Melda dan Oca menepuk keningnya masing masing. Kenyataan yang baru mereka ketahui adalah kenyataan yang luar biasa. Jika ini dijadikan berita, Ini bukan hanya sekedar berita panas! Tapi berita yang bisa menghebohkan seluruh dunia. Mereka tidak bisa membayangkan, bagaimana jika orang orang di Stasiun Televisi mengetahui jika Erina adalah Nyonya Albarez?Terutama Meli, yang selama ini selalu menghina dan merendahkan Erina. Mungkin Meli akan segera gantung diri.Mereka tertawa. Ini seperti lelucon. Konyol! Seperti dongeng dari sebuah Novel. Seperti drama yang sedang diputar di bioskop!Seorang Reporter telah menikah dengan Presdir Albarez! Pria yang begitu menjadi sorotan publik. Bahkan selama ini mereka sangat penasaran dengan sosok Istri dari Presdir Albarez! Tidak sadar jika Orang yang telah membuat Mereka penasaran ada didekat mereka."Kalian sudah tahu, jangan katakan kepada siapapun ya?" Pinta Erina."Hah.. begitu?""Suamiku masih banyak urusan. Tapi sebentar lagi akan mengumumkan
Ketika Penjaga hendak menyeret mereka, Ibu tiba tiba berlari ke arah Erina dan berkata."Erina. Aku sudah lumayan baik memperlakukan mu selama ini. Jika bukan karena aku menerimamu di rumah keluarga Handoyo, apakah kamu masih hidup sampai sekarang? Jika bukan karena Suamiku membawamu kesana dan memohon kepadaku agar aku mengizinkan kamu untuk tinggal, apa kamu masih bisa menatap dunia dan menikah dengan Presdir Albarez? Lalu, kalau bukan karena Handoyo membiayai perawatan kamu saat di rumah sakit ketika kamu koma, dia tidak akan menanggung begitu banyak hutang! Bahkan dia masih membiayai kuliahmu! Kamu jangan melupakan kebaikan kami Erina! Jangan air susu kamu balas dengan air tuba!"Erina tertegun, apa yang dikatakan ibu semua benar. Meskipun Erina pernah menyesal sudah masuk dalam keluarga itu, dan terus menerima ketidak baikan Mereka, namun kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan juga.Ketika Erina menimbang, tiba tiba Fic muncul di dari balik gerbang tanpa mobilnya. Semua o
Bagaimanapun juga Rania sang Ibu masih keberatan jika Erina memutuskan hubungan dengan mereka. Dia masih memikirkan masa depan Perusahaan Handoyo. Berharap jika Presdir Albarez yang sekarang adalah Suami Erina akan mau membantu Perusahaan mereka, dengan begitu Perusahaan mereka pasti akan bisa lebih maju."Erina, seharusnya kamu jangan ingin memutuskan hubungan kita. Aku tahu kami pernah bersalah padamu. Tapi aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri."Mendengar Ibunya berkata demikian, Alika marah. Dia menarik tangan Ibunya."Putus hubungan ya putus saja Bu. Apa yang bisa diharapkan lagi dari Erina? Memang seharusnya dia tidak pernah masuk ke keluarga kita. Menyebabkan Ayah lebih menyayangi dia daripada kita. Dia itu pengganggu, bahkan terus mengganggu hubunganku dengan Rafael!"Rania langsung melotot. "Mulutmu Alika. Tidak baik bicara seperti itu pada Erina."Alika tidak peduli malah menatap sinis ke arah Erina. "Kalau bukan karena kamu, Perusahaan kami masih akan baik baik saj
Fic bukanlah orang yang pandai merangkai kata, padahal dia ingin menenangkan istrinya. Jadi Fic langsung memeluk tubuh Erina dengan begitu erat dan berusaha untuk memberikan ketenangan melalui pelukannya.Selesai menceritakan masa lalunya yang sulit, Erina kemudian bertanya masih dalam dekapan suaminya."Apa kamu menyesal telah melepaskan Perusahan Handoyo?""Apa kamu ingin tau?" Fic berbicara dengan pelan. "Aku menyesal. Apalagi setelah mendengar bagaimana perlakuan Mereka kepadamu di masa lalu. Seharusnya aku malah membunuh mereka saja.""Fic. Kamu sudah berjanji? Bagaimana kamu akan mengingkarinya?" Erina mendongak."Ya. Aku akan melepaskan mereka, tetapi aku ingin agar Perusahaan itu kembali untuk Handoyo lagi. Bukan Rania atau Menantunya itu.""Bagaimana caranya?" Tanya Erina.Fic tersenyum. "Itu adalah urusanku. Jadi kita akan membantu Handoyo untuk bisa kembali mengambil haknya."Erina mengangguk, sudah mempercayakan semuanya pada Fic saja."Sekarang jangan biarkan orang menin
Fic tersenyum, dia tahu Erina sedang kecewa padanya. Tidak masalah bagi Fic, karena sebenarnya dia sedang menyiapkan suatu kejutan luar biasa untuk Erina."Sebenarnya, aku sudah menyiapkan kejutan besar untuk kamu disana. Aku juga berniat untuk mengundangmu meskipun hanya sebagai tamu, karena pernikahan kita masih ingin aku publikan setelah Peresmian Perusahaan baru itu." Fic menarik nafas. "Lalu mengenai undangan untuk Stasiun Televisi itu, benar katamu tadi, aku sama sekali tidak tahu menahu tentang itu. Semua itu sudah pekerjaan tim pelaksanaan pesta. Mereka bisa menilai mana mana Stasiun Televisi yang pantas untuk diundang. Alasan mereka juga tepat, karena mereka hanya mengenal kamu sebagai reporter andalan Televisi itu. Mereka belum tahu, jika kamu telah keluar dari pekerjaanmu."Erina mengangguk angguk, semua yang dikatakannya Fic masuk akal."Tapi, aku dengar tadi, teman kamu meminta bantuanmu? Apa kamu akan membantu Mereka?"Erina menyerngitkan alisnya. Fic berkata demikian,
Rafael datang ketika mendengar keributan. Dia langsung tertegun ketika melihat Erina.Dia terkagum-kagum akan kecantikan Erina. Selama hidupnya, dia menganggap jika Erina adalah wanita yang paling cantik baginya, tetapi hari ini Rafael harus mengakui, bukan hanya dirinya atau bukan bagi dirinya saja, semua orang telah mengatakan, jika Erina memang wanita yang paling cantik.Sementara itu, Melda melihat ada dua Pria asing yang sejak tadi berdiri disana seperti sedang mengawasi Erina. Dia mengira jika dua pria itu adalah orang jahat. Melda segera memberi tahu Erina dan akan segera meminta kak Awan memanggil security agar mengusir orang asing yang tidak berkepentingan di dalam Stasiun Televisi ini.Erina terkejut ketika Menoleh ke arah telunjuk Melda dan langsung mencegah. "Mereka, mereka itu.." Erina lalu berbisik di telinga Melda."Mereka, orang orangnya suamiku yang sengaja bekerja untuk mengawasi ku.""Wah! Erina, kamu hebat ya? Sekarang pergi harus dengan pengawal!""Diam! Jangan
Kak Awan dan timnya pun kaget, mereka tidak menyangka jika mendapatkan kejutan besar. Kenapa Tim mereka mendapatkan Posisi terbaik di acara ini? Bangku mereka sudah diatur oleh Penyelenggara Acara. Mereka mendapatkan tempat tepat di paling depan dan dekat. Sementara Tim Televisi Terbaik di kota ini malah berada di belakang Mereka memandang mereka dengan tidak percaya.Namun hal yang lebih membuat semua orang merasa aneh sekaligus iri adalah, Bisa bisanya posisi Erina ditempatkan di kursi tamu terhormat, di barisan pertama."Nyonya Erina Clarissa Handoyo, ini adalah kursi Anda. Kami sudah mengaturnya." Seorang Tim acara menyambut Erina dengan sangat sopan.Bagaimana mungkin? Erina tertegun menatap kursi yang berada ditengah tengah barisan tamu terhormat itu, lalu para pembawa berita televisi malah ditempatkan di pojokan barisan kedua.Erina tidak berani duduk, dia nampak sangat gelisah dan dia bergerak ke belakang.Oca berkata dengan menunjuk kursi di depan."Erina, itu kursimu. Duduk
Ketika semua orang sedang terbuai, tiba tiba, baik Kak Awan, Editor Sania dan Bos Aditya teringat sesuatu. Kenapa nama Perusahaan baru Galaxy Group mirip seperti nama Erina? Mereka hampir saja berpikir jika itu memang nama Erina."Erina Clarissa, kenapa Mirip dengan Nama Erina?" Editor Sania berkata pada Bos Aditya. Meli yang mendengar itu tertawa. "Hanya kebetulan mirip. Tetapi bukan. Karena mana mungkin?"Sementara saat ini, jantung Erina sudah tidak dapat di kondisikan, berdetak cukup kencang. Semakin berdebar manakala Fic kembali berkata."Perusahaan Erina Clarissa ini, aku dirikan demi istriku Tercinta. Wanita yang sangat aku cintai. Erina Clarissa Handoyo. Aku mencintaimu, selamanya."Semua orang langsung gegap gempita.Erina Clarissa Handoyo! Itu nama istri Presdir Albarez ya?Ya ampun. Semua orang disana terlihat sangat bersemangat. Hanya Rafael satu satunya orang yang berwajah tidak enak dilihat. Dia nampak menyipitkan kedua matanya dengan kening yang berkerut.Jujur saja
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H