Aaron masih menatap tangan Felix yang belum juga melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Emily.Kemudian Aaron berbicara dengan nada Datar,"Tuan Felix. Apa tidak sebaiknya, kamu melepaskan tangan Istriku?"Felix tertawa, tawaan yang cukup dingin tetapi dia tidak juga melepaskan tangan Emily."Istri? Sejak kapan? Aku hanya mendengar jika kalian akan segera menikah. Bukan berarti sudah menikah. Tuan Aaron! Anda tidak tahu kan, jika wanita yang kamu peluk saat ini, adalah mantan tunangan ku…"Aaron tersenyum tipis, sambil mengusap lembut pipi Emily."Tuan Felix. Kamu bahkan mengatakan sendiri, jika Emily ini adalah mantan tunangan kamu. Jadi hanya mantan. Seharusnya kamu juga mengerti dengan arti sebuah mantan itu apa? Artinya Tidak ada lagi hubungan kan diantara kalian?" Tatapan Aaron semakin dingin menusuk kedua mata Felix."Aku beritahu kamu ya? Aku, dan kekasihku ini telah pergi ke Biro Urusan Sipil. Kami sudah menikah dan memiliki Sertifikat yang sah! Apakah kesayang
Kekayaan Keluarga Albarez adalah sudah berabad-abad lamanya dan tidak Sebanding dengan keluarga Lewis."Kita pulang?" Terdengar Aaron bertanya dengan begitu lembut kepada Emily.Untuk saat ini, Mana Emily berani untuk menolak. Meskipun Aaron tidak marah padanya dan emosinya terlihat baik, tetapi Emily bisa tahu jika suasana hati Aaron saat ini dalam keadaan tidak baik. Bisa jadi malah sangat buruk.Emily mengangguk dan menarik tangan Aaron untuk melangkah keluar.Aaron sendiri membalikan telapak tangannya untuk menggenggam erat jari jemari Emily.Kemudian mereka menaiki mobil Aaron yang terparkir di depan Rumah Makan Cemilan.Sampai mobil berjalan, Aaron sama sekali tidak bersuara sedikitpun.Itu membuat Emily khawatir. Semakin lama, kesunyian semakin mencekam. Emily merasa sedikit tidak suka dengan kesunyian itu.Dia melirik wajah Aaron yang terlihat sangat datar. Emily menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Ingin mengeluarkan suara tetapi dia malah terbatuk
Emily sebenarnya tahu jika Aaron sedang malu. Emily hanya sedikit merasa aneh, bagaimana mungkin seorang Putra Mahkota Keluarga Albarez begitu mudahnya merasa malu hanya karena ketahuan sedang Cemburu.Dan menurut Emily cara cemburu Aaron ini sedikit lucu."Aaron.. Aku tidak akan membiarkan orang lain mengganggu hubungan kita." Ucap Emily."Aku paling membenci pengkhianatan dan membenci orang yang telah menusukku dari belakang. Jika aku melakukan itu, bukankah aku sama halnya dengan orang itu? Artinya aku tidak bisa bertanggung jawab atas pendirian ku sendiri. Aku tidak ingin kamu mengkhianatiku, maka aku juga tidak mungkin mengkhianati mu. Jadi tenang saja, aku bertemu Felix hanya untuk membahas masalah, bukan lainnya." Emily kembali berkata untuk meyakinkan Aaron.Aaron akhirnya membuka suara."Aku masih saja khawatir. Diantara kalian pernah ada hubungan emosional selama tiga tahun, sedangkan aku dan kamu sebelum ini tidak ada hubungan apa apa. Kamu bahkan tidak pernah menyukaiku.
Bagaimana Emily tidak kesal pada Aaron, dia sama sekali tidak ada persiapan.Aaron tidak memberitahu sebelumnya. Padahal Emily sudah berniat untuk meminta Aaron mengajaknya ke rumah Aaron.Tapi bukan sekarang!Emily dengan cepat merapikan baju dan rambutnya. Sekali lagi menatap Pakaian yang dikenakan."Ini sangat tidak baik!" Gerutu Emily.Aaron tahu jika Emily tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri, kemudian dia mencoba untuk menghibur."Kamu tidak tahu betapa kamu sangat cantik Emily. Apalagi setiap saat, kamu paling cantik di hatiku. Percayalah, kamu harus percaya diri.""Jangan menggombal! Percaya diri untuk ketemu hantu iya!" Emily sangat kesal dan menarik Aaron. Dia membuka mulutnya dengan lebar dan ingin menggigit lengan Aaron.Aaron bukannya menghindar malah memasang tubuhnya sambil tertawa, lalu dia berkata."Jangan gigit disini, tapi disini saja." Dia menunjuk lehernya.Emily langsung memalingkan wajahnya dengan wajah yang memerah. Lalu menyuruh Aaron untuk melepask
Kemudian Aaron tersenyum ke arah Emily."Itu tidak masalah. Kamu sangat cantik. Masih terlihat sangat cantik, sama sekali tidak terlihat kok.""Diam kamu!" Emily berteriak, dia Merasa sangat dirugikan sekarang."Kamu tahu bahwa aku akan bertemu dengan keluargamu! Kenapa melakukan ini?" Sambil berteriak marah sambil mengibaskan kemejanya yang sudah tidak bisa dikancingkan kembali. Emily juga mengusap kasar bibirnya yang bengkak."Kamu tidak melihat bibirku seperti apa ini? Lihat! Bajuku juga! Leher ku! Aku seperti Pelacur!""Aku malu Aaron! Aku malu!"Aaron terkejut dengan teriak Emily dan langsung panik."Sayang.. Baiklah, baiklah. Ini salahku. Kamu boleh marah. Kamu boleh memarahiku, memukulku atau menggigit ku. Jangan sedih ya?"Mendengar kata itu, Emily semakin marah dan langsung pergi.Aaron tentu sangat panik. Di dalam semua orang telah menunggu. Mereka sudah tahu jika Aaron hari ini akan pulang dengan membawa Emily. Jika dia membatalkan, tentu saja itu akan membuat kesannya jadi
"Ampuni aku." Khale membuat gerakan memohon ampunan."Sumpah! Aku tidak bermaksud untuk menguping. Tadi kami melihat mobilmu sudah pulang. Aku keluar bermaksud untuk menyambutmu dan ingin melihat kakak ipar. Tapi Kalian tidak juga keluar dari mobil…,"Khale berdehem sebentar."Kamu memang salah kak. Mobilmu sudah berada di halaman. Kamu malah mengganggunya dan tidak membiarkan dia turun. Semua orang sudah menunggu kalian, dan kamu malah berbuat seperti itu padanya. Gadis mana yang bisa menerima? Tentu dia akan marah."Aaron mengerutkan keningnya. "Aku Sudah mengatakan padanya, jika Kalian tidak akan peduli itu.""Tentu kami tidak akan peduli. Kamu telah dengan susah payah mendapatkannya. Kamu sudah berhasil mendapatkan malaikat penyelamat kamu yang terus kamu rindukan. Kami semua sangat bahagia." Khale menarik nafas."Tetapi Kakak Ipar tidak mengetahui apa apa. Dalam pikirannya, dia baru pertama datang kemari, ingin sekali memberi kesan terbaik, tapi kamu malah berbuat seperti itu. Wa
Bahkan Emily tidak berani untuk memikirkan bagaimana Keluarga Albarez memandang dirinya saat ini, mereka pasti akan berpikir jika dia adalah seseorang yang tidak sopan.Tetapi ini bukanlah kesalahannya, semua gara gara Aaron! Dia yang tidak memberitahu terlebih dahulu dan langsung membawanya kesana tanpa persiapan apapun.Jika dia pergi ke rumah seseorang dengan tangan kosong saja itu sudah bisa dikatakan memalukan. Jangankan Keluarga Aaron, keluarganya sendiri pun akan mengatakan begitu, Ayah dan ibunya juga pasti tidak akan mengampuninya.Ketika tiba tiba terdengar suara ketukan pintu, Emily yang sedang kesal semakin kesal dan mengusir orangnya."Aku tidak ingin keluar! Jangan menggangguku, aku ingin sendirian!" Teriak Emily, dia mengira jika orang yang berdiri di luar pintu hanyalah asisten rumahnya saja.Ketukan pintu kembali terdengar."Sudah ku katakan aku tidak mau keluar! Kenapa menggangguku? Apa tidak bisa membiarkan aku tenang sebentar?""Nona Emi…" suara Paman Asisten terde
Emily menatap Aaron yang terlihat kacau itu dengan teliti."Apa yang kamu katakan tadi?" Emily bertanya dengan ragu ragu."Aaron. Kamu tahu apa yang kutanyakan, seharusnya kamu tahu jawaban yang aku inginkan seperti apa, bukan,.."Tatapan Aaron menjadi semakin lembut, kemudian dia melangkah pelan untuk masuk ke kamar Emily."Aku tahu jawaban yang kamu inginkan, aku sudah menjawab yang sebenarnya. Aku tidak membohongimu." Ucap Aaron dengan nada masih pelan.Emily menjadi panik, dia mengatur nafasnya yang tiba tiba naik turun tak stabil. Entah kenapa jadi seperti itu, Emily juga tidak mengerti."Tidak mungkin kamu begitu menyukai ku. Kita baru mengenal berapa lama. Bagaimana mungkin kamu mempunyai cinta begitu banyak padaku?" Tanya Emily. Dia masih sangat penasaran.Emily memutar tubuhnya, sekarang mereka berhadapan."Kamu jangan berbohong. Bukan aku tidak pernah menyelidikimu. Aku pernah melakukan itu. Bahkan dengan sangat teliti. Bukan aku ingin lancang, tetapi aku memang perlu tahu.
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H