"Kamu Gila Ya? Ini masih terlalu pagi? Ayahku juga masih belum bangun!" Seru Emily."Tidak mengapa. Aku akan menunggu Ayah mertua ku bangun.""Baiklah. Jangan masuk dulu. Tunggu aku." Emily akhirnya kalah telak."Tidak usah repot. Itu aku melihat Bibi Asisten mu sudah bangun. Aku bisa meminta izin untuk masuk. Kamu lanjutkan tidurmu jika masih mengantuk. Aku akan menunggumu sayangku..""Diamlah disitu. Aku akan turun sebentar lagi. Awas ya? Jangan masuk dulu!" Bentak Emily."Dasar tidak waras! Bisa bisanya sepagi ini dia datang?" Emily menggerutu sambil menaruh ponselnya.Kemudian Emily melompat turun dari atas kasur kemudian buru buru ke kamar mandi untuk membersihkan bagian muka saja. Secepatnya dia berganti dan lari dari kamarnya untuk menemui Aaron.Dia bisa melihat Pria itu berdiri bersandar di sisi mobil.Aaron mengenakan pakaian Formal. Begitu terlihat sempurna. Sampai Emily tidak sadar jika ia telah terpukau beberapa saat. Tidak bisa dibohongi jika saat ini Emily mengakui jika
Chloe menatap Aaron dari ujung kaki hingga kepala. Kemudian melirik mobil milik Aaron yang terparkir tidak terlalu jauh.Sebenarnya Chloe sudah bersiap dengan segala kemungkinan, dia pernah menebak jika pria yang akan dibawa Emily adalah seorang bocah ingusan yang berpenampilan biasa saja.Tetapi Ini?Chloe tercengang sejenak. Dilihat dari jas yang dikenakan Aaron, sepatu dan wajah begitu tampan rupawan pria itu, dia sepertinya bukan Pria biasa saja. Wajahnya penuh berwibawa. Mobil yang dipakai juga bukan mobil mewah yang biasa dipakai orang kelas atas melainkan mobil termewah milik kaum elit.Benarkah dia pria yang sudah meniduri Putrinya? Aaron Albarez? Chloe seperti pernah mendengar nama itu."Hem. Masuklah dulu. Minum kopi sambil menunggu Ayah Emily bangun. Ayo!"Chloe berjalan masuk terlebih dahulu dan Emily menarik tangan Aaron untuk masuk.Emily mengajak Aaron duduk di ruang Tamu, sementara Chloe sudah pergi ke dapur untuk memasak sarapan pagi.Emily melirik Aaron. Dia terlihat
Kemudian Aaron meraih tangan Emily yang bengong karena tidak paham dengan apa yang sedang dibahas oleh Ayahnya itu dan membawa tangan mungil Emily ke dadanya."Tapi, Rumor itu hanya berlaku untuk orang lain. Tidak untuk Emily dan keluarganya. Karena Emily adalah satu satunya Wanita yang aku cintai. Dia adalah kesayangan Putra Mahkota Albarez. Jadi, aku akan menyayanginya dan seluruh keluarganya. Berjanji tidak akan menyakiti hati dan hidupnya walaupun hanya secuil saja."Mendengar Ucapan Aaron yang sangat tegas, Alan melirik Chloe."Mohon maaf Tuan Alan yang terhormat. Jadi begini, Kedatanganku kemari, karena anda mengundangku untuk datang menemui anda namun tujuan pertamaku adalah, untuk melamar Putri Anda. Apakah anda menerima ku? Jika anda menerima ku maka secepatnya aku akan membawa Ayah dan Ibuku datang kemari."Mendengar ucapan Aaron, Alan kembali menelan ludah.Jika orang lain, pasti akan merasa seperti kejatuhan bulan Putrinya bisa dilamar oleh Putra Mahkota dari keluarga Albar
Alan duduk dengan gelisah.Emily menatap hidangan diatas meja kemudian bertanya kepada Chloe."Ibu. Kenapa memasak begitu sedikit? Sepertinya tadi Ibu membeli begitu banyak bahan makanan?" Protes Emily."Jika aku memasak semua bahan makanan itu, ku rasa jam segini, kalian masih akan ada di ruangan tamu. Bisa jadi, calon suamimu ini akan pulang sore hari." Jawab Chloe sambil mengambil piring."Sebenarnya, itu tidak masalah Ibu. Aku akan semakin senang jika bisa seharian di Rumah kalian." Aaron menyela pembicaraan.Plak…Emily memukul bahu Aaron. "Itu memang mau mu! Sudah, ayo makan!"Suasana kembali hening. Semua terlihat mulai menyantap makanan.Wajah Aaron kembali penuh wibawa dengan bawaan yang begitu tenang dan Coll tetapi sorot matanya begitu mengerikan.Gaya makannya saja sangat terlihat jika dai adalah seorang Pangeran.Sarapan pagi akhirnya berakhir. Aaron terlihat berdiri dan membungkuk hormat di hadapan Alan dan Chloe."Ayah. Terima kasih atas Waktumu, dan Ibu, terimakasih at
Emily tidak menyangka jika Aaron yang terkenal Sebagai Putra Mahkota itu masih percaya dengan hal hal kuno seperti itu.Kemudian Emily berkata dengan nada kesal,"Semua tanggal itu sama baiknya Aaron! Tidak perlu serumit itu. Lagian kita ini sudah punya sertifikat pernikahan? Untuk apa lagi sih? Ayo cepat tentukan tanggal, atau kita tidak perlu menikah lagi." Seru Emily."Emily… Tidak bisa seperti itu. Aku ini sangat sangat mencintaimu. Begitu sangat dan terlalu amat sangat mencintaimu. Jadi aku tidak bisa memilih tanggal sembarang untuk pernikahan kita, karena aku takut akan tidak baik untuk rumah tangga kita nantinya." Jawab Aaron. Dia terus meminta Kim Sekretarisnya untuk menghubungi orang orang yang terkenal sebagai juru ramal."Berhenti! Atau aku aku pulang sekarang!" Emily sudah tidak tahan lagi Melihat Aaron.Aaron terdiam sejenak. "Baiklah. Lima menit lagi. Aku akan menelepon kakek buyutku terlebih dahulu."Emily sungguh kesal, dan akhirnya duduk kembali.Ketika menelpon Kakek
"Mereka kan sudah resmi. Apa yang perlu ditakutkan?" Ujar Fic."Oh iya. Tapi kan, aku khawatir menantuku itu ketakutan kalau Aaron terlalu agresif. Kalau dia kabur bagaimana?""Tidak akan. Aku sudah menentukan tanggal." Aaron segera bercerita jika tadi sudah menelepon Kakek buyut dan memintanya untuk mencarikan tanggal.Akhirnya mereka bernafas lega. Kesepakatan sudah dibuat, tanggal sudah ditentukan.Aaron sudah mengutus Kim untuk mengirim banyak hadiah untuk Keluarga Knight.Undangan sudah dicetak dan akan segera disebar. Urusan yang lainnya juga sudah ditangani oleh Aaron sendiri.Tadinya keluarga Emily ingin mencetak undangan sendiri, namun karena Aaron terlalu bersemangat dia hanya meminta daftar dari keluarga Emily dan mengatakan akan mencetak undangan mereka dan mengatakan untuk tidak perlu repot repot karena semua ini sudah menjadi tanggung jawab pihak Keluarga Pria.Aaron juga mengatakan jika beberapa hari lagi, orang tuanya akan segera datang kesana setelah Aaron membawa Emi
Emily terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kemudian dia mendongak dan tersenyum."Tidak Ayah. Aku tidak akan putus dengan Aaron. Aku akan menikahinya.""Emily. Maafkan ibu tadi. Sekarang, jangan memaksakan diri. Tidak apa apa jika kamu mau putus. Lupakan ucapan ibu tadi." Sekarang Chloe yang berbicara.Emily menoleh kepada Chloe. "Ibu. Benar apa katamu. Aaron sangat mencintaiku. Aku sendiri bisa merasakannya dari awal. Dia selalu mendengar semua ucapanku. Berbeda sekali dengan Felix. Aku pernah dicintai olehnya, tetapi Aaron, aku merasakan dia memang sangat berbeda. Dia pernah mengatakan, jika aku tidak perlu tahu seberapa banyak dia mencintaiku. Bahkan dia mengatakan, aku tidak perlu mencintainya. Cukup diam disisinya, dia yang akan mencintaiku sendirian saja.Jadi sekarang, aku memutuskan untuk mencintainya juga."Alan dan Chloe tertegun, kemudian mengangguk perlahan."Baiklah. Apapun itu, asal kamu Bahagia." Jawab Chloe.Emily akhirnya pergi ke kamar dengan penuh keyakinan.Saat su
Yang disana sejenak terdiam, lalu terdengar tertawa kecil."Ada apa? Apa keluarga itu sudah menyinggungmu? Atau kamu sedang ada masalah dengan mereka? Kamu harus berhati hati Aaron, keluarga Lewis bukan Keluarga biasa. Jadi mencari masalah dengan mereka seharusnya dihindari saja. Itu tidaklah penting." Ucap Elroy."Kamu takut dengan mereka?" Tanya Aaron."Hahaha.. Mana ada. Aku tidak pernah takut dengan keluarga mereka.""Kalau begitu aku memberimu waktu satu hari."Elroy tercengang. "Kamu gila ya? Satu hari? Kamu pikir aku siluman? Saat ini aku baru saja tiba di New York dan harus kembali ke tanah air, itu saja membutuhkan waktu seharian!" Elroy meninggikan suaranya."Dua hari.""Ah.. Baiklah! Dua hari. Dua hari lagi aku akan mengirimkan informasi lengkap Keluarga Lewis untukmu. Tak perlu khawatir, aku akan mengurus dengan benar." Dalam hati Elroy menggerutu, kenapa begitu sial bisa mengenal orang semacam Aaron Albarez ini?"Aaron!" Elroy kembali memanggil."Ada apa?""Jika terjadi s