Bibir Fic terlihat bergetar begitu juga dengan tangannya. Fic memang tidak bisa mengingat dengan baik wajah gadis yang ada pada malam itu. Tetapi ketika melihat kerlingan mata Erina, bentuk alis dan bibir Erina, Fic bisa merasakan jika itu begitu mirip. Ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Erina, dia akan teringat hal yang sama dengan hal yang pernah ada dimalam tiga bulan yang lalu itu.Pantas saja. Fic selalu merasa seperti Mengalami Dejavu. Itu karena gadis malam itu adalah Erina.Fic tidak tahu harus bagaimana sekarang. Pria yang membuatnya mati Penasaran itu ternyata adalah dirinya. Dosa besar yang sangat ingin ia lupakan, Gadis yang sudah ia koyak kesuciannya, ternyata adalah Erina.Apakah ini Takdir? Takdir yang begitu indah untuk menyatukan mereka.Jefri tersenyum penuh arti."Aku harus mengucapkan selamat kepada anda Tuan.""Nona Erina telah memberikan kesuciannya kepada anda. Kalian benar benar hebat. Bisa bertemu setelah berpisah, kemudian menikah dan saling jatuh cin
Di dalam kantor, Fic terus tersenyum membayangkan kenyataan yang ia ketahui semalam itu.Hatinya terus berdebar dipenuhi bunga bunga bermekaran. Seperti tidak tahan menunggu waktu sore untuk segera pulang berjumpa dengan Erina.Indahnya! Bertemu dan tiba tiba bercinta tanpa kesadaran, berpisah dan kemudian bertemu lagi lalu Fic jatuh cinta dan pada akhirnya menikah. Sekarang cintanya terbalas. Semua terasa indah bagi Fic.Sementara itu di kantor Stasiun Televisi. Mereka sedang berkumpul melihat beberapa Foto yang sedang tren di internet."Benarkah ini Foto Presdir Albarez beserta Nyonya Albarez?" Kak Awan menunjukan Foto."Iya benar! Ini adalah Presdir Albarez!" Yang lain berkomentar."Benarkah? Astaga! Seperti apa Wajah Nyonya Albarez? Pasti sangat cantik!" Oca berseru kemudian cepat mengamati.Siapa yang tidak mengenal Presdir Albarez meskipun itu hanya sekedar Foto saja. Dari auranya saja sudah bisa dikenali jika itu adalah Presdir Albarez. Apalagi Fotonya yang sangat menampakkan
Erina tidak mengerti kenapa Fic tiba tiba membawanya ke tempat yang paling ingin dilupakan dalam hidupnya.Fic tahu jika Erina berat untuk melangkah. Fic sengaja menggenggam erat tangan Erina."Ayolah. Di dalam sana, kejutan yang telah aku siapkan untukmu."Dengan sangat ragu Erina melangkah juga untuk mengikuti langkah kaki Fic. Padahal kaki Erina gemetaran, keringat dingin telah mengalir ke rahangnya. Bukan Erina tidak mengingat, dia masih sangat mengingat dengan jelas bagaimana bentuk jalan di ruangan ini bahkan setiap sudut ruangannya. Karena ketika pertama kali masuk kemari itu, dia datang dalam keadaan sadar seratus persen.Fic bukan tidak tahu jika Erina sedang tidak baik baik saja. Fic sempat tidak tega, tetapi demi memberi kejutan kepada Erina, Fic terpaksa berbuat setega ini.Fic berhenti di depan sebuah pintu kamar hotel. Seketika darah Erina membeku ketika matanya menatap Nomor yang ada di pintu hotel ini. Wajahnya langsung pucat pasi.Tidak salah lagi, ini adalah kamar di
Fic sedikit mengangkat tubuhnya. Dia menangkupkan kedua telapak tangannya ke pipi Erina."Jika kamu mendengar ini, kamu tidak akan percaya Erina."Fic menatap lekat kedua mata Erina. Fic sudah tidak sanggup untuk menahan sedikit lama lagi. Dia ingin segera memberitahu Erina kebenaran tiga bulan yang lalu.Erina masih menunggu."Katakan apa maksudmu Fic?""Erina. Tiga bulan yang lalu, malam kejadian yang terjadi padamu itu, apakah kamu tahu jika itu juga terjadi padaku?"" Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini? Apa kamu tidak bisa mencium aroma tubuhku?"Erina semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Fic."Pria yang telah menodaimu malam itu adalah aku, Erina. Dan Gadis yang pernah aku ceritakan padamu tempo lalu itu, adalah kamu."Hah!Erina begitu terkejut dan seketika terduduk."Kamu bilang apa?" Erina mengguncang bahu Fic yang juga ikut duduk."Gadis yang telah kunodai itu adalah kamu. Dan aku, adalah pria yang bersamamu malam itu. Disini, dikamar inilah."
Malam ini, di dalam kamar hotel ini tidak ada yang terjadi kepada Mereka berdua.Tidak ada adegan bercinta seperti malam tiga bulan yang lalu. Yang ada hanyalah sebuah cerita cinta yang terus menggetarkan kedua hati Mereka.Fic memeluk Erina dari belakang. Sementara Erina merebahkan kepalanya di dada Fic.Mereka sangat bahagia. "Erina. Maafkan aku telah meninggalkanmu setelah merenggut kesucianmu." Fic mencium kepala Erina beberapa kali."Maafkan aku juga Fic. Aku sudah mengumpat, membencimu dan bahkan pernah ingin membunuhmu. Padahal kamu telah menyelamatkan aku dari pria jahat." Erina menciumi tangan Fic."Aku bahagia Erina.""Aku juga." "Ayo kita tidur. Aku ingin memelukmu sampai pagi sambil membayangkan malam pertama kita yang panas itu."Erina menggigit lengan Fic."Jangan membayangkan malam itu. Itu sangat menjijikan!""Tidak mengapa. Tapi aku sangat suka."Fic menarik Erina ke kasur. Sekarang keduanya berbaring saling berhadapan.Erina terus memandangi wajah Erina."Tidurlah.
Melda dan Oca masih terbengong di depan Rumah besar itu.Tiba tiba gerbang itu terbuka. Dua Penjaga tampak terlihat mendekati mereka."Nona nona, silahkan masuk?" Satu penjaga mendekati mereka.Oca dan Melda terkejut. Masuk?"Maaf Tuan. Mungkin kami salah alamat." Jawab Melda."Ah, iya iya. Kami salah Alamat. Kalau begitu kami permisi." Oca membenarkan ucapan Melda dan segera menarik tangan Melda untuk pergi dari sana.Tetapi Penjaga segera berbicara yang membuat mereka tercengang."Nona. Bukankah kalian teman Nyonya Albarez? Silahkan masuk. Nyonya Albarez sudah menunggu kalian di dalam."Hah! Nyonya Albarez?Mereka berdua begitu tersentak. Kalau begitu, artinya mereka sedang berada di depan rumah Presdir Albarez. Pantas saja, rumah ini bak istana. Oca dan Melda tersenyum penuh malu."Bukan Tuan. Bukan. Maafkan kami. Maafkan kami. Ini hanya salah paham." Melda segera menarik tangan Oca. "Ayo cepat!" Melda menyuruh Oca untuk cepat pergi."Tapi Nyonya tadi mengatakan seperti itu, mem
Melda dan Oca menepuk keningnya masing masing. Kenyataan yang baru mereka ketahui adalah kenyataan yang luar biasa. Jika ini dijadikan berita, Ini bukan hanya sekedar berita panas! Tapi berita yang bisa menghebohkan seluruh dunia. Mereka tidak bisa membayangkan, bagaimana jika orang orang di Stasiun Televisi mengetahui jika Erina adalah Nyonya Albarez?Terutama Meli, yang selama ini selalu menghina dan merendahkan Erina. Mungkin Meli akan segera gantung diri.Mereka tertawa. Ini seperti lelucon. Konyol! Seperti dongeng dari sebuah Novel. Seperti drama yang sedang diputar di bioskop!Seorang Reporter telah menikah dengan Presdir Albarez! Pria yang begitu menjadi sorotan publik. Bahkan selama ini mereka sangat penasaran dengan sosok Istri dari Presdir Albarez! Tidak sadar jika Orang yang telah membuat Mereka penasaran ada didekat mereka."Kalian sudah tahu, jangan katakan kepada siapapun ya?" Pinta Erina."Hah.. begitu?""Suamiku masih banyak urusan. Tapi sebentar lagi akan mengumumkan
Ketika Penjaga hendak menyeret mereka, Ibu tiba tiba berlari ke arah Erina dan berkata."Erina. Aku sudah lumayan baik memperlakukan mu selama ini. Jika bukan karena aku menerimamu di rumah keluarga Handoyo, apakah kamu masih hidup sampai sekarang? Jika bukan karena Suamiku membawamu kesana dan memohon kepadaku agar aku mengizinkan kamu untuk tinggal, apa kamu masih bisa menatap dunia dan menikah dengan Presdir Albarez? Lalu, kalau bukan karena Handoyo membiayai perawatan kamu saat di rumah sakit ketika kamu koma, dia tidak akan menanggung begitu banyak hutang! Bahkan dia masih membiayai kuliahmu! Kamu jangan melupakan kebaikan kami Erina! Jangan air susu kamu balas dengan air tuba!"Erina tertegun, apa yang dikatakan ibu semua benar. Meskipun Erina pernah menyesal sudah masuk dalam keluarga itu, dan terus menerima ketidak baikan Mereka, namun kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan juga.Ketika Erina menimbang, tiba tiba Fic muncul di dari balik gerbang tanpa mobilnya. Semua o
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H