Masa penderitaan Erina rupanya benar-benar telah berakhir setelah Adreno kini mendekam di Penjara.
Adreno telah divonis hukuman pidana selama seumur hidup atas banyak sekali tuduhan. Sebenarnya, hukuman seumur hidup ini sudah termasuk ringan karena beberapa kali Fic sendiri yang meminta keringanan karena Vonis dari hakim untuk Adreno adalah hukuman mati.Namun siapa yang menyangka, jika Adreno rupanya tak sanggup untuk menatap dunia yang baginya saat ini sangat gelap dan sedang menertawakan dirinya, pada akhirnya Adreno memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di sebuah kamar mandi tahanan.Sejak kejadian itu, Ibunya Rafael pergi keluar negeri untuk menutup mata dan telinganya dari kenyataan yang begitu meluluhlantakkan perasaannya. Tetapi tidak untuk Rafael, dia tetap bertahan disini karena keinginan dari Tuan Besar Alfian.Lagi pula Rafael telah menyalahkan semua ini adalah murni kesalahan dari Ayahnya. Sebab itu Rafael tidak terlalu terbebani saat Ayahnya meninggal dunia. Dia menganggap jika hukuman itu pantas untuk Ayahnya dibanding Erina dan Fic yang telah kehilangan orang tua Mereka karena kejahatan Ayahnya Sementara Tuan Besar Alfian sudah merelakan semuanya dengan ikhlas.Disisi lain,Alea kini tinggal di Villa Nyonya Ely atas permintaan Nyonya Ely sendiri dan kedua orang tuanya juga dipekerjakan sebagai pelayan disana. Hidup mereka damai berdampingan dengan Alea yang sekarang bekerja sebagai Asisten pribadi Nyonya Ely, sementara Kelvin telah menjadi Sekretaris Perusahaan keluarga Mentari meskipun belum ada pemimpin yang jelas. Sebab baik Fic maupun Erina sendiri masih belum mau mengambil alih perusahaan Keluarga Pradita meskipun Nyonya Ely sudah membujuk mereka berulang kali.Hari ini, Rafael berencana untuk pergi ke Villa Nyonya Ely untuk Secara pribadi meminta maaf atas perbuatan Ayahnya, setelah beberapa Waktu yang lalu Rafael juga telah menemui Fic dan Erina untuk meminta maaf juga.Saat ini Rafael telah selesai berbincang dengan Nyonya Ely. Nyonya Ely tidak pernah menyalahkan Rafael dan telah melupakan semuanya.Saat Rafael hendak berdiri untuk berpamitan, tiba-tiba sosok gadis imut muncul di hadapan mereka.Mata, bibir dan hidungnya begitu mirip dengan Erina meskipun wajah mereka tidaklah sama.Rafael sedikit tertegun menatap gadis yang tak menghiraukannya itu."Nenek. Ada telepon dari Kelvin." Alea mengulurkan Ponsel milik Nyonya Ely.Beberapa saat setelah Nyonya Ely selasai menerima Panggilan, dia menatap Rafael yang masih terpana menatap Alea."Rafael. Ada apa?""Ah, ti, tidak. Itu, dia siapa?" Rafael sedikit gugup dan bertanya pada Nyonya Ely mengenai gadis di hadapannya itu."Oh.. kenalkan. Dia Alea, gadis yang pernah diutus Ayah kamu untuk melabuhi kami tempo dulu. Tapi semua sudah berlalu. Dia saat ini telah tinggal di sini dan menjadi cucu angkatku.""Ah. Iya, aku sudah pernah melihatnya beberapa kali. Ah, tapi belum pernah melihat sedekat ini. Jadi, aku sedikit kurang paham." Tentu saja Rafael berkata demikian karena dia memang beberapa kali pernah bertemu dengan Alea tetapi tidak pernah fokus untuk memperhatikannya."Tidak mengapa. Eh, tapi ini kamu mau kemana?" Tanya Nyonya Ely karena melihat Rafael telah berdiri."Aku harus berpamitan Nek, karena masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."Nyonya Ely menoleh pada Alea kemudian kembali pada Rafael.Dia seperti menangkap sesuatu pada tatapan Rafael yang tertuju pada Alea. Ini sepertinya ide yang bagus!"Rafael, bisakah aku meminta tolong padamu?" Tiba-tiba Nyonya Ely berkata demikian. Rafael mengangguk."Tentu saja boleh Nek? Ada apa?""Bisakah kamu mengantar Alea ke perusahaan? Ada berkas penting milik perusahaan yang tertinggal. Tadi Kelvin menelpon dan meminta Alea untuk mengantarnya.""Tidak mengapa. Aku bisa mengantarnya." Jawab Rafael. Alea pun tidak membantah karena dia sendiri memang belum mengetahui dimana letak perusahaan yang dimaksud Nenek.***Hari terus berlalu, Bulan juga telah berganti. Berawal dari mengantar Alea, entah apa karena Alea punya kemiripan hidung, Mata dan bibir dengan Erina, atau karena lain, Rafael mulai berdebar ketika menatap Alea. Lalu seiring waktu berjalan, Rafael terus mendekati Alea dan sekarang memutuskan untuk melamar Alea.Sementara bayi dalam kandungan Erina yang mereka nantikan akhirnya terlahir ke dunia membawa kebahagiaan bagi seluruh keluarga.Bayi laki-laki yang diberi nama Aron Albarez ini akan menjadi Penerus untuk Perusahaan keluarga.Masa bahagia mereka terus bergulir hingga tak terasa Aron sang Putra Mahkota beranjak Remaja.Siapa yang menduga, kedamaian hidup Fic dan Erina kembali diuji untuk sekali lagi.Saat ulang tahun Aron Albarez yang ke 19 Tahun, Aron diculik.Upaya apapun telah Fic kerahkan untuk mencari Putranya dan mengusut kejadian. Tetapi Fic tidak mendapatkan Informasi apapun. Entah apa yang diinginkan penculik pada saat itu, sepertinya mereka benar-benar hanya ingin melihat keluarga Fic hancur berkeping.Erina begitu Frustasi hingga hampir gila! Hingga di saat titik keputus-asaan mereka, tiba-tiba Telpon mereka berdering di tengah malam.Karena menduga jika itu adalah penculik yang telah menculik Aron, Fic segera mengangkatnya dengan terburu-buru."Ayah. Ini aku! Kirim seseorang untuk menjemputku. Aku, aku berhasil selamat dari para penculik itu, tetapi aku dalam keadaan sakit."Panggilan dari Tuan muda Aron ini benar-benar telah membuat dunia keluarga Albarez yang hampir runtuh seketika kembali bangkit dan bersinar.Malam itu juga Fic mengutus anak buah andalan dan orang-orang kepercayaannya untuk menjemput sang Putra Mahkota ke alamat yang telah disebutkan Aron tadi.Aron kini telah berada dirumah besar keluarga Albarez meskipun dalam keadaan yang begitu lemah, kacau dan kurus.Aron hanya bisa menyebutkan satu Kalimat saja sebelum pada akhirnya pingsan dan memerlukan perawatan intensif yang cukup lama."Gadis kecil itu yang telah menyelamatkan aku."***Sejak kejadian kembalinya Putra Mahkota, Fic menjadi benar-benar Gila. Dia membentuk sebuah kekuatan luar biasa dan terkenal begitu kejam. Dia menyatukan keluarga Pramudita dari keluarga istrinya, kemudian keluarga Alfian dari Pimpinan Rafael saat ini, untuk menjadi satu dengan keluarga Albarez.Hingga Keluarga Albarez yang dulu hanya dikenal dingin dan hanya pandai dalam berbisnis sekarang telah mempunyai julukan baru.Karena baik Fic maupun Erina, tidak lagi memiliki toleransi pada setiap kesalahan sedikitpun dari musuh mereka.Siapapun yang berani menyinggung atau menyentuh keluarga Albarez, maka mereka harus bersiap untuk berakhir.Emily Knight sudah bertunangan dengan Felix Lewis. Hubungan mereka bahkan sudah memasuki tahun yang ketiga.Kedua belah pihak keluarga Ternama itu sudah membahas lebih lanjut mengenai hubungan Putra Putri kesayangan mereka. Dan hari pernikahan akan terjadi dua bulan lagi dimulai dari sekarang.Senja itu Emily sedang berada di kamar. Dia melirik ponselnya yang bergetar.Ada beberapa pesan gambar masuk ke dalam chat WhatsApp dari sebuah nomor yang tidak dikenal.Setelah memeriksa Emily mengerutkan alisnya. Gambar itu berupa foto foto mesra Felix dengan beberapa wanita.Ini bukan lah pertama kalinya dia mendapatkan pesan gambar tidak senonoh seperti itu.Beberapa hari yang lalu dan beberapa Minggu yang lalu dia pun mendapatkannya, dan anehnya dari Nomor ponsel yang berbeda beda.Bukan Emily tidak menanyakan tentang kebenaran foto foto itu,, dia sering membahas masalah ini dengan Felix langsung. Tetapi Felix selalu mengatakan jika itu hanya segelintir orang orang yang tidak menyetujui hu
"Emi.. Emily.. Dengarkan aku dulu!" Felix berteriak memanggil pujaan hatinya, tetapi Emily tidak akan pernah ingin peduli lagi. Emily terus melangkah pergi bahkan dengan berlari."Argh…. bagaimana bisa Emily datang kemari? Dasar sial!!" Felix kemudian masuk kedalam kamar untuk memakai pakaian lengkap."Sayang. Jangan pedulikan Emily, ada aku yang mencintaimu dengan tulus disini." Wanita yang sudah telanjang itu mendekati Felix.Felix langsung menoleh. "Apa kamu yang sudah memberitahunya?" Felix tiba tiba mencekik wanita itu."Fel, Fel, lepas!"Felix mendorong wanita itu sampai terjatuh ke Ranjang."Aku bertanya, kamu yang menelponnya?" Kembali Felix bertanya. Wanita itu terdiam dan hanya menunduk."Jawab!" Felix sudah mengangkat tinggi tangannya.Wanita itu ketakutan sekali. "Maafkan aku, itu karena aku mencintaimu." Dia menjawab dengan pelan.PLAK!!!Felix menampar wajah wanita itu dengan sangat kuat."Kau gila ya? Kamu ingin melawan Emily Knight? Kamu itu hanya sampah! Mengerti? Ma
"Kamu sudah bangun?" Pria itu menyapa sambil melepas handuk begitu saja dihadapan Emily.Emily membuang muka. Pria itu hanya tersenyum kemudian berganti."Apa kamu tidak ingin mandi? Aku sudah menyiapkan pakaian ganti untukmu." Pria itu menaruh pakaian baru seorang wanita di atas Ranjang.Emily melirik sedikit saja dan kemudian melilit tubuhnya dengan selimut. Tanpa bicara Emily menyambar pakaian di atas Ranjang lalu bangun dan melangkah.Tetapi dia hampir saja terjatuh ketika merasakan kesusahan saat berjalan."Aku akan membantumu ke kamar mandi." Pria itu dengan cepat menopang tubuh Emily yang hampir terjatuh.Emily seketika memukul tangan pria itu."Lepas!""Kamu ini sedang kesusahan berjalan. Dan itu karena perbuatan ku. Jangan keras kepala!" Pria itu mengangkat tubuh Emily dan membawanya ke kamar mandi.Wajah Emily saat ini memerah antara marah dan malu, kemudian mengusir Pria itu."Keluar!""Kamu malu? Semalam aku sudah melihat semuanya."Wajah Emily semakin memerah. "Keluar cepa
Hampir dua jam Emily berada di Biro Urusan Sipil bersama Pria yang bernama Aaron itu.Terlihat sekali wajah Aaron begitu senang dan tersenyum puas menatap Sertifikasi pernikahan mereka yang berada di tangannya.Tetapi tidak bagi Emily. Wajahnya begitu murung dan nampak sangat putus asa."Sayangku… Kenapa kamu terlihat tidak bahagia?"Mendengar itu Emily seperti ingin muntah rasanya."Itu memang benar. Aku sungguh tidak bahagia." Emily berbicara sambil berjalan keluar.Aaron mengikuti dengan berjalan di sampingnya."Hem. Tidak mengapa. Itu wajar saja. Kamu baru beberapa menit menjadi istriku. Tapi kedepannya kamu pasti akan bahagia.""Cukup!" Emily ingin sekali membungkam mulut pria itu.Emily merasa kepalanya sangat pusing."Aku mau pulang.""Oke. Ayo." Aaron menarik tangan Emily ke dalam mobilnya."Jangan mengantarku pulang!" Emily ingin keluar dari mobil, tetapi Aaron sudah menjalankan mobilnya."Tenanglah. Aku akan menurunkanmu jauh sebelum rumahmu."Emily hanya melirik saja kemudi
Wajah Felix memerah ketika mendengar Ayah Emily mengusirnya."Paman, tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.""Ayah ku sudah mengusirku. Jadi pergilah!" Emily menunjuk Felix yang masih saja bersikeras."Emily. Kamu menyalahkan aku, tapi bagaimana dengan dirimu?" Felix tiba tiba bertanya demikian."Aku? Apa maksudmu?"Felix sedikit tersenyum. "Aku ingin bertanya. Dengan siapa kamu semalam?"Emily sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Felix."Dengan siapa? Kenapa tiba tiba kamu bertanya demikian? Apa kamu melihat aku dengan siapa?" Emily bertanya penuh selidik."Kamu tidak pulang semalaman. Kamu juga tidak ada dimana mana. Lalu kamu pulang dengan pakaian yang sudah berganti. Apa kalau bukan kamu dengan seseorang? Dan itu apa?" Felix menunjuk leher Emily."Apa?" Emily reflek mengusap bagian leher yang ditunjuk oleh Felix."Aku tidak bodoh Emily. Tanda merah di lehermu itu adalah bukti jika semalam kamu bersama dengan seorang Pria!"Emily langsung merogoh Pons
"Kamu Gila Ya? Ini masih terlalu pagi? Ayahku juga masih belum bangun!" Seru Emily."Tidak mengapa. Aku akan menunggu Ayah mertua ku bangun.""Baiklah. Jangan masuk dulu. Tunggu aku." Emily akhirnya kalah telak."Tidak usah repot. Itu aku melihat Bibi Asisten mu sudah bangun. Aku bisa meminta izin untuk masuk. Kamu lanjutkan tidurmu jika masih mengantuk. Aku akan menunggumu sayangku..""Diamlah disitu. Aku akan turun sebentar lagi. Awas ya? Jangan masuk dulu!" Bentak Emily."Dasar tidak waras! Bisa bisanya sepagi ini dia datang?" Emily menggerutu sambil menaruh ponselnya.Kemudian Emily melompat turun dari atas kasur kemudian buru buru ke kamar mandi untuk membersihkan bagian muka saja. Secepatnya dia berganti dan lari dari kamarnya untuk menemui Aaron.Dia bisa melihat Pria itu berdiri bersandar di sisi mobil.Aaron mengenakan pakaian Formal. Begitu terlihat sempurna. Sampai Emily tidak sadar jika ia telah terpukau beberapa saat. Tidak bisa dibohongi jika saat ini Emily mengakui jika
Chloe menatap Aaron dari ujung kaki hingga kepala. Kemudian melirik mobil milik Aaron yang terparkir tidak terlalu jauh.Sebenarnya Chloe sudah bersiap dengan segala kemungkinan, dia pernah menebak jika pria yang akan dibawa Emily adalah seorang bocah ingusan yang berpenampilan biasa saja.Tetapi Ini?Chloe tercengang sejenak. Dilihat dari jas yang dikenakan Aaron, sepatu dan wajah begitu tampan rupawan pria itu, dia sepertinya bukan Pria biasa saja. Wajahnya penuh berwibawa. Mobil yang dipakai juga bukan mobil mewah yang biasa dipakai orang kelas atas melainkan mobil termewah milik kaum elit.Benarkah dia pria yang sudah meniduri Putrinya? Aaron Albarez? Chloe seperti pernah mendengar nama itu."Hem. Masuklah dulu. Minum kopi sambil menunggu Ayah Emily bangun. Ayo!"Chloe berjalan masuk terlebih dahulu dan Emily menarik tangan Aaron untuk masuk.Emily mengajak Aaron duduk di ruang Tamu, sementara Chloe sudah pergi ke dapur untuk memasak sarapan pagi.Emily melirik Aaron. Dia terlihat
Kemudian Aaron meraih tangan Emily yang bengong karena tidak paham dengan apa yang sedang dibahas oleh Ayahnya itu dan membawa tangan mungil Emily ke dadanya."Tapi, Rumor itu hanya berlaku untuk orang lain. Tidak untuk Emily dan keluarganya. Karena Emily adalah satu satunya Wanita yang aku cintai. Dia adalah kesayangan Putra Mahkota Albarez. Jadi, aku akan menyayanginya dan seluruh keluarganya. Berjanji tidak akan menyakiti hati dan hidupnya walaupun hanya secuil saja."Mendengar Ucapan Aaron yang sangat tegas, Alan melirik Chloe."Mohon maaf Tuan Alan yang terhormat. Jadi begini, Kedatanganku kemari, karena anda mengundangku untuk datang menemui anda namun tujuan pertamaku adalah, untuk melamar Putri Anda. Apakah anda menerima ku? Jika anda menerima ku maka secepatnya aku akan membawa Ayah dan Ibuku datang kemari."Mendengar ucapan Aaron, Alan kembali menelan ludah.Jika orang lain, pasti akan merasa seperti kejatuhan bulan Putrinya bisa dilamar oleh Putra Mahkota dari keluarga Albar