Halooo, maaf untuk updatenya yang sangat-sangat lamaaa. Februari kemarin sempet ngedrop, setelahnya tiba-tiba hilang rasa sama cerita ini, huhu... T_T. Kali ini usahakan mulai lebih sering update. Mohon dukungannya yaaa ><. Terimakasih...
"Maya," panggil Zayyan yang membuat gadis tersebut menoleh. Sehari setelah kepulangan mereka dari Bali, Zayyan datang mengajak Maya pergi ke taman bermain yang berada di pinggiran kota. Perjalanan yang ditempuh membutuhkan waktu hampir satu jam dengan mobil melewati jalanan kota. Zayyan memesan tiket sementara Maya tampak menoleh kesana kemari melihat area sekitar. "Ayo,kita masuk." Zayyan mengambil tangan maya dan menggandengnya. maya tampak terkejut dengan kontak fisik yang tiba-tiba dari calon suaminya itu. Entah mengapa semenjak dari Bali, Zayyan menjadi lebih sedikit aktif dibanding sebelumnya. Biasanya Zayyan hanya selalu diam memperhatikan dan selalu Maya menjadi pihak yang paling aktif. Zayyan lebih sering memberikan respon dibanding aksi. Namun kini lelaki yang tengah menggandengnya jadi berbeda. Zayyan jadi sedikit lebih cerewet. Dia jadi sering menanyakan dirinya. Entah
"Hacih ...." Dita menoleh menatap Ian yang tak henti-hentinya bersin. Tatapan kasian ia lontarkan pada Ian yang sedang terbungkus selimut dengan kain basah mengompres dahinya."Dingin banget Dit," keluhnya yang sudah kesekian kalinya.Dita berdecak kesal dan berkata, "makanya jangan sok jadi pahlawan kesiangan. Malam-malam pake kaus dalam sok tahan banting sama angin malam. Rasain kan jadi masuk angin!"Kemarin malam setelah insiden Dita yang diganggu oleh pria mabuk dan diselamatkan oleh Ian, dirinya dengan percaya diri melepaskan kemejanya untuk diberikannya pada Dita. Demi melindungi Dita dari angin malam, Ian hanya mengenakan kaus dalam yang menyebabkan dirinya demam keesokan harinya.Setelah membelikan obat, Dita juga membantu Ian makan dengan menyuapinya. Baru beberapa menit yang lalu pria itu selesai makan dan minum obat, keluhan tentang rasa sakitnya masih saja terlontar. Mendengarnya membuat Dita jadi ikut pusing.
"Hellooo!" seru Ian saat memasuki rumah MayaDi hari Minggu yang cerah ini Ian datang mengunjungi rumah maya dengan membawa satu lusin donat dari merek terkenal. Dusnya yang berwarna oranye itu ia letakkan pada meja ruang keluarga. Maya yang sedang bersantai menonton televisi langsung beranjak membuka dus tersebut."Wooo!" Mata Maya berbinar saat melihat salah satu menu donat kesukaannya berjajar dalam dus tersebut. "Thanks Mas Ian!" ucapnya setelah itu langsung menggigit donat di tangannya dengan bersemangat."Sendirian May?" tanya Ian dengan kepala celingukan seolah mencari seseorang."Barusan Mami pergi, emang nggak ketemu? Kalo Papah biasalah tugas luar kota." Maya memicingkan matanya saat melihat Ian yang seperti mencari sesuatu. "Cari apa?""Tumben nggak keluar sama Zayyan," balas Ian mengabaikan pertanyaan terakhir dari Maya."Lhah situ nggak tau kalo Mas Yan pergi? Nggak mungkin kan Mas Ian ke sini tanpa tahu hal itu?"
"Aww, eh?" Maya mendongak saat merasakan sesuatu yang hangat pada kepalanya. Ia terkejut saat melihat Zayyan yang berdiri masih dengan pakaian kerjanya."Lhoh, Mas Yan kok di sini?" tanya Maya dengan wajah bingung. Seingatnya laki-laki itu bilang akan kembali besok, tetapi mengapa Zayyan sudah pulang malam ini?"Emang nggak boleh Mas di sini?" Zayyan duduk di sebelah Maya setelah melepas jas dan melonggarkan dasi. Dia sangat lelah hari ini usai berkendara selama kurang lebih hampir empat jam perjalanan."Bukan itu, Mas Yan kan bilang pulangnya besok. Aku kaget aja Mas udah di sini. Mas Yan langsung ke sini?""Dibuatin minum dulu dong neng Masnya. Keliatan lhoh itu mukanya kecapekan malah masih ditanya-tanyain gitu," timpal Ratih saat memasuki ruang keluarga. Ia tadi yang membukakan pintu untuk calon menantunya itu. Agak terkejut karena dia mendengar dari putrinya jika Zayyan masih di luar kota dan akan pulang keesokan harinya."Hehe, maaf
Sudah satu minggu terlewatkan Maya dan Dita lalui sebagai anak magang di kantor Ian. Maya sudah dua kali ini pergi keluar diajak oleh salah satu staf senior di sana mengunjungi resto milik perusahaan Ian. Di sana Maya ditunjukkan bagaimana keadaan resto serta diajak ikut meeting dan tak lupa bisa menyicipi menunya. Untuk yang terakhir ini Maya sangat menyukainya.Waktu isirahat telah tiba. Maya beranjak dari kursinya dan melangkah menuju tempat Dita. Keduanya pun melangkah bersama menuju kantin kantor. Namun, langkah mereka tertahan. Tiba-tiba saja Ian datang dan membuat beberapa staf khususnya wanita yang tampak sangat bahagia melihat Ian. Apalagi hal ini kejadian yang sangat langka. Ian sangat jarang menunjukkan dirinya di kantor, maklum sebagai orang yang memiliki jabatan teratas, maka hanya orang tertentu yang bisa bertemu dengannya. Tapi, tak jarang mereka bisa bertemu dengan Ian secara tak sengaja. Entah ketika di lobi atau di lorong.Ian yang terbilang masih
Pada siang yang trik di hari Minggu ini Maya dan Dita sudah nongkrong di cafe dengan laptop terpajang di hadapan mereka. Selama kurang lebih setengah bulan menjalani masa magang, Maya dan Dita sudah mulai berpikir mencari judul untuk tugas akhir mereka nanti. Melalui magang yang mereka jalanin, dua gadis bersahabat ini sudah mendapatkan bayangan topik yang akan diangkat. Maka dari itu, mereka hari ini berencana akan pergi ke toko buku mencari sumber teori penunjang topik tugas akhir.Usai membeli buku, keduanya mampir ke cafe yang berada di lantai satu di gedung yang sama terdapatnya toko buku tersebut. Tampak terlihat dua mahasiswi ini tengah serius memandangi laptop dan buku secara bergantian. Maya yang mulai merasa lelah dan haus mengambil gelas minum dan tersadar bahwa minumannya telah habis. Ia menoleh pada Dita dan gelasnya yang juga sudah kosong."Dit, mau pesen minum lagi?" tawar Maya yang langsung diangguki oleh Dita."Iya, sama aja kayak sebelumn
Zayyan menghabiskan waktu makan malamnya di rumah Maya. Tadinya dia ingin mengajak Maya keluar, tetapi tidak jadi karena tiba-tiba Ratih menawarkannya makan malam di sini. Saat ini Zayyan sedang duduk dengan Bimo ---ayah Maya--- berbincang banyak hal sembari menunggu Maya dan maminya memasak. sepertinya ini akan menjadi pengalaman pertamanya mencoba hasil masakan Maya.Setelah lama menunggu, akhirnya tiba juga waktunya. Zayyan melihat Maya yang sedang menata berbagai lauk pauk di meja makan. Entah mengapa melihat pemandangan ini ada rasa aneh muncul dalam hatinya."Mas Yan, kok bengong gitu? Kenapa?" Zayyan langsung tersadar dari pikirannya saat mendengar suara tanya dari Maya. Ia berdeham sedikit menyembunyikan kecanggungannya dan rasa malu yang tiba-tiba merambatnya. Untung saja jika Zayyan malu yang merah telinganya, bukan wajah atau pipinya. Jika tidak dirinya akan kesulitan menyembunyikan wajahnya.Usai semua menu tertata dan semua anggota telah duduk
"Siang, Pak!" Terdengar suara sapaan yang tak asing itu. Para staf satu persatu khususnya wanita dengan sengaja memperlihatkan dirinya dan ikut menyapa hanya agar orang yang disapanya menyadari keberadaan mereka.Ian menganggukkan kepala dan tersenyum ringan menanggapi sapaan para bawahannya. Semenjak hari dimana ia mentraktir makan siang waktu itu, Ian jadi lebih sering lewat depan ruangan Maya dan Dita berada. Hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Setelah matanya menemukan orang yang dirinya, ia pun pergi melanjutkan urusannya."Mas Ian jadi berasa lebih sering ke sini nggak sih?" tanya Maya dengan berbisik pada Dita.Kepala Dita mengangguk merespon pertanyaan Maya."Kira-kira kenapa ya? Nggak mungkin karna kita berdua kan?""Sebagai seorang atasan, mungkin dia cuma mau cek pekerjaan bawahannya. Udah yuk ke kantin. Laper." Dita melangkah duluan meninggalkan Maya.Maya menutup kembali mulutnya melihat punggung Dita yang s
Maya hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ada niatan untuk dimakan. Moodnya terlanjur jelek gara-gara wanita bernama Rara itu. Untung saja wanita itu tidak ikut bergabung makan siang bersama sekarang, kalau sampai benar-benar wnaita itu membuntuti, dia akan langsung minta pulang saat itu juga. Walaupun begitu tetap saja moodnya sudah hancur. Dia jadi tak memiliki nafsu makan. Padahal tampilan makanan yang ada di depannya ini sangat menggoda. Gara-gara masih mengingat sikap centil Rara pada Zayyan membuat Maya jadi malas melakukan apapun."Dimakan Maya," perintah Zayyan pada Maya yang kini memasang wajah galak padanya. Keningnya mengerut bingung. Menyadari bahwa kejadian tadi menjadi alasan Maya menatapnya seperti itu, Zayyan hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah."Itu baru satu kan?""Hah?" Zayyan melempar tatapan tak paham dengan maksud pertanyaan Maya. Gadis di hadapannya itu langsung berdecak kesal melihat reaksinya yang mungkin menurutnya menyebalkan. Zayyan menggaruk peli
Layar ponsel Maya menyala, sebuah notifikasi pesan masuk muncul. Matanya melirik melihat nama Zayyan pada notifikasi tersebut. Dalam pesan tersebut Zayyan mengiriminya sebuah link disertai kalimat yang mengikuti di bawahnya. Kedua mata Maya berbinar saat melihatnya. Ia mengklik link tersebut yang membawanya menuju sebuah drive yang berisi file proposalnya. Ketika ia membukanya Maya bisa melihat keseluruhan isi proposalnya yang lengkap persis seperti versi cetaknya. Pekikan sarat bahagia pun sontak terdengar. Ia kembali ke aplikasi pesan dan mengklik icon telepon pada kontak Zayyan."Mas Yan, ini filenya udah balik lagi?" Maya langsung membuka suara setelah panggilannya terangkat. Nadanya terdengar senang sekaligus lega."Iya, tapi untuk laptop baru bisa Mas kasih besok ya. Untuk jaga-jaga selalu back up ke online, cloud dan sebagainya. Besok Minggu Mas mampir ke rumah," jawab Zayyan yang masih di kantor. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Ketika stafnya yang dimintai tolong mengirim
Maya mengantar Zayyan ke mobil setelah makan malam. Zayyan meletakkan dua laptop miliknya dan Maya ke kursi belakang. Ia menepuk kepala Maya lembut dan menyuruh gadis itu langsung masuk ke rumah karena angin malam terasa dingin apalagi saat ini dia hanya mengenakan kaus lengan pendek."Langsung istirahat, nggak usah begadang. Masalah laptop serahkan sama Mas." Maya mengangguk merespon ucapannya. Ia tidak ingin gadis itu begadang sudah cukup lelah dia menangis tadi, jadi dia meminta Maya untuk segera istirahat. Tak lupa untuk menenangkannya mengenai laptop dan file proposalnya."Makasih, Mas Yan udah bantuin," ucap Maya. Dia benar-bener sangat berterimakasih pada laki-laki di hadapannya. Jika bukan karenanya pasti hingga saat ini dia masih menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia awam dengan permasalahan seperti ini."Iya, udah cepetan masuk."Zayyan masuk ke mobil setelah memastikan Maya masuk ke rumah, lalu menyalakan mobil. Dalam perjalanan ia menghubungi sekretarisnya menanya
Jadwal sidang kolokium Maya dan Dita sudah keluar. Mereka berdua mendapatkan jadwal yang sama pada hari Selasa dan hari ini adalah Kamis berarti kurang lima hari lagi. Setelah mendapatkan informasi jadwal Maya mengajak Dita ke tempat fotocopy untuk mencetak laporannya. Berhubung kertas dan tinta printernya habis, Maya memilih untuk mencetak di dekat kampusnya. Sedangkan Dita baru saja mencetaknya semalam dengan printer miliknya sendiri, jadi Dita hanya menemani sahabatnya itu.Setelah mencetak rangkap tiga dan menjilidnya keduanya langsung memutuskan pulang. Dita yang biasanya ikut ke rumah Maya memilih pulang ke apartemennya karena ia akan bertemu ibunya hari ini yang telah beberapa tahun berada di luar negeri.Sesampainya di rumah Maya langsung menuju kamar dan menyalakan laptopnya. Hari ini jadwal terakhir ujian akhir semesternya di minggu ini. Dan pada minggu depan hanya tersisa seminar proposal setelah itu memasuki masa libur. Maya membuka software presentasi untuk membuat lapora
Zayyan dan Maya memasuki private room resto bersama. Dita, Ian dan Zayn sedang di luar di taman rooftop hotel. Zayyan memesankan makanan untuk Maya karena ia tahu selama acara gadis itu tidak sempat makan. Maya bergumam puas saat merasakan makanan masuk ke dalam perutny. Dia sangat lapar, tetapi selama acara pertunangannya tadi tidak bisa makan karena tidak ada nafsu untuk makan. Baru setelah dia duduk memasuki resto Maya mulai merasakan lapar. Untungnya Zayyan peka sudah memesankan makanan sebelumnya agar tidak menunggu terlalu lama."Mau lagi?" Zayyan melihat menu lasagna dalam sekejap habis dilahap oleh Maya. Melihat Maya yang menganggukkan kepala berkali-kali membuat Zayyan tersenyum.Maya duduk bersandar pada kursi dengan ekspresi kekenyangan. Dia benar-benar sangat kekenyangan hingga ia bisa merasakan perutnya sangat penuh hingga dirinya susah untuk duduk dengan tegap. Badannya bersandar lemas tak sanggup untuk bergerak. Dihadapannya Zayyan menatap Maya dengan tatapan geli yang
Waktu berlalu sangat cepat dan kini tibalah acara yang ditunggu-tunggu. Hari ini tanggal 31 Desember tepatnya di malam hari kurang dari lima jam lagi pergantian tahun akan segera tiba. Di sebuah lapangan yang cukup luas terlihat dekorasi dengan dominasi warna putih dan biru muda. Dua buah meja besar berjajar berbagai hidangan yang memeriahkan acara hari ini. Semua tamu telah hadir tinggal menunggu datangnya sang bintang utama. Beberapa kursi juga berjajar rapi di sana.Dita datang sudah dari tadi. Kali ini dia mengenakan gaun berwarna lilac yang lembut. Rambutnya yang pendek dia beri hiasan bando hitam dengan aksesoris mutiara kecil. Wajahnya yang polos ia beri beberapa pulasan makeup tipis. Hari ini Dita tampak sangat berbeda dari biasanya. Ian pun sampai terdiam tak dapat bereaksi saking terpukaunya dengan Dita. Biasanya ia hanya sering melihat wajah polos Dita dan dandanan bold ketika berada di club. Kini ditambah hari ini makeupnya tampak berbeda, tetapi hal itu justru memberikan
"Kok Dita bisa di sini, Yan?" tanya Ian yang saat ini sedang dipasrahi mengurus kentang oleh Zayyan. Sedangkan Zayyan sedang memanasi pannya."Nggak sengaja ketemu," jawabnya."Di mana?" Ian penasaran karena jelas dari penampilan Dita sangat santai, tidak terlihat seperti sedang pergi ke suatu tempat. Apalagi yang ia tahu Zayyan dan Maya hari ini pergi ke butik.Zayyan melirik ke arah Ian. Dia hanya diam memandanginya membuat Ian gugup tak beralasan. "Kenapa liatin gue gitu?" tanya Ian dengan gugup. Bahkan suaranya sedikit melengking tanpa ia sadari."Kentang," ucap Zayyan singkat, lalu pergi mengambil daging yang sudah ia bumbui. Ian menatap sahabatnya bingung dan tersadar bahwa sedari tadi kentangnya masih ia genggam tanpa melakukan apapun. Setelah itu Zayyan sibuk memasak daging dan Ian mengukus kentang.Meja ruang tamu kini beralih fungsi menjadi meja makan. Maya, Zayyan, Dita dan Ian duduk melingkar dan menikmati menu makan siang hari ini. Maya berseru memuji hasil masakan Zayyan
Pada hari Minggu Zayyan datang menjemput Maya ke rumah. Pria itu mengajak Maya ke butik untuk mencari gaun yang akan dikenakan di acara pertunangan mereka. Pukul sepuluh pagi mobil Zayyan terparkir di depan sebuah ruko berlantai dua. Terlihat ada kaca besar transparan yang memperlihatkan manekin mengenakan gaun yang menjuntai dengan indah."Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Seorang staf wanita datang menyambut mereka berdua. Zayyan langsung minta ditunjukan koleksi gaun terbaru bulan ini. Kemudian staf tersebut menuntun mereka berdua menuju sebuah ruangan. Di dalamnya ada staf wanita lain yang sepertinya berkedudukan lebih tinggi dari staf sebelumnya."Kalau boleh tahu gaun seperti apa yang ingin Anda cari?" tanya staf tersebut yang di tangannya membawa buku katalog yang tebal. Zayyan dan Maya yang duduk berdampingan di sofa disodorkan katalog tersebut. Staf tersebut menjelaskan berbagai model gaun dengan beberapa style yang berbeda.Maya membuka satu persatu halaman buku kat
Maya menghiraukan pertanyaan maminya dengan langsung meminta ayahnya menjalankan mobilnya. Ratih tak memaksa dan hanya menggeleng pasrah. Setelah Dita masuk ke mobil perjalanan pun dimulai. Perjalanan yang terasa singkat itu membuat Maya lupa dengan perkataan Ian tadi. Kini ada tiga mobil masuk ke perkarangan rumah Maya. Untungnya dia memiliki halaman yang luas jadi masih cukup untuk menampung hingga empat mobil. Dita tak ingin berlama-lama gadis itu langsung pamit. Ratih tak menahannya karena nanti dia dan keluarga Zayyan ingin membicarakan sesuatu. Maka, pasti dia jadi merasa tidak enak jika mengabaikan Dita."Kaki ada kan? Jalan aja bisa." Zayyan menolak meminjamkan mobilnya pada Ian. Dia masih marah dengan insiden tadi. Dia tak mempedulikan Ian yang bingung pulang naik apa. Laki-laki itu datang ke apartemennya jadi otomatis mobilnya terparkir di sana. Mereka berdua datang dengan mobil miliknya. Ian ingin kembali dengan mobilnya karena otomatis Zayyan bisa pulang diantar oleh mobil