"Ampuni aku." Khale membuat gerakan memohon ampunan."Sumpah! Aku tidak bermaksud untuk menguping. Tadi kami melihat mobilmu sudah pulang. Aku keluar bermaksud untuk menyambutmu dan ingin melihat kakak ipar. Tapi Kalian tidak juga keluar dari mobil…,"Khale berdehem sebentar."Kamu memang salah kak. Mobilmu sudah berada di halaman. Kamu malah mengganggunya dan tidak membiarkan dia turun. Semua orang sudah menunggu kalian, dan kamu malah berbuat seperti itu padanya. Gadis mana yang bisa menerima? Tentu dia akan marah."Aaron mengerutkan keningnya. "Aku Sudah mengatakan padanya, jika Kalian tidak akan peduli itu.""Tentu kami tidak akan peduli. Kamu telah dengan susah payah mendapatkannya. Kamu sudah berhasil mendapatkan malaikat penyelamat kamu yang terus kamu rindukan. Kami semua sangat bahagia." Khale menarik nafas."Tetapi Kakak Ipar tidak mengetahui apa apa. Dalam pikirannya, dia baru pertama datang kemari, ingin sekali memberi kesan terbaik, tapi kamu malah berbuat seperti itu. Wa
Bahkan Emily tidak berani untuk memikirkan bagaimana Keluarga Albarez memandang dirinya saat ini, mereka pasti akan berpikir jika dia adalah seseorang yang tidak sopan.Tetapi ini bukanlah kesalahannya, semua gara gara Aaron! Dia yang tidak memberitahu terlebih dahulu dan langsung membawanya kesana tanpa persiapan apapun.Jika dia pergi ke rumah seseorang dengan tangan kosong saja itu sudah bisa dikatakan memalukan. Jangankan Keluarga Aaron, keluarganya sendiri pun akan mengatakan begitu, Ayah dan ibunya juga pasti tidak akan mengampuninya.Ketika tiba tiba terdengar suara ketukan pintu, Emily yang sedang kesal semakin kesal dan mengusir orangnya."Aku tidak ingin keluar! Jangan menggangguku, aku ingin sendirian!" Teriak Emily, dia mengira jika orang yang berdiri di luar pintu hanyalah asisten rumahnya saja.Ketukan pintu kembali terdengar."Sudah ku katakan aku tidak mau keluar! Kenapa menggangguku? Apa tidak bisa membiarkan aku tenang sebentar?""Nona Emi…" suara Paman Asisten terde
Emily menatap Aaron yang terlihat kacau itu dengan teliti."Apa yang kamu katakan tadi?" Emily bertanya dengan ragu ragu."Aaron. Kamu tahu apa yang kutanyakan, seharusnya kamu tahu jawaban yang aku inginkan seperti apa, bukan,.."Tatapan Aaron menjadi semakin lembut, kemudian dia melangkah pelan untuk masuk ke kamar Emily."Aku tahu jawaban yang kamu inginkan, aku sudah menjawab yang sebenarnya. Aku tidak membohongimu." Ucap Aaron dengan nada masih pelan.Emily menjadi panik, dia mengatur nafasnya yang tiba tiba naik turun tak stabil. Entah kenapa jadi seperti itu, Emily juga tidak mengerti."Tidak mungkin kamu begitu menyukai ku. Kita baru mengenal berapa lama. Bagaimana mungkin kamu mempunyai cinta begitu banyak padaku?" Tanya Emily. Dia masih sangat penasaran.Emily memutar tubuhnya, sekarang mereka berhadapan."Kamu jangan berbohong. Bukan aku tidak pernah menyelidikimu. Aku pernah melakukan itu. Bahkan dengan sangat teliti. Bukan aku ingin lancang, tetapi aku memang perlu tahu.
Emily langsung memukul lengan Aaron sambil tertawa."Haha.. Mana Mungkin. Ketika umur Lima belas tahun, adalah saat aku menduduki bangku SMA. Pengawasan kedua orang tuaku begitu ketat. Aku hanya pergi ke sekolah dan tidak diizinkan kemanapun. Aku tidak pernah pergi kemana mana. Kadang aku ingin pergi berlibur bersama teman teman, tapi Ayah selalu melarang. Aku tidak pernah pergi berlibur, kecuali hanya sekali waktu, itu pun hanya berlibur ke kampung halaman Nenek .."Kampung halaman?Ketika menyebut ini, Emily tertegun. Seperti ada kesan saat menyebut kampung halaman.Melihat ekspresi Emily, Aaron tahu bahwa Emily hampir mengingat sesuatu."Apa kamu sudah mengingat? Apa saja yang kamu lakukan di kampung halaman Nenekmu itu?"Emily seketika terbengong."Pada saat itu aku dikurung di sebuah gudang di halaman belakang. Mereka tidak menyiksaku, tetapi tidak memberiku air dan makanan sedikitpun dalam waktu yang cukup lama. Mungkin mereka ingin agar aku tidak bisa kabur. Benar saja,Aku Bahk
Dilihat dari kondisi Pemuda ini, sudah pasti dia sudah berada lama di gudang ini. Tanpa makanan dan air, Emily berpikir demikian."Kakak sudah makan?"Aaron menatap Emily dan kemudian menggeleng."Aku membawa buah ini. Apa kamu mau?" Emily mengangkat beberapa tangkai Buah Rambutan dan memasukan ke dalam Jendela.Aaron yang sangat kelaparan langsung membuka buah itu dan memakannya dengan sangat lahap.Sumpah demi apapun, buah ini sangatlah asam, dia tidak pernah memakan buah seperti ini sebelumnya.Tetapi demi perut yang tak pernah kemasukan apa apa setelah sekian lama, lidah Aaron tidak ingin merasakan apapun lagi.Aaron tersedak beberapa kali. Emily melihat itu, ada rasa iba begitu dalam."Kakak. Pelan pelan. Tunggu sebentar, aku akan mengambil air minum untukmu. Rumahku tidak terlalu jauh."Mendengar itu Aaron mendongak dan mendekatkan diri."Jangan beritahu siapapun. Atau mereka tidak akan mengampuniku lagi."Emily hanya mengangguk kemudian berlari. Setelah sampai dirumah, Nenek da
Kakek dan Nenek berlari keluar dan mendapati Emily sudah bernafas ngos ngosan."Tolong temanku Kek." Emily menunjuk Aaron yang sudah pingsan.Tentu kala itu Kakek panik dan segera mengajak Nenek untuk membawa Aaron masuk.Nenek segera mengurus Aaron yang mendadak demam.Begitu Aaron sudah membaik, Kakek sempat bertanya tentang Siapa Aaron. Aaron tidak ingin menyebutkan namanya.Emily yang mengerti dengan maksud Aaron, segera memberitahu Kakek dan Nenek jika Pemuda ini diculik seseorang. Seseorang yang sangat berbahaya.Kala itu Kakek tertawa dan tidak percaya."Baiklah. Kakek akan menghubungi polisi dan Polisi akan menemukan keluargamu segera."Tetapi Aaron benar benar memohon kepada Kakek untuk tidak menghubungi Polisi. Aaron khawatir yang datang nanti bisa jadi bukan polisi atau pihak keluarganya melainkan para penculik.Emily pun mencegah Kakek.Kakek masih tertawa. "Baiklah, baiklah. Aku tidak akan menghubungi siapapun. Beristirahat lah beberapa hari. Saat kamu sudah membaik, bole
Aaron mulai meneror Nomor Emily yang ia dapatkan dengan susah payah. Dia juga yang telah mengirim banyak Foto foto mesra Felix dengan beberapa wanita selingkuhannya. Aaron mendapatkan sebagian itu tentu dari orang orang suruhannya yang menyelidiki Felix.Ternyata Emily bukanlah wanita yang mudah percaya begitu saja hanya karena sebuah foto. Aaron tidak berhasil, sehingga dia perlu bekerja keras.Aaron kemudian menyelidiki secara khusus satu wanita yang ia bisa temukan bersama Felix.Dia Adalah Sekretaris Felix sendiri.Suatu hari disebuah kesempatan yang tepat, Aaron menemui secara langsung Wanita itu.Tentu saja wanita itu ketakutan ketika melihat siapa yang menemuinya. Sebagai seorang Sekretaris tentu dia begitu kenal siapa Aaron Albarez, meskipun baru ini bisa melihat langsung orangnya."Aku menjamin keselamatan mu dan keselamatan keluarga mu, jika kamu bersedia bekerja sama denganku." Ancam Aaron.Kemudian dia melempar sebuah koper berisi penuh dengan uang.Melihat uang begitu ban
Mendengar ucapan Putranya, Fic mendekat. "Cinta seorang pria yang besar, bisa meluluhkan hati wanita. Ketahuilah. Jangan membuat wanita marah. Dia akan luluh. Ayo, berjuang lah kembali untuk mendapatkan hatinya. Sedikit lagi Aaron. Sedikit lagi." Ucap Fic."Pelan pelan, kemudian dia akan mengingatmu. Pelan pelan, tidak masalah." Fic menyemangati Aaron.Pada saat itu Aaron ketakutan. Dia sangat takut kehilangan Emily. Dia sudah mendapatkannya, bagaimana jika terlepas?Aaron tidak bisa berpikir jernih ketika sedang memikirkan Emily. Dia seperti orang gila yang tidak waras. Ingin mengikat atau merantai Emily saja dan membawanya ke sebuah tempat yang tidak bisa ditemukan oleh orang lain.Flashback off!Aaron menggenggam kedua tangan Emily begitu erat, membiarkan air matanya luruh berjatuhan."Sekarang kamu tahu Alasan ku, kenapa aku bisa mempunyai begitu banyak cinta padamu? Sekarang kamu tahu, kenapa aku tidak bisa menahan diri ketika berada didekatmu?" Ucap Aaron."Emily. Apakah kamu ma