Kelvin segera memeriksa apa yang telah terekam oleh Kamera kecil itu.Isinya, begitu mengejutkan semua orang. Tampak begitu jelas Adreno sedang membeberkan semua kejahatannya.Erina yang mendengar pengakuan Adreno merasa begitu sedih dan meneteskan air mata. Meskipun selama ini dia tidak bisa mengingat bagaimana wajah kedua orang tuanya dan juga kenangan bersama mereka, tetapi mengetahui jika kematian kedua orang tuanya adalah rencana Adreno, Erina merasa sangat marah dan sedih. Terlebih bukan hanya Orang tuanya yang harus mati karena ulah Adreno, tetapi orang tua Fic juga.Fic cepat merangkul tubuh Erina ketika melihat tubuh istrinya bergetar."Adreno akan menerima hukuman yang setimpal. Jangan menangis. Cukup! Kamu sudah terlalu banyak kehilangan air matamu."Diantara mereka, Nyonya Sulis yang sangat marah. "Adreno Bajingan! Adreno biadab! Aku ingin dia membusuk di penjara untuk selamanya!"Tiba-tiba Erina teringat kedua orang tua Alea. Jangan sampai mereka menjadi korban kekejaman
Masa penderitaan Erina rupanya benar-benar telah berakhir setelah Adreno kini mendekam di Penjara.Adreno telah divonis hukuman pidana selama seumur hidup atas banyak sekali tuduhan. Sebenarnya, hukuman seumur hidup ini sudah termasuk ringan karena beberapa kali Fic sendiri yang meminta keringanan karena Vonis dari hakim untuk Adreno adalah hukuman mati.Namun siapa yang menyangka, jika Adreno rupanya tak sanggup untuk menatap dunia yang baginya saat ini sangat gelap dan sedang menertawakan dirinya, pada akhirnya Adreno memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di sebuah kamar mandi tahanan.Sejak kejadian itu, Ibunya Rafael pergi keluar negeri untuk menutup mata dan telinganya dari kenyataan yang begitu meluluhlantakkan perasaannya. Tetapi tidak untuk Rafael, dia tetap bertahan disini karena keinginan dari Tuan Besar Alfian.Lagi pula Rafael telah menyalahkan semua ini adalah murni kesalahan dari Ayahnya. Sebab itu Rafael tidak terlalu terbebani saat Ayahnya meninggal duni
Emily Knight sudah bertunangan dengan Felix Lewis. Hubungan mereka bahkan sudah memasuki tahun yang ketiga.Kedua belah pihak keluarga Ternama itu sudah membahas lebih lanjut mengenai hubungan Putra Putri kesayangan mereka. Dan hari pernikahan akan terjadi dua bulan lagi dimulai dari sekarang.Senja itu Emily sedang berada di kamar. Dia melirik ponselnya yang bergetar.Ada beberapa pesan gambar masuk ke dalam chat WhatsApp dari sebuah nomor yang tidak dikenal.Setelah memeriksa Emily mengerutkan alisnya. Gambar itu berupa foto foto mesra Felix dengan beberapa wanita.Ini bukan lah pertama kalinya dia mendapatkan pesan gambar tidak senonoh seperti itu.Beberapa hari yang lalu dan beberapa Minggu yang lalu dia pun mendapatkannya, dan anehnya dari Nomor ponsel yang berbeda beda.Bukan Emily tidak menanyakan tentang kebenaran foto foto itu,, dia sering membahas masalah ini dengan Felix langsung. Tetapi Felix selalu mengatakan jika itu hanya segelintir orang orang yang tidak menyetujui hu
"Emi.. Emily.. Dengarkan aku dulu!" Felix berteriak memanggil pujaan hatinya, tetapi Emily tidak akan pernah ingin peduli lagi. Emily terus melangkah pergi bahkan dengan berlari."Argh…. bagaimana bisa Emily datang kemari? Dasar sial!!" Felix kemudian masuk kedalam kamar untuk memakai pakaian lengkap."Sayang. Jangan pedulikan Emily, ada aku yang mencintaimu dengan tulus disini." Wanita yang sudah telanjang itu mendekati Felix.Felix langsung menoleh. "Apa kamu yang sudah memberitahunya?" Felix tiba tiba mencekik wanita itu."Fel, Fel, lepas!"Felix mendorong wanita itu sampai terjatuh ke Ranjang."Aku bertanya, kamu yang menelponnya?" Kembali Felix bertanya. Wanita itu terdiam dan hanya menunduk."Jawab!" Felix sudah mengangkat tinggi tangannya.Wanita itu ketakutan sekali. "Maafkan aku, itu karena aku mencintaimu." Dia menjawab dengan pelan.PLAK!!!Felix menampar wajah wanita itu dengan sangat kuat."Kau gila ya? Kamu ingin melawan Emily Knight? Kamu itu hanya sampah! Mengerti? Ma
"Kamu sudah bangun?" Pria itu menyapa sambil melepas handuk begitu saja dihadapan Emily.Emily membuang muka. Pria itu hanya tersenyum kemudian berganti."Apa kamu tidak ingin mandi? Aku sudah menyiapkan pakaian ganti untukmu." Pria itu menaruh pakaian baru seorang wanita di atas Ranjang.Emily melirik sedikit saja dan kemudian melilit tubuhnya dengan selimut. Tanpa bicara Emily menyambar pakaian di atas Ranjang lalu bangun dan melangkah.Tetapi dia hampir saja terjatuh ketika merasakan kesusahan saat berjalan."Aku akan membantumu ke kamar mandi." Pria itu dengan cepat menopang tubuh Emily yang hampir terjatuh.Emily seketika memukul tangan pria itu."Lepas!""Kamu ini sedang kesusahan berjalan. Dan itu karena perbuatan ku. Jangan keras kepala!" Pria itu mengangkat tubuh Emily dan membawanya ke kamar mandi.Wajah Emily saat ini memerah antara marah dan malu, kemudian mengusir Pria itu."Keluar!""Kamu malu? Semalam aku sudah melihat semuanya."Wajah Emily semakin memerah. "Keluar cepa
Hampir dua jam Emily berada di Biro Urusan Sipil bersama Pria yang bernama Aaron itu.Terlihat sekali wajah Aaron begitu senang dan tersenyum puas menatap Sertifikasi pernikahan mereka yang berada di tangannya.Tetapi tidak bagi Emily. Wajahnya begitu murung dan nampak sangat putus asa."Sayangku… Kenapa kamu terlihat tidak bahagia?"Mendengar itu Emily seperti ingin muntah rasanya."Itu memang benar. Aku sungguh tidak bahagia." Emily berbicara sambil berjalan keluar.Aaron mengikuti dengan berjalan di sampingnya."Hem. Tidak mengapa. Itu wajar saja. Kamu baru beberapa menit menjadi istriku. Tapi kedepannya kamu pasti akan bahagia.""Cukup!" Emily ingin sekali membungkam mulut pria itu.Emily merasa kepalanya sangat pusing."Aku mau pulang.""Oke. Ayo." Aaron menarik tangan Emily ke dalam mobilnya."Jangan mengantarku pulang!" Emily ingin keluar dari mobil, tetapi Aaron sudah menjalankan mobilnya."Tenanglah. Aku akan menurunkanmu jauh sebelum rumahmu."Emily hanya melirik saja kemudi
Wajah Felix memerah ketika mendengar Ayah Emily mengusirnya."Paman, tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.""Ayah ku sudah mengusirku. Jadi pergilah!" Emily menunjuk Felix yang masih saja bersikeras."Emily. Kamu menyalahkan aku, tapi bagaimana dengan dirimu?" Felix tiba tiba bertanya demikian."Aku? Apa maksudmu?"Felix sedikit tersenyum. "Aku ingin bertanya. Dengan siapa kamu semalam?"Emily sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Felix."Dengan siapa? Kenapa tiba tiba kamu bertanya demikian? Apa kamu melihat aku dengan siapa?" Emily bertanya penuh selidik."Kamu tidak pulang semalaman. Kamu juga tidak ada dimana mana. Lalu kamu pulang dengan pakaian yang sudah berganti. Apa kalau bukan kamu dengan seseorang? Dan itu apa?" Felix menunjuk leher Emily."Apa?" Emily reflek mengusap bagian leher yang ditunjuk oleh Felix."Aku tidak bodoh Emily. Tanda merah di lehermu itu adalah bukti jika semalam kamu bersama dengan seorang Pria!"Emily langsung merogoh Pons
"Kamu Gila Ya? Ini masih terlalu pagi? Ayahku juga masih belum bangun!" Seru Emily."Tidak mengapa. Aku akan menunggu Ayah mertua ku bangun.""Baiklah. Jangan masuk dulu. Tunggu aku." Emily akhirnya kalah telak."Tidak usah repot. Itu aku melihat Bibi Asisten mu sudah bangun. Aku bisa meminta izin untuk masuk. Kamu lanjutkan tidurmu jika masih mengantuk. Aku akan menunggumu sayangku..""Diamlah disitu. Aku akan turun sebentar lagi. Awas ya? Jangan masuk dulu!" Bentak Emily."Dasar tidak waras! Bisa bisanya sepagi ini dia datang?" Emily menggerutu sambil menaruh ponselnya.Kemudian Emily melompat turun dari atas kasur kemudian buru buru ke kamar mandi untuk membersihkan bagian muka saja. Secepatnya dia berganti dan lari dari kamarnya untuk menemui Aaron.Dia bisa melihat Pria itu berdiri bersandar di sisi mobil.Aaron mengenakan pakaian Formal. Begitu terlihat sempurna. Sampai Emily tidak sadar jika ia telah terpukau beberapa saat. Tidak bisa dibohongi jika saat ini Emily mengakui jika