Maya dan Dita berjalan menuju halaman parkir fakultas setelah jadwal mata kuliah untuk hari ini selesai. Mereka berdua bercakap ringan membahas materi kuliah tadi hingga beberapa tugas yang perlu mereka kerjakan secara kelompok atau individu. Biasanya jika tugas yang didapat ditujukan perorangan, mereka berdua akan mencari waktu untuk mengerjakannya bersama-sama. Mereka akan pergi ke cafe atau salah satu rumah antara dua gadis itu.
Ketika jarak gedung parkir semakin dekat, ia mendengar beberapa seliweran di antara mahasiswi yang tampak berbicara dengan wajah malu-malu. Tak hanya satu atau dua, tetapi hampir sebagian besar seperti itu sehingga membuat Maya dan Dita jadi penasaran. Selentingan percakapan mereka terdengar di telinga Maya dan Dita.“Mahasiswa baru? Atau jangan-jangan dosen? Gilak sih kalo beneran, bakalan rajin berangkat punya dosen modelan gitu!”Maya dan Dita bertukar pandangan hingga sama-sama membuatMaya dapat melihat dari kejauhan seorang pria tengah tergesa-gesa. Pria itu berhenti sejenak untuk mengedarkan pandangannya hingga kedua matanya menemukan dirinya, orang tersebut bergegas melangkah mendekat. Di sampingnya seorang pria yang tak lain adalah Ian sedang terkikik geli. Nampaknya orang ini moodnya sedang sangat baik. Dan Maya tahu apa penyebabnya. Setengah jam yang lalu, Ian mengirimkan foto selfie dirinya dengan Maya ke Zayyan. Tanpa perlu menunggu waktu lebih lama, pria itu membaca pesan Ian dan langsung meneleponnya. Meski tak bisa mendengar dengan jelas, namun Maya bisa melihat dari wajah jahil Ian. Pasti Zayyan sedang kesal pada temannya itu, tapi Maya sendiri tidak paham mengapa pria yang menjadi calon suaminya itu kesal pada Ian. Tak lama telepon mereka berdua mati, kini giliran ponsel Maya yang berkedip menandakan ada pesan masuk. Pesan tersebut tak lain berasal dari Zayyan yang berisi bahwa pria itu akan segera ke sana. Maya yang tak mengerti hanya bisa menjawab ‘
Zayyan memasuki apartemennya dengan tangan yang bergerak melepaskan dasi. Waktu menunjukan sudah lewat tengah malam. Ia terpaksa lembur karena sore tadi pergi menjemput Maya yang diculik oleh Ian. Lalu, ia mampir ke rumah gadis itu dan baru bisa keluar setelah pukul sembilan malam. Akibat hal itu pekerjaannya banyak yang tertunda dan semakin menumpuk. Padahal jika bukan gara-gara Ian yang menculik calon istrinya, ia sudah berencana mengajak pergi Maya berkencan mumpung besok adalah hari Minggu. Sebenarnya bisa saja hari Minggu ia mengajak Maya kencan, sayangnya besok ia ada jadwal dinas ke beberapa kota selama tujuh hari. Kini berkat sahabat baiknya itu rencananya berantakan dan waktu istirahatnya semakin berkurang. Zayyan membuka lemari esnya dan mengambil botol air mineral, lalu menegaknya dengan rakus. Kaki panjangnya melangkah menuju ruang tamu. Ketika ia ingin berbaring di sofa panjang, Zayyan dikejutkan oleh sosok lain yang telah men
“Morning!” sapa Maya yang sedang membawa mangkuk besar. Gadis yang mengenakan midi skirt polos berwarna krem dipadu padankan dengan outer rajut berwarna biru muda. Rambutnya ia ikat tinggi memperlihatkan leher jenjangnya yang polos tanpa ada aksesoris apapun. “Halo, Dita! Ayo kita mulai sarapannya.” Ratih datang dan langsung memeluk Dita. Kemudian ia mengambil tempat duduk di seberangnya tepat sebelah Maya. Setelah itu mereka bertiga memulai sarapannya. “Om Bim kemana Tante?” tanya Dita y
Maya menginjakkan kaki ke pasir pantai tanpa mengenakan alas kaki. Ia tersenyum lebar dengan tangan kanan memegang topi lebarnya dan tangan kiri memegang sandalnya. Sesuai rencananya yang lalu, hari ini Maya dan Dita telah sampai di Bali dengan tujuan liburan. Setelah beristirahat hingga menjelang sore hari, mereka berdua memutuskan ke pantai untuk melihat matahari terbenam. Mengenakan setelan kaos dan celana pendek warna soft blue, lalu sandal dan topi untuk menghalau sinar matahari yang masih terasa menyengat meski waktu menunjukkan sudah sore. Di sampingnya Dita mengenakan kaos putih yang dipadu padankan dengan celana jeans dan juga sandal yang sama seperti Maya. Dua gadis itu mencari tempat yang nyaman sembari
Zayyan mengerutkan kening saat membuka dan menonton status Maya. Sudah lama sekali ia absen menghubungi Maya karena pekerjaannya yang datang tiada henti. Meski begitu, ia selalu mendapatkan kabar Maya dari Ian. Laki-laki itu secara tidak langsung menjadi informan mengenai segala kegiatan Maya pada dirinya. Dia tak pernah meminta pria itu untuk melakukan hal itu padanya. Walaupun sering kali ia merasa iri karena Ian jadi lebih sering bertemu dengan Maya dibanding dirinya saat ini.Hari ini ia baru saja selesai membereskan barang bawaannya. Pekerjaannya telah selesai yang mana artinya ia sudah bisa kembali. Saat ia akan mengirim pesan pada Maya, Zayyan melihat bahwa gadis itu baru saja memperbaharui status akunnya. Jarinya pun bergeser untuk membukanya. Halaman pertama menampilkan pergelangan kakinya kecil Maya yang terdapat gambar mawar kecil.“Sepertinya itu baru …,” gumamnya lalu kembali menekan layar untuk melihat halaman selanjutnya.Zayyan menonton gambar Maya yang sedang berselfi
Tengah malam pada hari kedua di Bali, Maya kini tengah tertidur lelap kecuali Dita yang sekarang sedang terbangun. Gadis itu menoleh menatap temannya yang tampak damai itu. Rencana hari kedua mereka berubah karena detik sebelum keberangkatan, Maya yang selalu menelpon Mamahnya mendapat pertanyaan mengenai keberadaan mereka berdua. Maya dan Dita yang telah was-was semalam akibat teror telepon dari Zayyan jadi berpikir ketika mendapatkan pertanyaan tersebut.“Mamah tumben nanyain gitu, biasanya juga enggak,” sahut Maya di telepon yang dibalas oleh Mamahnya, “Zayyan tadi telpon Mamah nanyain kamu, semalam Ian juga kesini. Pas tahu kamu di Bali dia langsung buru-buru pergi. Kamu beneran dah bilang ke Zayyan kalo pergi kan?”“Mas Yan dateng lagi? Ih, nggak bosen dia ya mampir terus.” Maya menolak menjawab pertanyaan Mamah perihal pemberitahuan kepergiannya pada Zayyan karena merasa tidak enak untuk berbohong jadi ia mengalihkannya dengan menjawab tentang topik kedatangan Ian.“Ya biar ajal
Dita berjalan cepat usai memberikan tendangan pada pria asing yang menariknya tadi. Banyaknya orang yang berlalu lalang sedikit membuat Dita kesulitan. Helaan napas lega keluar dari mulut saat ia berhasil keluar dari club tersebut. Namun, siapa sangka pria mabuk yang tadi mengganggunya berhasil menyusulnya dan kini laki-laki itu menyeret Dita menuju tempat sepi. Dita dengan panik berteriak minta tolong, tapi sayang semua orang tak menanggapinya. Orang-orang itu hanya melihatnya dan membiarkan dirinya diseret dengan pria asing.Dita yang hampir menangis ketakutan terselamatkan oleh tarikan di tangannya yang lain. Saat ia menoleh Dita terkejut mendapati keberadaan Ian di sana. Si pria mabuk yang merasa ada tarikannya tertahan lantas menoleh dan berteriak kesal pada Ian. Sedangkan Ian memanfaatkan hal itu untuk menarik Dita agar terlepas dari cengkeraman pria mabuk tersebut.Pria mabuk tersebut jadi emosi, lalu melayangkan tangan untuk memukul Ian. Dita berteriak memperingatinya, “awas!”
Dua hari pasca kejadian tersebut, Maya langsung minta pulang pada Zayyan. Padahal Zayyan sudah menyiapkan waktunya jikalau calon istrinya itu meminta untuk tetap melanjutkan rencana liburannya. Namun, yang tak disangka justri gadis itu setelah selama dua hari hanya menghabiskan waktu di hotel langsung mengajaknya pulang saat itu juga. Hal yang mengejutkan untuk dirinya. Zayyan bahkan sampai bertanya tiga kali untuk memastikan dan Maya tetap dengan pilihannya. Maka hari inilah, Zayyan dan Maya telah berada di pesawat yang akan membawa mereka berdua pulang. Sementara itu Dita tetap berada di Bali dan melanjutkan rencana liburannya dengan sendiri. Maya hanya bisa mengucapkan maaf dan ditanggapi dengan santai oleh Dita. Untuk Ian sendiri, lelaki tersebut telah menghilang selepas kejadian kemarin. Tanpa mengatakan kemana perginya ia hanya meninggalkan pesan pada Zayyan untuk pamit. Dan Zayyan tak menanyakan apapun karena entah mengapa ia merasa Ian sedikit bertingkah aneh akhir-akhir ini.
Maya hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ada niatan untuk dimakan. Moodnya terlanjur jelek gara-gara wanita bernama Rara itu. Untung saja wanita itu tidak ikut bergabung makan siang bersama sekarang, kalau sampai benar-benar wnaita itu membuntuti, dia akan langsung minta pulang saat itu juga. Walaupun begitu tetap saja moodnya sudah hancur. Dia jadi tak memiliki nafsu makan. Padahal tampilan makanan yang ada di depannya ini sangat menggoda. Gara-gara masih mengingat sikap centil Rara pada Zayyan membuat Maya jadi malas melakukan apapun."Dimakan Maya," perintah Zayyan pada Maya yang kini memasang wajah galak padanya. Keningnya mengerut bingung. Menyadari bahwa kejadian tadi menjadi alasan Maya menatapnya seperti itu, Zayyan hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah."Itu baru satu kan?""Hah?" Zayyan melempar tatapan tak paham dengan maksud pertanyaan Maya. Gadis di hadapannya itu langsung berdecak kesal melihat reaksinya yang mungkin menurutnya menyebalkan. Zayyan menggaruk peli
Layar ponsel Maya menyala, sebuah notifikasi pesan masuk muncul. Matanya melirik melihat nama Zayyan pada notifikasi tersebut. Dalam pesan tersebut Zayyan mengiriminya sebuah link disertai kalimat yang mengikuti di bawahnya. Kedua mata Maya berbinar saat melihatnya. Ia mengklik link tersebut yang membawanya menuju sebuah drive yang berisi file proposalnya. Ketika ia membukanya Maya bisa melihat keseluruhan isi proposalnya yang lengkap persis seperti versi cetaknya. Pekikan sarat bahagia pun sontak terdengar. Ia kembali ke aplikasi pesan dan mengklik icon telepon pada kontak Zayyan."Mas Yan, ini filenya udah balik lagi?" Maya langsung membuka suara setelah panggilannya terangkat. Nadanya terdengar senang sekaligus lega."Iya, tapi untuk laptop baru bisa Mas kasih besok ya. Untuk jaga-jaga selalu back up ke online, cloud dan sebagainya. Besok Minggu Mas mampir ke rumah," jawab Zayyan yang masih di kantor. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Ketika stafnya yang dimintai tolong mengirim
Maya mengantar Zayyan ke mobil setelah makan malam. Zayyan meletakkan dua laptop miliknya dan Maya ke kursi belakang. Ia menepuk kepala Maya lembut dan menyuruh gadis itu langsung masuk ke rumah karena angin malam terasa dingin apalagi saat ini dia hanya mengenakan kaus lengan pendek."Langsung istirahat, nggak usah begadang. Masalah laptop serahkan sama Mas." Maya mengangguk merespon ucapannya. Ia tidak ingin gadis itu begadang sudah cukup lelah dia menangis tadi, jadi dia meminta Maya untuk segera istirahat. Tak lupa untuk menenangkannya mengenai laptop dan file proposalnya."Makasih, Mas Yan udah bantuin," ucap Maya. Dia benar-bener sangat berterimakasih pada laki-laki di hadapannya. Jika bukan karenanya pasti hingga saat ini dia masih menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia awam dengan permasalahan seperti ini."Iya, udah cepetan masuk."Zayyan masuk ke mobil setelah memastikan Maya masuk ke rumah, lalu menyalakan mobil. Dalam perjalanan ia menghubungi sekretarisnya menanya
Jadwal sidang kolokium Maya dan Dita sudah keluar. Mereka berdua mendapatkan jadwal yang sama pada hari Selasa dan hari ini adalah Kamis berarti kurang lima hari lagi. Setelah mendapatkan informasi jadwal Maya mengajak Dita ke tempat fotocopy untuk mencetak laporannya. Berhubung kertas dan tinta printernya habis, Maya memilih untuk mencetak di dekat kampusnya. Sedangkan Dita baru saja mencetaknya semalam dengan printer miliknya sendiri, jadi Dita hanya menemani sahabatnya itu.Setelah mencetak rangkap tiga dan menjilidnya keduanya langsung memutuskan pulang. Dita yang biasanya ikut ke rumah Maya memilih pulang ke apartemennya karena ia akan bertemu ibunya hari ini yang telah beberapa tahun berada di luar negeri.Sesampainya di rumah Maya langsung menuju kamar dan menyalakan laptopnya. Hari ini jadwal terakhir ujian akhir semesternya di minggu ini. Dan pada minggu depan hanya tersisa seminar proposal setelah itu memasuki masa libur. Maya membuka software presentasi untuk membuat lapora
Zayyan dan Maya memasuki private room resto bersama. Dita, Ian dan Zayn sedang di luar di taman rooftop hotel. Zayyan memesankan makanan untuk Maya karena ia tahu selama acara gadis itu tidak sempat makan. Maya bergumam puas saat merasakan makanan masuk ke dalam perutny. Dia sangat lapar, tetapi selama acara pertunangannya tadi tidak bisa makan karena tidak ada nafsu untuk makan. Baru setelah dia duduk memasuki resto Maya mulai merasakan lapar. Untungnya Zayyan peka sudah memesankan makanan sebelumnya agar tidak menunggu terlalu lama."Mau lagi?" Zayyan melihat menu lasagna dalam sekejap habis dilahap oleh Maya. Melihat Maya yang menganggukkan kepala berkali-kali membuat Zayyan tersenyum.Maya duduk bersandar pada kursi dengan ekspresi kekenyangan. Dia benar-benar sangat kekenyangan hingga ia bisa merasakan perutnya sangat penuh hingga dirinya susah untuk duduk dengan tegap. Badannya bersandar lemas tak sanggup untuk bergerak. Dihadapannya Zayyan menatap Maya dengan tatapan geli yang
Waktu berlalu sangat cepat dan kini tibalah acara yang ditunggu-tunggu. Hari ini tanggal 31 Desember tepatnya di malam hari kurang dari lima jam lagi pergantian tahun akan segera tiba. Di sebuah lapangan yang cukup luas terlihat dekorasi dengan dominasi warna putih dan biru muda. Dua buah meja besar berjajar berbagai hidangan yang memeriahkan acara hari ini. Semua tamu telah hadir tinggal menunggu datangnya sang bintang utama. Beberapa kursi juga berjajar rapi di sana.Dita datang sudah dari tadi. Kali ini dia mengenakan gaun berwarna lilac yang lembut. Rambutnya yang pendek dia beri hiasan bando hitam dengan aksesoris mutiara kecil. Wajahnya yang polos ia beri beberapa pulasan makeup tipis. Hari ini Dita tampak sangat berbeda dari biasanya. Ian pun sampai terdiam tak dapat bereaksi saking terpukaunya dengan Dita. Biasanya ia hanya sering melihat wajah polos Dita dan dandanan bold ketika berada di club. Kini ditambah hari ini makeupnya tampak berbeda, tetapi hal itu justru memberikan
"Kok Dita bisa di sini, Yan?" tanya Ian yang saat ini sedang dipasrahi mengurus kentang oleh Zayyan. Sedangkan Zayyan sedang memanasi pannya."Nggak sengaja ketemu," jawabnya."Di mana?" Ian penasaran karena jelas dari penampilan Dita sangat santai, tidak terlihat seperti sedang pergi ke suatu tempat. Apalagi yang ia tahu Zayyan dan Maya hari ini pergi ke butik.Zayyan melirik ke arah Ian. Dia hanya diam memandanginya membuat Ian gugup tak beralasan. "Kenapa liatin gue gitu?" tanya Ian dengan gugup. Bahkan suaranya sedikit melengking tanpa ia sadari."Kentang," ucap Zayyan singkat, lalu pergi mengambil daging yang sudah ia bumbui. Ian menatap sahabatnya bingung dan tersadar bahwa sedari tadi kentangnya masih ia genggam tanpa melakukan apapun. Setelah itu Zayyan sibuk memasak daging dan Ian mengukus kentang.Meja ruang tamu kini beralih fungsi menjadi meja makan. Maya, Zayyan, Dita dan Ian duduk melingkar dan menikmati menu makan siang hari ini. Maya berseru memuji hasil masakan Zayyan
Pada hari Minggu Zayyan datang menjemput Maya ke rumah. Pria itu mengajak Maya ke butik untuk mencari gaun yang akan dikenakan di acara pertunangan mereka. Pukul sepuluh pagi mobil Zayyan terparkir di depan sebuah ruko berlantai dua. Terlihat ada kaca besar transparan yang memperlihatkan manekin mengenakan gaun yang menjuntai dengan indah."Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Seorang staf wanita datang menyambut mereka berdua. Zayyan langsung minta ditunjukan koleksi gaun terbaru bulan ini. Kemudian staf tersebut menuntun mereka berdua menuju sebuah ruangan. Di dalamnya ada staf wanita lain yang sepertinya berkedudukan lebih tinggi dari staf sebelumnya."Kalau boleh tahu gaun seperti apa yang ingin Anda cari?" tanya staf tersebut yang di tangannya membawa buku katalog yang tebal. Zayyan dan Maya yang duduk berdampingan di sofa disodorkan katalog tersebut. Staf tersebut menjelaskan berbagai model gaun dengan beberapa style yang berbeda.Maya membuka satu persatu halaman buku kat
Maya menghiraukan pertanyaan maminya dengan langsung meminta ayahnya menjalankan mobilnya. Ratih tak memaksa dan hanya menggeleng pasrah. Setelah Dita masuk ke mobil perjalanan pun dimulai. Perjalanan yang terasa singkat itu membuat Maya lupa dengan perkataan Ian tadi. Kini ada tiga mobil masuk ke perkarangan rumah Maya. Untungnya dia memiliki halaman yang luas jadi masih cukup untuk menampung hingga empat mobil. Dita tak ingin berlama-lama gadis itu langsung pamit. Ratih tak menahannya karena nanti dia dan keluarga Zayyan ingin membicarakan sesuatu. Maka, pasti dia jadi merasa tidak enak jika mengabaikan Dita."Kaki ada kan? Jalan aja bisa." Zayyan menolak meminjamkan mobilnya pada Ian. Dia masih marah dengan insiden tadi. Dia tak mempedulikan Ian yang bingung pulang naik apa. Laki-laki itu datang ke apartemennya jadi otomatis mobilnya terparkir di sana. Mereka berdua datang dengan mobil miliknya. Ian ingin kembali dengan mobilnya karena otomatis Zayyan bisa pulang diantar oleh mobil