Share

BAB 4 Pengen Nikah

Author: deaubepine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Maya menatap pemandangan di luar dengan wajah cemberut. Sementara di sampingnya Zayyan mengemudikan mobilnya mengabaikan Maya. Ketika hari hampir petang Zayyan langsung menyuruhnya pulang. Meski Maya sudah menolak dan memberi alasan bahwa ia sudah besar, pria itu tetap kekeh dengan keputusannya. Bahkan saat Maya meminta bantuan pada Ian, laki-laki itu hanya mengendikkan bahu menolaknya. Dia malah asik menghabiskan camilan yang telah dipesan oleh Zayyan lagi. Dita yang belum mengenal dekat hanya bisa diam tak membantah jadi Maya tak mendapatkan dukungan dalam memprotes Zayyan. Baru saja mereka selesai mengantarkan Dita yang mana Zayyan mengikuti mobilnya dari belakang. Kemudian Maya berpindah ke mobil Zayyan untuk mengantarnya ke rumah.

Tiba-tiba mobil berhenti. Mereka berhenti di minimart dan Maya melirik ke arah Zayyan yang turun dari mobil. Pria itu tak mengatakan apapun yang membuat Maya semakin sebal. Setelah sekian tahun tidak bertemu mengapa laki-laki yang lebih tua sepuluh tahun darinya itu jadi menyebalkan seperti ini. Padahal dulu ia ingat Zayyan selalu menjadi tempatnya berlindung dari kejahilan Ian, meskipun untuk beberapa hal pria itu sangat tegas dengan prinsipnya dan sampai sekarang rupanya tetap seperti itu. Sifatnya yang ini membuat Maya jadi kesal, tapi ia benci pada dirinya yang tidak bisa membantah Zayyan.

Tak lama kemudian Zayyan kembali membawa kantong kresek putih berlogo minimart tersebut. Kantong tersebut langsung ia taruh di atas paha Maya yang membuat gadis itu memekik kaget. Ada sensasi dingin menembus kulitnya. Ketika ia buka Maya menemukan dua buah cup es krim rasa bluberi yang membuat ia langsung memasang senyum lebar.

“Mas Yan beliin aku es krim?” tanya Maya dengan nada harap. Hal ini dikarenakan Maya suka es krim rasa bluberi dan Zayyan tahu tentang hal itu.

“Kata siapa? Mas lagi nyetir jadi minta kamu suapin Mas,” jawab Zayyan yang langsung membuat mood Maya turun seketika. Wajahnya menekuk seperti sebelumnya bahkan lebih dalam karena saking kesalnya mendengar jawaban Zayyan.

Mata Zayyan melirik melihat wajah Maya yang terlihat kesal. Bibirnya mengerucut dengan lucu membuat Zayyan menahan senyumnya. Meski Maya tampak marah, gadis itu tetap membuka cup es krim tersebut dan menyendokkannya untuk disuapkannya kepada Zayyan. Tentu Zayyan dengan senang hati membuka mulutnya untuk melahap es krim tersebut yang menimbulkan perasaan kecut di hati Maya.

“Habiskan!” ucap Zayyan setelah menerima suapan sesendok es krim. Perkataan Zayyan sontak mengubah ekspresi Maya menjadi cerah seketika. Tangannya langsung menyendok es krim tersebut dengan semangat dan memakannya dengan wajah gembira.

Zayyan yang meliriknya dari kursi pengemudi terkekeh memandangi hal tersebut. Ia mengulurkan salah satu tangannya mengacak rambut Maya dengan gemas. Sebenarnya dia memang sengaja mampir membeli es krim untuk Maya. Zayyan tahu kalau tadi Maya sedang kesal karena ia paksa pulang. Jadi ia membeli es krim dengan rasa kesukaannya untuk menyogoknya. Ketika ia bertanya apakah Zayyan membeli untuk dirinya tentu saja dia tidak akan mengaku seperti itu. Ia memilih untuk menjahilinya karena rasanya melihat wajah cemberut Maya sangat lucu baginya. Adik kecilnya ini memang menggemaskan sejak dulu.

“Dari mana kamu kenal cowok tadi?” tanya Zayyan tepat setelah Maya menghabiskan satu cup es krim. Kini gadis itu sedang membuka cup yang kedua.

“Dating app,” jawabnya. Kemudian Maya menceritakan semua pengalamannya bertemu semua teman kencannya kepada Zayyan dengan lancar.

Zayyan mendengarkannya dengan tetap fokus menyetir. Mendengar cerita Maya membuatnya menghela napas dalam hati. Beruntung teman kencan sebelumnya benar-benar tidak memiliki pasangan seperti yang terakhir ini. Dan beruntungnya lagi ia berada di sana secara tak sengaja sehingga bisa membantu Maya keluar dari masalah.

Saat itu dirinya sedang menunggu kedatangan Ian. Zayyan berada di sini untuk mengecek perkembangan anak perusahaan milik ayahnya dan kebetulan besok adalah hari kepulangannya, maka ia memutuskan bertemu dengan Ian. Tapi, siapa sangka saat itu ia melihat sosok gadis yang tampak tak asing baginya. Melihat wajahnya sebuah bayang anak perempuan muncul dalam pikirannya. Namun, Zayyan menepis pikiran tersebut. Meski kota ini adalah tempat tinggalnya Zayyan berpikir bahwa itu cukup mustahil untuk dapat bertemu Maya yang telah dewasa. Ternyata apa yang ia kira benar, gadis yang duduk tak jauh darinya adalah Maya. Gadis kecil yang dulu selalu manja dan berlindung pada dirinya dari kejahilan Ian kini telah menjelma menjadi gadis yang cantik. Tapi, satu hal yang tak pernah hilang dari Maya. Gadis itu memiliki tawa yang manis.

“Lagian ngapain kamu ikut-ikut cari pacar kayak temen-temen kamu itu? Fokus kuliah kamu dulu, bentar lagi studi kamu selesai kan? Nggak usah pacaran dulu!”

“Ihh, apaan sih Mas Yan! Mas mah enak pasti udah punya pacar bisa bilang kayak gitu! Aku kan pengen ngerasain punya pacar,” keluh Maya yang hanya ditanggapi gelengan oleh Zayyan.

“Kata siapa Mas ada pacar, lagian kamu itu masih muda Maya. Fokus naikin value kamu, nggak usah buru-buru buat cari pasangan. Kalau value kamu bagus pasti bakal ada banyak laki-laki yang datang.”

“Hah! Mas nggak punya pacar! Ihh, jomblo dong! Kalau gitu Mas bisa kapan nikahnya? Nggak kasian nanti kalau punya anak udah tua? Nanti kalau kayak aku kan kasian sendirian, jadi anak tunggal. Mamah sama Papah nikah waktu udah lewat umur tiga puluh, trus cuma punya satu anak. Makanya aku pengen nikah muda biar punya banyak anak, biar nggak sendirian jadi ada temen.”

Zayyan sedikit tersentil saat Maya membawa umurnya. Dia mengulurkan tangannya dan menarik pipinya dengan gemas. “Kamu tu dibilangin malah ngeledek ya! Mas nggak setua itu!”

Maya mengaduh sakit merasakan pipinya dicubit oleh Zayyan, namun ia juga tertawa karena pria itu tampak tersinggung oleh ledekannya tadi. “Bukan ngeledek, tapi cuma mau ngingetin aja. Beneran deh mending Mas cepet-cepet nikah, biar bisa punya banyak anak.”

Zayyan menghela napas, bisa-bisanya dia masih direcoki masalah umur dan pernikahan oleh gadis yang baru menginjak umur dua puluh. Sudah cukup ia ditodong terus oleh Mamahnya kini saat berjauhan dari rumah pun bertemu Maya yang membuatnya pusing.

“Kayak kamu udah siap nikah aja,” sahut Zayyan.

“Udah dong! Aku pinter masak, ngurus rumah pun juga bisa, terus pinter jadi aku percaya diri buat ngajarin anak aku nantinya. Dan yang paling penting aku cantik dan sayang anak!” Maya terkekeh geli mendengar dia memuji dirinya sendiri. “Oh…, atau aku nikah sama Mas aja? Kan Mas jomblo dan udah tua, terus aku pengen nikah muda. Nah, pas kan! Kita sama-sama butuh lhohh!”

Zayyan tertawa. “Oke, kalau gitu besok Mas bakal bilang sama Om dan Tante buat lamar kamu.”

Related chapters

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 5 Mas Yan Datang Ke Rumah!

    Semenjak kejadian kencannya terakhir kali Maya langsung menghapus aplikasi tersebut dari ponselnya. Ia trauma karena dituduh menjadi pelakor padahal dia ditipu saat itu. Dita pun juga mengomelinya habis-habisnya membuat telinga Maya panas mendengarnya. Tetapi, setidaknya dari kejadian itu dia bisa bertemu dengan tetangga masa kecilnya. Ian dan Zayyan yang sama-sama ia panggil Mas Yan. Ian sendiri adalah tetangganya dulu yang tiba-tiba pindah sedangkan Zayyan adalah teman sekolahnya yang sering datang untuk bermain atau mengerjakan tugas. Dulu kedua orangtua Maya sama-sama sibuk bekerja sehingga ia kadang dititipkan ke keluarga Ian. Maminya punya butik yang jaraknya hampir satu jam dari rumah sedangkan ayahnya adalah pengacara yang sangat jarang pulang. Kesibukan kedua orangtuanya membuat Maya sering datang ke rumah keluarga Ian untuk sekedar bermain hingga menunggu maminya pulang bekerja. Meski Maya merasa kesepiaan kala itu, namun kehadiran keluarga Ian serta

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 6 Galau Dilamar

    “May, serius lo dilamar?” Dita yang baru duduk langsung melempar pertanyaan pada Maya. Saat ini mereka berdua sedang berada di cafe. Kemarin adalah hari dimana ia dilamar oleh seorang pria. Dan pria tersebut adalah teman dari tetangga masa kecilnya. Orang yang tak pernah ia duga. Maya yang tadinya berusaha membujuk Zayyan untuk menarik lamarannya berakhir gagal. Pria itu benar-benar seperti gunung yang tak dapat digoyahkan. Lalu, Maya berencana untuk membicarakannya pada orangtuanya, namun melihat wajah sumringah di keduanya membuat ia jadi tak enak dan akhirnya memilih untuk pasrah saja. Usai kepulangan Zayyan dan keluarga, Maya langsung masuk ke kamar dan mengirim pesan pada Dita. Ia langsung mengirim ribuan pesan suara yang berisi kepanikannya akan kejadian hari itu. Dita yang kepo dan paham dengan kepanikan sahabatnya itu akhirnya langsung mengajak Maya untuk bertemu di cafe yang biasanya mereka datangi. “Gimana d

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 7 “Lihat Aku Sebagai Pria"

    Zayyan melepaskan outernya, lalu ia taruh di atas paha Maya yang kebetulan saat ini sedang mengenakan skirt biru muda polos sepanjang lutut. Dua orang tersebut sedang berada di taman alun-alun yang jaraknya setengah jam dari rumah Maya. Sebelum itu mereka berdua sempat mampir ke minimarket untuk membeli es krim. Setelah Zayyan memastikan Maya telah nyaman, pria tersebut pamit sebentar untuk membeli sesuatu. Maya melihat punggung pria tersebut yang berjalan menuju stand yang menjual jajanan. Di alun-alun ini memang banyak orang berjualan. Dari makanan hingga mainan lucu yang menarik perhatian anak-anak. Untungnya mereka berdua mendapat tempat duduk, jika tidak mungkin Zayyan dan Maya hanya bisa duduk di mobil dengan suasana yang semakin canggung. Maya lega setidaknya dengan keramaian ini bisa membuatnya tenang. Zayyan menoleh mengamati Maya untuk mengawasinya memastikan gadis itu aman dan dalam jangkauannya. Setelah membayar segera ia kemba

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 8 Ian Datang Berkunjung

    “Halo, Tante! Masih inget sama Ian?” Ian tersenyum lebar saat melihat Ratih membukakan pintu untuknya. Setelah pertemuan terakhirnya dengan Maya yang tak disengaja, Ian belum sempat berkunjung untuk bersilaturahmi. Ia masih disibukkan dengan masa transisi jabatannya. Ayahnya telah mengundurkan diri dalam jabatannya sebagai presiden direktur yang mana posisi tersebut dialihkan kepada dirinya. Makanya dalam beberapa hari terakhir ini dirinya sangat sibuk sekali. Dan kebetulan hari ini dia cuti setelah kemarin ia baru saja pulang dari dinasnya. Lalu, Ian memutuskan untuk menggunakan cutinya datang berkunjung ke rumah Maya. Ratih yang mendengar bel rumahnya berbunyi pergi membukakan pintu. Dirinya sangat terkejut saat melihat seorang pria muda berdiri di hadapannya ternyata adalah tetangganya dulu yang telah membantu banyak dirinya menjaga Maya. Wanita tersebut menarik Ian dan memeluknya. “Duh, nak lama nggak ketemu sekar

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 9 Diculik

    Maya dan Dita berjalan menuju halaman parkir fakultas setelah jadwal mata kuliah untuk hari ini selesai. Mereka berdua bercakap ringan membahas materi kuliah tadi hingga beberapa tugas yang perlu mereka kerjakan secara kelompok atau individu. Biasanya jika tugas yang didapat ditujukan perorangan, mereka berdua akan mencari waktu untuk mengerjakannya bersama-sama. Mereka akan pergi ke cafe atau salah satu rumah antara dua gadis itu. Ketika jarak gedung parkir semakin dekat, ia mendengar beberapa seliweran di antara mahasiswi yang tampak berbicara dengan wajah malu-malu. Tak hanya satu atau dua, tetapi hampir sebagian besar seperti itu sehingga membuat Maya dan Dita jadi penasaran. Selentingan percakapan mereka terdengar di telinga Maya dan Dita. “Mahasiswa baru? Atau jangan-jangan dosen? Gilak sih kalo beneran, bakalan rajin berangkat punya dosen modelan gitu!” Maya dan Dita bertukar pandangan hingga sama-sama membuat

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 10 Zayyan ngambek?!

    Maya dapat melihat dari kejauhan seorang pria tengah tergesa-gesa. Pria itu berhenti sejenak untuk mengedarkan pandangannya hingga kedua matanya menemukan dirinya, orang tersebut bergegas melangkah mendekat. Di sampingnya seorang pria yang tak lain adalah Ian sedang terkikik geli. Nampaknya orang ini moodnya sedang sangat baik. Dan Maya tahu apa penyebabnya. Setengah jam yang lalu, Ian mengirimkan foto selfie dirinya dengan Maya ke Zayyan. Tanpa perlu menunggu waktu lebih lama, pria itu membaca pesan Ian dan langsung meneleponnya. Meski tak bisa mendengar dengan jelas, namun Maya bisa melihat dari wajah jahil Ian. Pasti Zayyan sedang kesal pada temannya itu, tapi Maya sendiri tidak paham mengapa pria yang menjadi calon suaminya itu kesal pada Ian. Tak lama telepon mereka berdua mati, kini giliran ponsel Maya yang berkedip menandakan ada pesan masuk. Pesan tersebut tak lain berasal dari Zayyan yang berisi bahwa pria itu akan segera ke sana. Maya yang tak mengerti hanya bisa menjawab ‘

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 11 Dita Yang Misterius

    Zayyan memasuki apartemennya dengan tangan yang bergerak melepaskan dasi. Waktu menunjukan sudah lewat tengah malam. Ia terpaksa lembur karena sore tadi pergi menjemput Maya yang diculik oleh Ian. Lalu, ia mampir ke rumah gadis itu dan baru bisa keluar setelah pukul sembilan malam. Akibat hal itu pekerjaannya banyak yang tertunda dan semakin menumpuk. Padahal jika bukan gara-gara Ian yang menculik calon istrinya, ia sudah berencana mengajak pergi Maya berkencan mumpung besok adalah hari Minggu. Sebenarnya bisa saja hari Minggu ia mengajak Maya kencan, sayangnya besok ia ada jadwal dinas ke beberapa kota selama tujuh hari. Kini berkat sahabat baiknya itu rencananya berantakan dan waktu istirahatnya semakin berkurang. Zayyan membuka lemari esnya dan mengambil botol air mineral, lalu menegaknya dengan rakus. Kaki panjangnya melangkah menuju ruang tamu. Ketika ia ingin berbaring di sofa panjang, Zayyan dikejutkan oleh sosok lain yang telah men

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 12 Gangguan Ian

    “Morning!” sapa Maya yang sedang membawa mangkuk besar. Gadis yang mengenakan midi skirt polos berwarna krem dipadu padankan dengan outer rajut berwarna biru muda. Rambutnya ia ikat tinggi memperlihatkan leher jenjangnya yang polos tanpa ada aksesoris apapun. “Halo, Dita! Ayo kita mulai sarapannya.” Ratih datang dan langsung memeluk Dita. Kemudian ia mengambil tempat duduk di seberangnya tepat sebelah Maya. Setelah itu mereka bertiga memulai sarapannya. “Om Bim kemana Tante?” tanya Dita y

Latest chapter

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 49

    Maya hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ada niatan untuk dimakan. Moodnya terlanjur jelek gara-gara wanita bernama Rara itu. Untung saja wanita itu tidak ikut bergabung makan siang bersama sekarang, kalau sampai benar-benar wnaita itu membuntuti, dia akan langsung minta pulang saat itu juga. Walaupun begitu tetap saja moodnya sudah hancur. Dia jadi tak memiliki nafsu makan. Padahal tampilan makanan yang ada di depannya ini sangat menggoda. Gara-gara masih mengingat sikap centil Rara pada Zayyan membuat Maya jadi malas melakukan apapun."Dimakan Maya," perintah Zayyan pada Maya yang kini memasang wajah galak padanya. Keningnya mengerut bingung. Menyadari bahwa kejadian tadi menjadi alasan Maya menatapnya seperti itu, Zayyan hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah."Itu baru satu kan?""Hah?" Zayyan melempar tatapan tak paham dengan maksud pertanyaan Maya. Gadis di hadapannya itu langsung berdecak kesal melihat reaksinya yang mungkin menurutnya menyebalkan. Zayyan menggaruk peli

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 48

    Layar ponsel Maya menyala, sebuah notifikasi pesan masuk muncul. Matanya melirik melihat nama Zayyan pada notifikasi tersebut. Dalam pesan tersebut Zayyan mengiriminya sebuah link disertai kalimat yang mengikuti di bawahnya. Kedua mata Maya berbinar saat melihatnya. Ia mengklik link tersebut yang membawanya menuju sebuah drive yang berisi file proposalnya. Ketika ia membukanya Maya bisa melihat keseluruhan isi proposalnya yang lengkap persis seperti versi cetaknya. Pekikan sarat bahagia pun sontak terdengar. Ia kembali ke aplikasi pesan dan mengklik icon telepon pada kontak Zayyan."Mas Yan, ini filenya udah balik lagi?" Maya langsung membuka suara setelah panggilannya terangkat. Nadanya terdengar senang sekaligus lega."Iya, tapi untuk laptop baru bisa Mas kasih besok ya. Untuk jaga-jaga selalu back up ke online, cloud dan sebagainya. Besok Minggu Mas mampir ke rumah," jawab Zayyan yang masih di kantor. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Ketika stafnya yang dimintai tolong mengirim

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 47

    Maya mengantar Zayyan ke mobil setelah makan malam. Zayyan meletakkan dua laptop miliknya dan Maya ke kursi belakang. Ia menepuk kepala Maya lembut dan menyuruh gadis itu langsung masuk ke rumah karena angin malam terasa dingin apalagi saat ini dia hanya mengenakan kaus lengan pendek."Langsung istirahat, nggak usah begadang. Masalah laptop serahkan sama Mas." Maya mengangguk merespon ucapannya. Ia tidak ingin gadis itu begadang sudah cukup lelah dia menangis tadi, jadi dia meminta Maya untuk segera istirahat. Tak lupa untuk menenangkannya mengenai laptop dan file proposalnya."Makasih, Mas Yan udah bantuin," ucap Maya. Dia benar-bener sangat berterimakasih pada laki-laki di hadapannya. Jika bukan karenanya pasti hingga saat ini dia masih menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia awam dengan permasalahan seperti ini."Iya, udah cepetan masuk."Zayyan masuk ke mobil setelah memastikan Maya masuk ke rumah, lalu menyalakan mobil. Dalam perjalanan ia menghubungi sekretarisnya menanya

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 46

    Jadwal sidang kolokium Maya dan Dita sudah keluar. Mereka berdua mendapatkan jadwal yang sama pada hari Selasa dan hari ini adalah Kamis berarti kurang lima hari lagi. Setelah mendapatkan informasi jadwal Maya mengajak Dita ke tempat fotocopy untuk mencetak laporannya. Berhubung kertas dan tinta printernya habis, Maya memilih untuk mencetak di dekat kampusnya. Sedangkan Dita baru saja mencetaknya semalam dengan printer miliknya sendiri, jadi Dita hanya menemani sahabatnya itu.Setelah mencetak rangkap tiga dan menjilidnya keduanya langsung memutuskan pulang. Dita yang biasanya ikut ke rumah Maya memilih pulang ke apartemennya karena ia akan bertemu ibunya hari ini yang telah beberapa tahun berada di luar negeri.Sesampainya di rumah Maya langsung menuju kamar dan menyalakan laptopnya. Hari ini jadwal terakhir ujian akhir semesternya di minggu ini. Dan pada minggu depan hanya tersisa seminar proposal setelah itu memasuki masa libur. Maya membuka software presentasi untuk membuat lapora

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 45

    Zayyan dan Maya memasuki private room resto bersama. Dita, Ian dan Zayn sedang di luar di taman rooftop hotel. Zayyan memesankan makanan untuk Maya karena ia tahu selama acara gadis itu tidak sempat makan. Maya bergumam puas saat merasakan makanan masuk ke dalam perutny. Dia sangat lapar, tetapi selama acara pertunangannya tadi tidak bisa makan karena tidak ada nafsu untuk makan. Baru setelah dia duduk memasuki resto Maya mulai merasakan lapar. Untungnya Zayyan peka sudah memesankan makanan sebelumnya agar tidak menunggu terlalu lama."Mau lagi?" Zayyan melihat menu lasagna dalam sekejap habis dilahap oleh Maya. Melihat Maya yang menganggukkan kepala berkali-kali membuat Zayyan tersenyum.Maya duduk bersandar pada kursi dengan ekspresi kekenyangan. Dia benar-benar sangat kekenyangan hingga ia bisa merasakan perutnya sangat penuh hingga dirinya susah untuk duduk dengan tegap. Badannya bersandar lemas tak sanggup untuk bergerak. Dihadapannya Zayyan menatap Maya dengan tatapan geli yang

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 44

    Waktu berlalu sangat cepat dan kini tibalah acara yang ditunggu-tunggu. Hari ini tanggal 31 Desember tepatnya di malam hari kurang dari lima jam lagi pergantian tahun akan segera tiba. Di sebuah lapangan yang cukup luas terlihat dekorasi dengan dominasi warna putih dan biru muda. Dua buah meja besar berjajar berbagai hidangan yang memeriahkan acara hari ini. Semua tamu telah hadir tinggal menunggu datangnya sang bintang utama. Beberapa kursi juga berjajar rapi di sana.Dita datang sudah dari tadi. Kali ini dia mengenakan gaun berwarna lilac yang lembut. Rambutnya yang pendek dia beri hiasan bando hitam dengan aksesoris mutiara kecil. Wajahnya yang polos ia beri beberapa pulasan makeup tipis. Hari ini Dita tampak sangat berbeda dari biasanya. Ian pun sampai terdiam tak dapat bereaksi saking terpukaunya dengan Dita. Biasanya ia hanya sering melihat wajah polos Dita dan dandanan bold ketika berada di club. Kini ditambah hari ini makeupnya tampak berbeda, tetapi hal itu justru memberikan

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 43

    "Kok Dita bisa di sini, Yan?" tanya Ian yang saat ini sedang dipasrahi mengurus kentang oleh Zayyan. Sedangkan Zayyan sedang memanasi pannya."Nggak sengaja ketemu," jawabnya."Di mana?" Ian penasaran karena jelas dari penampilan Dita sangat santai, tidak terlihat seperti sedang pergi ke suatu tempat. Apalagi yang ia tahu Zayyan dan Maya hari ini pergi ke butik.Zayyan melirik ke arah Ian. Dia hanya diam memandanginya membuat Ian gugup tak beralasan. "Kenapa liatin gue gitu?" tanya Ian dengan gugup. Bahkan suaranya sedikit melengking tanpa ia sadari."Kentang," ucap Zayyan singkat, lalu pergi mengambil daging yang sudah ia bumbui. Ian menatap sahabatnya bingung dan tersadar bahwa sedari tadi kentangnya masih ia genggam tanpa melakukan apapun. Setelah itu Zayyan sibuk memasak daging dan Ian mengukus kentang.Meja ruang tamu kini beralih fungsi menjadi meja makan. Maya, Zayyan, Dita dan Ian duduk melingkar dan menikmati menu makan siang hari ini. Maya berseru memuji hasil masakan Zayyan

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 42

    Pada hari Minggu Zayyan datang menjemput Maya ke rumah. Pria itu mengajak Maya ke butik untuk mencari gaun yang akan dikenakan di acara pertunangan mereka. Pukul sepuluh pagi mobil Zayyan terparkir di depan sebuah ruko berlantai dua. Terlihat ada kaca besar transparan yang memperlihatkan manekin mengenakan gaun yang menjuntai dengan indah."Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Seorang staf wanita datang menyambut mereka berdua. Zayyan langsung minta ditunjukan koleksi gaun terbaru bulan ini. Kemudian staf tersebut menuntun mereka berdua menuju sebuah ruangan. Di dalamnya ada staf wanita lain yang sepertinya berkedudukan lebih tinggi dari staf sebelumnya."Kalau boleh tahu gaun seperti apa yang ingin Anda cari?" tanya staf tersebut yang di tangannya membawa buku katalog yang tebal. Zayyan dan Maya yang duduk berdampingan di sofa disodorkan katalog tersebut. Staf tersebut menjelaskan berbagai model gaun dengan beberapa style yang berbeda.Maya membuka satu persatu halaman buku kat

  • Suami Dalam Kontrak Pernikahan   BAB 41

    Maya menghiraukan pertanyaan maminya dengan langsung meminta ayahnya menjalankan mobilnya. Ratih tak memaksa dan hanya menggeleng pasrah. Setelah Dita masuk ke mobil perjalanan pun dimulai. Perjalanan yang terasa singkat itu membuat Maya lupa dengan perkataan Ian tadi. Kini ada tiga mobil masuk ke perkarangan rumah Maya. Untungnya dia memiliki halaman yang luas jadi masih cukup untuk menampung hingga empat mobil. Dita tak ingin berlama-lama gadis itu langsung pamit. Ratih tak menahannya karena nanti dia dan keluarga Zayyan ingin membicarakan sesuatu. Maka, pasti dia jadi merasa tidak enak jika mengabaikan Dita."Kaki ada kan? Jalan aja bisa." Zayyan menolak meminjamkan mobilnya pada Ian. Dia masih marah dengan insiden tadi. Dia tak mempedulikan Ian yang bingung pulang naik apa. Laki-laki itu datang ke apartemennya jadi otomatis mobilnya terparkir di sana. Mereka berdua datang dengan mobil miliknya. Ian ingin kembali dengan mobilnya karena otomatis Zayyan bisa pulang diantar oleh mobil

DMCA.com Protection Status