum pil Kb yang selalu diberikan oleh Anton. Tujuan Vika tentu saja agar dirinya hamil, dan bisa menuntut pertanggung jawaban dari Anton agar Anton bisa menikahinya. Akhirnya beberapa bulan kemudian, Vika hamil anak dari Anton. Tentu Vika sangat bahagia. Tinggal menunggu waktu yang tepat sampai akhirnya ia memberitahukannya kepada Anton. "Mas, aku hamil." "Apa? Kamu hamil?" Pekik Anton yang sangat terkejut dengan ucapan Vika. "Iya Mas, disini ada anak kita." Ucap Vika sembari mengambil tangan Anton, untuk mengelus perutnya yang masih rata. "Nggak Vik. Ini uda

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 7

    Hari-hari yang Ayu jalani terasa sangat berat. Ayu menjalani kehidupannya seperti biasa walaupun bedanya ia sudah bukan lagi menjadi istri dari Anton. Ayu menjalani hari-harinya menjadi seorang ibu yang baik bagi Rey, pun menjadi seorang kakak yang bijaksana bagi Vika. Ayu selalu tampil sempurna di hadapan orang lain. Padahal kenyataannya, itu hanyalah topeng belaka. Di balik senyum yang selalu Ayu tampilkan, menyimpan duka yang Ayu pendam dalam-dalam. Ayu memaksa dirinya untuk tetap tegar. Ia berusaha untuk tidak marah atau menangis. Ayu menguatkan dirinya ketika ia melihat Anton dan Vika. Ayu berusaha bersikap normal. Awalnya memang sangat sulit bagi Ayu untuk menjalaninya. Namun semua yang Ayu lakukan hanya untuk putranya, Rey. Ayu akan berjuang dan bertahan. Bagi Ayu, Rey tidak boleh kehilangan sosok seorang ayah. Ia harus bisa mendapatkan kasih sayang dari orangtua yang lengkap. Walaupun sebenarnya sudah tidak utuh lagi. Ayu ingin putranya tetap merasa bahwa o

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 8

    Rasanya begitu berat bagi Ayu, saat ia hendak mengambilkan makanan untuk Vika. Ayu sadar Vika adalah adiknya yang paling ia sayangi, namun disisi lain Vika jugalah perusak rumah tangganya. Rasa marah, benci, kecewa, semua tercampur aduk menjadi satu, sehingga tidak bisa di deskripsikan dengan kata-kata. Ayu menghela napas dalam-dalam ketika ia berdiri di depan pintu kamar Vika. Ayu mencoba menenangkan diri dan menekan emosinya. Setelah merasa siap, akhirnya Ayu mengetuk pintu kamar Vika. "Vik... ini aku." Ucap Ayu sembari membuka pintu, dan melangkah masuk. "Kak Ayu." Ayu bisa melihat dengan jelas saat ini Vika sedang terbaring lemas. Wajahnya juga terlihat pucat. "Kakak bawakan makanan untuk kamu. Makanlah!" "Aku nggak lapar, Kak." Sahut Vika yang terdengar lirih. Ayu meletakan nampan berisi makanan di atas nakas, lalu duduk disisi ranjang. Ayu membantu Vika untuk bersandar. "Kakak akan menyuapimu. Makanlah biar sedikit." Bujuk Ayu, lalu menyodorka

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 9

    "Mas, suapin Vika." Rengek Vika pada Anton, suaminya. Pasangan suami-istri itu sedang berada di meja makan untuk sarapan. Sementara Ayu melewati mereka untuk ke dapur dan membuatkan sarapan untuk Rey, karena Rey ingin dibuatkan nasi goreng dengan telur ceplok. "Sayang... pengen telur ceplok." Ayu mendengar dengan jelas rengekan Vika. Entah mengapa firasat Ayu mengatakan bahwa saat ini, Vika sengaja membuatnya cemburu dan ingin memanas-manasi Ayu. "Vik, kamu kan nggak suka telur ceplok. Biasanya kan kamu nggak mau." Ucap Anton yang juga bisa di dengar oleh Ayu. "Iya, tapi aku kan lagi hamil, Mas. Biasanya ibu hamil suka yang aneh-aneh, kan? Anakmu yang minta loh, Mas. Kamu mau anak kamu nanti ileran kalau nggak di turuti? Buatin aku telur ceplok, aku maunya itu! Nggak mau yang lain!" Entah mengapa kini Ayu merasa jengkel dan benci mendengar rengekan Vika kepada Anton. Apakah Ayu cemburu? Sebenarnya, Ayu sangat ingin meninggalkan rumah itu tempat dimana V

Bab terbaru

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 38

    Sikap Anton menjadi berubah semenjak ia mengetahui Ayu berkenalan dengan Adam. Anton menjadi sangat perhatian kepada Rey. Sudah beberapa hari ini dia memaksa untuk mengantar Rey ke sekolah.Rey tentunya senang dengan perhatian ayannya. Dibalik semua itu, Ayu harus menghadapi kecemburuan Vika yang sudah kelewatan. Bahkan adiknya itu mengucapkan kata-kata yang semakin pedas untuknya."Kamu jangan gunakan Rey buat cari perhatian Mas Anton dong, Kak. Kamu nggak kasihan sama Inara? Inara masih kecil dan butuh perhatian lebih dari ayahnya!"Vika datang pagi-pagi sembari menggendong bayinya yang sedang menangis, untuk melabrak Ayu dirumah Bi Sari, tepat setelah Anton berangkat mengantar Rey ke sekolah."Kamu kalau bicara jangan sembarangan ya, Vik. Bukan aku yang minta suami kamu buat antar-jemput Rey. Dia sendiri yang maksa buat melakukan itu!""Kamu nggak usah ngelak, Kak! Akui aja kalau memang kamu masih mengharapkan Mas Anton, tapi nggak kayak gini caranya, Kak Ayu!" Suara Vika semakin k

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 37

    Rey langsung berlari menghampiri Anton, "Ayah... Lihat, Rey dapat mainan baru. Bagus kan?" Anton menggendong Rey lalu mencium pipi putranya. Sedetik kemudian, ia menatap Bi Sari dan Ayu. Ayu bisa melihat dari raut wajah mantan suaminya itu, ada terbesit tanda tanya. "Iya, bagus sekali pesawatnya. Apa Bunda yang belikan?" tanya Anton. "Bukan Ayah, ini hadiah dari Om." Rwy begitu jujur. "Om? Om siapa?" Anton menurunkan Rey dari gendongannya. Matanya tertuju pada Ayu seolah ingin diberi penjelasan. "Ooh, Adam. Itu yang barusan pergi dari sini. Nanti Om Adam juga mau ngajak Rey sama Bunda jalan-jalan," ucap Rey pada sang ayah. Anton semakin penasaran setelah mendengar cerita Rey. Ia lalu mendekati Bi Sari yang masih duduk sedari tadi. "Siapa Adam?" Anton meminta penjelasan. Ayu lebih memilih diam. Ia tidak ingin mengatakan apapun pada mantan suaminya itu. "Dia putranya Pak Ramzi," jawab Bi Sari. "Pak Ramzi yang di kampung sebelah?" "Iya

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 36

    Tidak bisa di pungkiri Ayu terkejut dengan perkataan Adam. Laki-laki itu seolah sudah mengenal Ayu dengan baik. Tentang pernyataannya yang akan menerima Rey sebagai anaknya. Semua itu menimbulkan banyak tanya dalam benak Ayu. Apakah Bi Sari yang sudah memberi tahu Adam banyak hal tentangnya? Tapi Ayu rasa tidak mungkin Bi Sari seperti itu. "Bunda, Rey lapar," rengek Rey. Ayu tersadar dari lamunannya. Bi Sari dan Adam juga menatapnya, dan hal itu membuat Ayu jadi salah tingkah. "I–iya sayang. Kita makan, ya?" ucap Ayu pada Rey. "Mari, Mas. Sambil makan dulu, Mas." Ayu mempersilahkan untuk mengambil makan siang yang sudah dihidangkan. "Nggak perluh sungkan, Nak. Ambil dan nikmati, tapi adanya ya seperti ini," ucap Bi Sari sambil mengambil makanan. "Makanannya sangat banyak, Bi. Sampai bingung mau pilih yang mana." Adam pun mulai mengambil makanannya, hal itu tak luput dari pandangan Ayu. Ayu tersenyum tipis saat ia melihat Adam yang terlihat lahap

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 35

    Ayu memikirkan dengan matang-matang mengenai tawaran Bi Sari untuk berkenalan dengan Adam, anak dari Pak Ramzi. Setelah tiga hari Ayu mempertimbangkan semua itu, akhirnya ia mau menerima tawaran itu. "Kamu sudah siap, Yu?" tanya Bi Sari. "Iya, Bi. Ini aku tinggal pake kerudung saja," jawab Ayu. Ayu memang tidak akan bertemu dengan Adam sendirian. Bi Sari dan Rey tentu saja akan ikut. Sedangkan Adam akan datang sendirian, karena ayahnya Pak Ramzi ada urusan mendadak keluar kota. *** Awalnya Pak Ramzi menawarkan bertemu di rumah Bi Sari, tapi Adam bilang kalau dia ingin bertemu di rumah makan milik Ayu saja. Selain memiliki toko, Ayu juga memiliki rumah makan, yang jarang ia kunjungi. Walaupun begitu, Ayu sudah mempunyai orang kepercayaannya yang bisa mengurus rumah makan miliknya, jika ia tidak bisa datang untuk berkunjung. Ayu dan Bi Sari berangkat saat siang, karena mereka akan menunggu Rey pulang sekolah dulu, baru bisa pergi ke rumah makan. "

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 34

    "Memangnya Bibi mau aku kenalan dengan siapa?" tanya Ayu penasaran. Sebenarnya Ayu masih tidak ingin untuk mengenal orang baru, tapi karena ia melihat kesungguhan di wajah Bi Sari, ia jadi tidak enak kalau menolak. "Kamu kenal dengan Pak Ramzi yang tinggal di kampung sebelah itu kan, Nak?" Ayu mengerutkan dahi, ia tahu orang yang dimaksud oleh Bi Sari. Pak Ramzi adalah seorang duda yang terkenal baik dan dermawan. Tapi, apa iya Bi Sari akan menjodohkan Ayu dengannya? Usia Pak Ramzi saja sama dengan usia ayah Ayu jika saja ayahnya masih hidup. "Kamu kenapa, Yu?" tanya Bi Sari yang melihat Ayu nampak kebingungan. "I–iya, aku tahu Pak Ramzi yang dari kampung sebelah. Dia yang juragan lele itu, kan?" tanya Ayu memastikan. "Iya, dia maksud Bibi." "Jadi Bibi mau menjodohkanku dengan Pak Ramzi?" sahut Ayu dengan cepat. Ia langsung panik. Mengapa Bi Sari ingin mengenalkan dirinya dengan orang yang lebih pantas menjadi ayahnya? Bi Sari tertawa mendengar

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 33

    "Kamu harusnya bisa bersikap tegas pada istrimu, ketika apa yang dia lakukan salah. Aku nggak akan meminta kamu memberi yang lebih, cukup luangkan waktumu untuk Rey. Temani dia dan berikan kasih sayangmu. Kamu harus adil, Mas. Anak kamu bukan cuma Inara. Rey juga anakmu. Kamu juga tahu sendiri kan, bagaimana Rey sangat sayang dan mengidolakan kamu sebagai ayahnya," omel Ayu. Anton menghela napasnya dalam-dalam, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku bingung, Yu. Vika selalu menakutiku dengan banyak hal. Aku juga takut, kalau aku nggak menuruti keinginannya, dia akan kembali mencampakan Inara. Aku nggak tega dengan bayi kecilku," ucap Anton. "Jadi kamu nggak tega sama Inara, tapi kamu tega sama Rey? Iya?" Sungguh ucapan Anton benar-benar membuat Ayu semakin kecewa. "Bukan begitu, Ayu. Tolong kamu mengerti dengan kondisiku," ucap Anton dengan memelas. "Kalau aku berusaha mengerti kondisimu, apa kamu bisa mengerti keinginan Rey? Dia juga ingin di antar ke s

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 32

    Ayu melangkah mendekati kamar Vika dan Anton, dan kini matanya tertuju pada bayi sedang berada di gendongan Anton. "Dia menangis terus dari tadi. Dikasih minum juga sulit." Anton sudah terlihat frustasi. Diberikannya bayi mungil yang sedang ia gendong. Ayu menerimanya bayi itu dan kini bayi Vika berada dalam gendongannya. Ia tidak langsung memberikan susu kepada bayi itu, tapi ia membaringkan bayi itu di ranjang dan mengecek kondisinya. Ayu merasa ada sesuatu yang membuat bayi itu merasa tidak nyaman. Ayu rasa mungkin ada yang kurang pas dengan bedongannya. Ia pun membuka kain yang melilit bayi mungil itu, kemudian membenarkan posisinya. Ia membedongnya lagi dengan rapat sehingga bayi itu bisa merasa hangat. "Sudah ya, sayang. Jangan menangis. Haus, ya?" tanya Ayu pada bayi mungil itu. "Sini sayang, minum dulu." Ayu memberikan sebotol susu pada bayi itu, dan bayi itu segera mengesap dengan kuat, dan tangisnya perlahan berhenti. Inara, nama bayi itu. Kini i

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 31

    Vika semakin histeris dan memberontak. Ia tidak bisa menerima kenyataan yang baru saja ia ketahui. "Kalian pembohong! Dimana anak laki-lakiku? Aku ingin anak laki-lakiku," teriak Vika semakin memberontak. "Vika, tenang. Istighfar!" Bi Sari membujuk Vika dan ikut memegangi Vika. "Tenangkan dirimu. Jangan seperti ini!" Anton berusaha memeluk Vika. "Kalian pasti berbohong! Anakku pasti laki-laki. Dimana dia? Aku ingin melihatnya!" Vika berusaha melepaskan diri dari pegangan Bi Sari dan Anton. Ia yang tadinya terlihat lemah, tiba-tiba memiliki banyak tenaga untuk memberontak. Sedangkan Ayu hanya terpaku di tempatnya berdiri. Pikirannya berkecamuk. Di satu sisi ia kasihan melihat Vika yang seperti itu, tapi disisi lain, ia tidak ingin memperkeruh keadaan. Perasaan Ayu tidak enak. Jika ia ikut campur, Vika bisa saja menyalahkan dirinya dan Rey. Vika juga bisa saja menjadikan ia dan Rey pelampiasan atas apa yang tidak bisa dicapainya. Plaaakk! "Tenang,

  • Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat   Bab 30

    Pintu ruang operasi telah dibuka, dan mereka bisa mendengar suara tangisan dari bayi. Mereka pun buru-buru menghampiri dokter yang sedang berdiri di ambang pintu. "Bagaimana anak dan istri saya, Dok?" tanya Anton dengan tidak sabar. "Ibu dan bayinya selamat. Tapi karena bayinya lahir prematur, harus kami rawat di inkubator," kata sang dokter. "Apa jenis kelamin anak saya, Dok?" tanya Anton lagi dengan ragu. "Selamat, anak Bapak perempuan. Untuk ibunya, saat ini masih dalam masa pemulihan. Sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang perawatan," jawab sang dokter. Anton terpaku. Jujur ia bingung karena anak yang lahir tidak sesuai dengan harapan Vika. "Terimakasih, Dok," kata Bi Sari mewakili Anton yang masih membeku. "Sama-sama. Bapak bisa melihat bayinya, tapi yang lain menunggu diluar," kata dokter. "Iya, Dok." Lagi-lagi Bi Sari yang menjawab. "Anton," panggil Bi Sari yang langsung menyadarkan Anton dari lamunannya. "Adzani dulu anakmu," k

DMCA.com Protection Status