Esok hariSuara ketukkan membuat mama Ani yang tengah meletakkan menu ikan goreng di dalam salah satu rantang makanan seketika mengalihkan pandangan nya pada asal suara. "Apakah, ada orang yang ingin membeli bunga? Bukankah, aku sudah menulis di papan kalau toko ini akan ditutup beberapa hari ke depan?" gerutu mama Ani, wanita paruh baya itu nampak menahan kesal. Namun, bukan nya menghampir-ibu kandung dari Rania itu justru tetap melanjutkan kegiatan nya, dan memilih mengabaikan ketukkan pintu itu.Mama Ani telah kembali melanjutkan kegiatan nya. Namun, kali ini benar-benar telah melatih kesabaran nya. Sebab ketukkan yang diberi pada pintu rumah, bukan seperti sebuah ketukkan--namun seperti gedoran. Kesabaran mama Ani--akhir nya habis juga. Dengan kesal wanita paruh baya itu melepaskan kegiatan nya, dan menghampiri pintu rumah. Membuka pintu dengan asal, mama Ani bersiap akan melampiaskan emosinya. Namun,"Ka--." Sejenak mama Ani membeku, setelah mendapati sosok yang saat ini tengah
Beberapa menit melakukan perjalanan, akhir nya kendaraan yang dikemudikan papa Akio tiba disebuah restorant mewah. Tadi pagi lelaki paruh baya itu mendapat telepone dari kakek Darma, dan lelaki tua itu--meminta nya untuk bertemu. Setelah ke luar dari dalam mobil--papa Akio tak langsung membawa langkah kaki nya ke dalam restorant. Memijakkan kedua kaki nya, dengan melemparkan pandangan nya lurus pada bangunan di depan nya. Sekian lama menatap, akhir nya dengan hati yang berat papa Akio mantap membawa langkah kaki nya ke dalam. "Mari-Tuan, saya antar," ujar salah satu pelayan restorant, saat papa Akio menanyakan di mana keberadaan ruangan--yang di pesan kakek Darma. Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan kakek Darma yang tengah sibuk dengan gawai milik nya, dan lelaki tua itu, mendapati kedatangan orang yang sudah membuat nya menunggu. "Maaf, sudah membuat anda--menunggu," ujar papa Akio, namun dengan bahasa tubuh yang kikuk. Saat ini papa Akio tengah menahan rasa malu yang ter
Mendapati kedatangan kakek Darma--betapa kaget nya Rania, dia mendadak tegang. Ingin rasa nya Rania menenggelam diri ke samudra yang paling dalam yang ada di muka ini, guna untuk bersembunyi dari seorang Darma Wijata. Namun, sayang nya--keinginan nya itu hanya bisa dipendam nya di dalam hati. Menunduk, Rania tidak berani menatap kakek Darma, namun diam-diam bola mata Rania terus memantau sepasang pantofel yang terus melangkah menghampiri nya. Tubuh Rania panas dingin, berkali-kali Rania menelan saliva nya. Hingga, akhir nya Rania mendapati sepasang pantofel milik kakek Darma yang berhenti dengan jarak yang tak jauh dari nya. Hening---Hening----Hening----Sunyi menyelimuti, membuat suasana di dalam ruangan mendadak horor. Kedatangan Darma Wijaya membawa atmosfer yang berbeda di dalam ruangan.Rania menggigit bibir bawah nya pelan, lidah nya terasa keluh--bahkan Rania tak berani mengeluarkan satu kata pun. Rania berperang dengan kata hati nya. Berusaha membunuh rasa takut, Rania akh
Beberapa menit melakukan perjalanan, akhir nya--papa Akio dapat kembali tiba di rumah nya. Namun, bukan nya segera ke luar dari dalam mobil--lelaki berdarah Jepang itu justru masih setia duduk di kursi kemudi. Duduk termangu, pancaran mata papa Akio terlihat kosong seperti ada sesuatu yang begitu membebani pikiran nya saat ini. Seketika, terdengar desahan napas yang berat. "Papa-sangat mencintai Ibu, mu' Rania. Bahkan hanya dia lah satu-satu nya wanita yang papa cintai di dunia ini, dan karena cinta papa yang begitu besar, membuat Papa harus meninggalkan nya, dan menikah dengan wanita lain," gumam papa Akio dengan lirih, tak terasa sudah ada butir kristal yang jatuh, membasahi pipi. *** *** Suara deru mesin mobil yang memasuki pekarangan rumah-membuat mama Winda yang sedari tadi sudah menunggu kepulangan sang suami segera melangkah menuju pintu utama. Namun, langkah kaki nya terjeda saat mendapati papa Akio yang sudah berada di dalam rumah. Sangat yakin kalau papa Akio baru
Suara ketukkan menyapa pintu ruang kerja nya, dan kakek Darma yang sedang begitu fokus dengan laptope nya seketika mengalihkan wajah nya pada asal suara. Mulut itu baru saja akan terbuka, namun kata-kata itu kembali tertelan saat mendapati kedatangan Devan. "Devan," gumam kakek Darma, dengan terus menatap cucu tunggal nya itu, di mana kini Devan sudah melangkahkan kaki nya ke dalam ruangan, "Seperti nya kau sedang bahagia. Apakah, ini ada kaitan nya dengan Rania?" tanya kakek Darma menebak, bagaimana dia mendapati wajah Devan yang nampak sumringah. Seulas senyum terukir di wajah Devan, pria itu mengangguk antusias. Dan, jawaban yang Devan berikan membuat kakek Darma sangat tertarik. Rasa penasaran sudah membelenggu lelaki tua itu. "Katakan-apa, itu?" tanya kakek Darma dengan nada suara nya yang terdengar menuntut, sepasang pupil hitam nya bergerak resah, menatap Devan dengan lekat-lekat. "Rania-mau menikah denganku, kakek! Rania mau menikah denganku!" sahut Devan dengan nada berap
Kalau tengah berlangsung nya acara--tentu nya akan banyak kendaraan yang terparkir, juga di depan bangunan akan banyak orang yang berlalu-lalang dalam balutan busana pesta. Namun, hal itu tak Rania temukan, dan tentu nya menciptakan tanda tanya di dalam diri wanita bersurai hitam itum "Bukankah, kita mau ke pesta? Tapi, kenapa--"?" Rania tak mampu melanjutkan kata-kata, lidah nya mendadak keluh--Rania khawatir kalau pertanyaan yang dia layangkan akan menyinggung perasaan Deni. Pria itu adalah saudara nya. "Ayo, turunlah!" pinta Deni tiba-tiba, saat mendapati Rania hanya membisu tanpa melakukan apa pun. Rania tercengang, dia nampak gelagapan. Ragu untuk ke luar dari dalam mobil, namun--Rania tidak memiliki pilihan lain. Apa lagi kini Deni sudah membuka pintu belakang, dan menatap nya dengan tatapan yang sudah tak biasa. "Tidak usah menatapku seperti itu, aku akan turun!" ketus Rania dengan wajah masam nya, dan segera berlalu dari dalam mobil. "Ayo!" ajak Deni, dengan menyo
Suasana bahagia tengah menyelimuti diri Devan. Rania yang mau kembali menerima cinta nya setelah sekian lama kedua nya berpisah, membuat lelaki bertubuh jangkung itu tak mampu menyembunyikan kebahagiaan di dalam diri. Pria itu mengabadikan moment-moment bahagia nya dan Rania malam ini. Memotret menu-menu yang tersaji di atas meja, kebersamaan kedua nya, juga cincin berlian yang kini tersematkan di jari manis Rania. Cincin sebagai pengikat, Rania telah kembali menjadi milik nya. Devan segera mengunggah di akun I* milik nya, tidak perduli tanggapan orang-orang nanti pada nya dan Rania, sebab dia dan Sarah baru saja berpisah. Dan, tak lupa sebuah caption manis Devan sematkan untuk ibu dari anak nya itu. MY LOVE RANIA. Setelah berhasil mengunggah, Devan mengurai senyum di wajah-dan ternyata sedari tadi Rania memperhatikan pria itu. "Dev---," panggil Rania dengan lembut, dan Devan segera berpaling menatap Rania dengan tatapan penuh tanda tanya, " Apa, yang membuatmu tersenyum?" lanjut
Unggahan Devan tentang diri nya yang akan kembali menikah dengan Rania--tentu sangat membuat publik heboh. Baru saja membuat heboh media dengan batal nya pernikahan nya dan Sarah, kini pria itu kembali mempublikasikan hubungan nya dan Rania, dan yang lebih mencengangkan kalau kedua nya akan segera menikah. Sarah. Sampai saat ini wanita itu belum berani kembali menunjukkan wajah nya kembali ke muka umum. Di luar sana masih panas-panas nya orang membicarakan dia, apa lagi nama nya cukup dikenal masyarakat luas-sebagai seorang Desicner perhiasan, juga anak dari Akio Haruto. Namun, tentu nya Sarah tidak benar-benar menganggur, wanita cantik itu tetap kerja dari rumah-memantau usaha nya lewat on-line. Sarah saat ini tengah sibuk dengan laptope nya. Begitu khyusuk, menatap satu-persatu desain perhiasan yang telah tersimpan dalam falsdisck. Saat begitu fokus dengan kegiatan nya--tiba-tiba gawai milik Sarah berdering, tanpa melihat siapa yang melakukan panggilan telepone wanita cantik itu s