Emily tidak menyangka jika Aaron yang terkenal Sebagai Putra Mahkota itu masih percaya dengan hal hal kuno seperti itu.Kemudian Emily berkata dengan nada kesal,"Semua tanggal itu sama baiknya Aaron! Tidak perlu serumit itu. Lagian kita ini sudah punya sertifikat pernikahan? Untuk apa lagi sih? Ayo cepat tentukan tanggal, atau kita tidak perlu menikah lagi." Seru Emily."Emily… Tidak bisa seperti itu. Aku ini sangat sangat mencintaimu. Begitu sangat dan terlalu amat sangat mencintaimu. Jadi aku tidak bisa memilih tanggal sembarang untuk pernikahan kita, karena aku takut akan tidak baik untuk rumah tangga kita nantinya." Jawab Aaron. Dia terus meminta Kim Sekretarisnya untuk menghubungi orang orang yang terkenal sebagai juru ramal."Berhenti! Atau aku aku pulang sekarang!" Emily sudah tidak tahan lagi Melihat Aaron.Aaron terdiam sejenak. "Baiklah. Lima menit lagi. Aku akan menelepon kakek buyutku terlebih dahulu."Emily sungguh kesal, dan akhirnya duduk kembali.Ketika menelpon Kakek
"Mereka kan sudah resmi. Apa yang perlu ditakutkan?" Ujar Fic."Oh iya. Tapi kan, aku khawatir menantuku itu ketakutan kalau Aaron terlalu agresif. Kalau dia kabur bagaimana?""Tidak akan. Aku sudah menentukan tanggal." Aaron segera bercerita jika tadi sudah menelepon Kakek buyut dan memintanya untuk mencarikan tanggal.Akhirnya mereka bernafas lega. Kesepakatan sudah dibuat, tanggal sudah ditentukan.Aaron sudah mengutus Kim untuk mengirim banyak hadiah untuk Keluarga Knight.Undangan sudah dicetak dan akan segera disebar. Urusan yang lainnya juga sudah ditangani oleh Aaron sendiri.Tadinya keluarga Emily ingin mencetak undangan sendiri, namun karena Aaron terlalu bersemangat dia hanya meminta daftar dari keluarga Emily dan mengatakan akan mencetak undangan mereka dan mengatakan untuk tidak perlu repot repot karena semua ini sudah menjadi tanggung jawab pihak Keluarga Pria.Aaron juga mengatakan jika beberapa hari lagi, orang tuanya akan segera datang kesana setelah Aaron membawa Emi
Emily terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kemudian dia mendongak dan tersenyum."Tidak Ayah. Aku tidak akan putus dengan Aaron. Aku akan menikahinya.""Emily. Maafkan ibu tadi. Sekarang, jangan memaksakan diri. Tidak apa apa jika kamu mau putus. Lupakan ucapan ibu tadi." Sekarang Chloe yang berbicara.Emily menoleh kepada Chloe. "Ibu. Benar apa katamu. Aaron sangat mencintaiku. Aku sendiri bisa merasakannya dari awal. Dia selalu mendengar semua ucapanku. Berbeda sekali dengan Felix. Aku pernah dicintai olehnya, tetapi Aaron, aku merasakan dia memang sangat berbeda. Dia pernah mengatakan, jika aku tidak perlu tahu seberapa banyak dia mencintaiku. Bahkan dia mengatakan, aku tidak perlu mencintainya. Cukup diam disisinya, dia yang akan mencintaiku sendirian saja.Jadi sekarang, aku memutuskan untuk mencintainya juga."Alan dan Chloe tertegun, kemudian mengangguk perlahan."Baiklah. Apapun itu, asal kamu Bahagia." Jawab Chloe.Emily akhirnya pergi ke kamar dengan penuh keyakinan.Saat su
Yang disana sejenak terdiam, lalu terdengar tertawa kecil."Ada apa? Apa keluarga itu sudah menyinggungmu? Atau kamu sedang ada masalah dengan mereka? Kamu harus berhati hati Aaron, keluarga Lewis bukan Keluarga biasa. Jadi mencari masalah dengan mereka seharusnya dihindari saja. Itu tidaklah penting." Ucap Elroy."Kamu takut dengan mereka?" Tanya Aaron."Hahaha.. Mana ada. Aku tidak pernah takut dengan keluarga mereka.""Kalau begitu aku memberimu waktu satu hari."Elroy tercengang. "Kamu gila ya? Satu hari? Kamu pikir aku siluman? Saat ini aku baru saja tiba di New York dan harus kembali ke tanah air, itu saja membutuhkan waktu seharian!" Elroy meninggikan suaranya."Dua hari.""Ah.. Baiklah! Dua hari. Dua hari lagi aku akan mengirimkan informasi lengkap Keluarga Lewis untukmu. Tak perlu khawatir, aku akan mengurus dengan benar." Dalam hati Elroy menggerutu, kenapa begitu sial bisa mengenal orang semacam Aaron Albarez ini?"Aaron!" Elroy kembali memanggil."Ada apa?""Jika terjadi s
Felix juga ikut bangkit dari duduknya dan melotot ke arah Emily."Kamu bertanya sejak kapan hati nurani ku di telan seekor anjing? Tentu saja sejak kamu memilih bersama Aaron Albarez, aku berubah menjadi seperti ini!" Suara Felix meninggi.Ekspresi Felix benar benar terlihat sedang menuduh Emily, Emily malah tertawa dingin mendengar itu."Felix. Apa kamu tidak pernah memikirkan kesalahan yang kamu buat sendiri? Jika sejak awal kamu,""Jika sejak awal kamu bersedia untuk bercinta denganku, kita tidak mungkin akan ada di permasalahan ini. Kamu tanyakan sendiri pada hatimu Emily. Apa selama ini aku tidak mencintaimu begitu banyak? Apa selama ini aku tidak memberimu banyak barang yang kamu inginkan? Aku bertanya padamu, kapan aku tidak punya waktu untuk mu? Aku,""Iya. Kamu memang melakukan itu, tetapi apa hasilnya? Hasilnya tetap sama. Kamu berkhianat!" Wajah Emily benar benar sangat dingin menatap Felix dengan rasa seperti ingin muntah."Hanya dengan alasan karena aku tidak mau bercint
Aaron masih menatap tangan Felix yang belum juga melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Emily.Kemudian Aaron berbicara dengan nada Datar,"Tuan Felix. Apa tidak sebaiknya, kamu melepaskan tangan Istriku?"Felix tertawa, tawaan yang cukup dingin tetapi dia tidak juga melepaskan tangan Emily."Istri? Sejak kapan? Aku hanya mendengar jika kalian akan segera menikah. Bukan berarti sudah menikah. Tuan Aaron! Anda tidak tahu kan, jika wanita yang kamu peluk saat ini, adalah mantan tunangan ku…"Aaron tersenyum tipis, sambil mengusap lembut pipi Emily."Tuan Felix. Kamu bahkan mengatakan sendiri, jika Emily ini adalah mantan tunangan kamu. Jadi hanya mantan. Seharusnya kamu juga mengerti dengan arti sebuah mantan itu apa? Artinya Tidak ada lagi hubungan kan diantara kalian?" Tatapan Aaron semakin dingin menusuk kedua mata Felix."Aku beritahu kamu ya? Aku, dan kekasihku ini telah pergi ke Biro Urusan Sipil. Kami sudah menikah dan memiliki Sertifikat yang sah! Apakah kesayang
Kekayaan Keluarga Albarez adalah sudah berabad-abad lamanya dan tidak Sebanding dengan keluarga Lewis."Kita pulang?" Terdengar Aaron bertanya dengan begitu lembut kepada Emily.Untuk saat ini, Mana Emily berani untuk menolak. Meskipun Aaron tidak marah padanya dan emosinya terlihat baik, tetapi Emily bisa tahu jika suasana hati Aaron saat ini dalam keadaan tidak baik. Bisa jadi malah sangat buruk.Emily mengangguk dan menarik tangan Aaron untuk melangkah keluar.Aaron sendiri membalikan telapak tangannya untuk menggenggam erat jari jemari Emily.Kemudian mereka menaiki mobil Aaron yang terparkir di depan Rumah Makan Cemilan.Sampai mobil berjalan, Aaron sama sekali tidak bersuara sedikitpun.Itu membuat Emily khawatir. Semakin lama, kesunyian semakin mencekam. Emily merasa sedikit tidak suka dengan kesunyian itu.Dia melirik wajah Aaron yang terlihat sangat datar. Emily menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Ingin mengeluarkan suara tetapi dia malah terbatuk
Emily sebenarnya tahu jika Aaron sedang malu. Emily hanya sedikit merasa aneh, bagaimana mungkin seorang Putra Mahkota Keluarga Albarez begitu mudahnya merasa malu hanya karena ketahuan sedang Cemburu.Dan menurut Emily cara cemburu Aaron ini sedikit lucu."Aaron.. Aku tidak akan membiarkan orang lain mengganggu hubungan kita." Ucap Emily."Aku paling membenci pengkhianatan dan membenci orang yang telah menusukku dari belakang. Jika aku melakukan itu, bukankah aku sama halnya dengan orang itu? Artinya aku tidak bisa bertanggung jawab atas pendirian ku sendiri. Aku tidak ingin kamu mengkhianatiku, maka aku juga tidak mungkin mengkhianati mu. Jadi tenang saja, aku bertemu Felix hanya untuk membahas masalah, bukan lainnya." Emily kembali berkata untuk meyakinkan Aaron.Aaron akhirnya membuka suara."Aku masih saja khawatir. Diantara kalian pernah ada hubungan emosional selama tiga tahun, sedangkan aku dan kamu sebelum ini tidak ada hubungan apa apa. Kamu bahkan tidak pernah menyukaiku.
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H