“Kapan kalian kembali?” tanya kakek Mawar pada Wira dan Eva yang sudah ada di meja makan pagi ini. “Kami sampai tadi malam saat kalian sudah tidur, jadi kami tidak membangunkan kalian,” jawab Wira. Kakek Mawar hanya mengangguk, lalu ia duduk bersama yang lain yang saat itu sudah ada di meja makan tersebut. “Tian, selama Kakak pergi, apa yang kamu lakukan? Kakak lihat kerjasama kita banyak yang sudah terjalin dengan perusahaan besar, bahkan kita mendapatkan modal yang cukup untuk proyek kita selanjutnya. Apa yang terjadi?” Wira menatap Tian dengan tatapan bertanya. Tian yang belum mengetahui hal itu langsung membelalakan matanya, ia pun kaget mendapati semua hal itu sudah terjadi. “Kamu tidak tau tentang hal ini?” tanya Wira. “Em... aku kemarin sempat mengirim proposal ke perusahaan-perusahaan itu, tapi aku belum tau jika semua proposal tersebut sudah disetujui,” jawab Tian dengan terbata-bata. “Bagus deh, jika proposal itu sudah disetujui. Sekarang, kita hanya perlu bekerja leb
“Ibu! Om! Kalian sudah sampai!” Mawar berlari menghampiri ibunya yang baru saja sampai di depan kamar Rama.Eva memeluk putrinya dan membelai rambutnya lembut. “Bagaimana keadaan Rama? Dia sudah membaik?”“Iya, dia sudah lebih baik, kemungkinan juga hari ini atau malam nanti dia sudah bisa pulang ke rumah,” jawab Mawar.“Syukurlah jika Rama sudah membaik. Kita sempat khawatir karena menerima kabar dia sakit kemarin,” ujar Wira.“Bukan hanya kalian, bahkan aku pun sangat khawatir kepadanya kemarin. Tapi, syukurnya keadaannya pulih dengan baik, jadi aku bisa lebih bernapas lega,” jelas Mawar.“Kamu mau ke mana? Dan di mana Rama? Kita ingin bertemu dengannya.” Eva menatap Mawar penuh tanya.“Aku baru saja dari kantin untuk beli minuman,” sahut Mawar. “Ayo masuk! Rama ada di dalam dengan Dio!”Mawar langsung masuk ke kamar tersebut dengan diikuti oleh Eva dan Wira.Di dalam sana mereka bisa langsung melihat Rama yang sedang mengajak main Dio dengan mainan-mainan yang ada di kasur tersebut
“Kalian marah kepada kita?” Mawar menatap ibunya dengan tatapan bersedih.“Jika Ibu marah kepadamu saat ini, semuanya tidak akan berubah, kesalahanmu tidak bisa dihilangkan hanya dengan amarah Ibu, yang ada semuanya akan tambah parah jika Ibu memarahimu,” ucap Eva.“Saat ini yang harus kita lakukan bukan lagi memarahi kalian dan menegur kalian atas apa yang terjadi. Tapi, kita harus mencari jalan keluar dari masalah yang sudah kalian buat ini,” tambah Wira. “Kalian sudah saling mencintai, jika kami menentangnya, itu tidak akan mengubah cinta kalian dan bisa jadi kalian nantinya akan melakukan sesuatu yang nekat dan bisa jadi hal itu akan menambah masalah dalam keluarga kita.”“Terima kasih karena kalian tidak marah dan mau menerima kesalahan kami, kami tau hal ini salah, maka kami ingin memperbaikinya. Kami pun sedang mencari cara untuk keluar dari masalah ini, tetapi biar bagaimanapun kalian adalah orang tua untuk kami, kami memerlukan penunjuk jalan untuk keluar dari masalah ini,” u
Wira kini sedang berada di ruangannya, ia sedang mengerjakan pekerjaannya yang tertunda sejak beberapa hari lalu.Saat itu ia melihat sebuah berkas yang menarik perhatiannya. Berkas itu merupakan berkas kerja sama antara perusahaannya dan perusahaan Fran yang baru saja dikirimkan hari ini.Ia mengambil berkas tersebut dan membacanya dengan seksama. Berkas tersebut sudah ditandatangani oleh kedua pihak. Kerja sama itu sudah berlangsung dan ia hanya mendapatkan salinan dari berkas tersebut.“Ayah telah menandatangani ini, mengapa cepat sekali?” Wira mengerutkan keningnya.Persetujuan kerja sama itu baru saja sampai kepada mereka pagi ini, tetapi sore ini semua berkas itu sudah ditandatangani, bahkan tanpa persetujuan dan rapat dengan dirinya.Wira mengambil ponselnya, lalu ia langsung menghubungi ayahnya mengenai penandatanganan kontrak kerja sama tersebut.“Ayah, kerjasama kita dengan perusahaan Fran sudah disetujui? Ayah sudah menandatangani berkasnya, tetapi Ayah tidak mengatakan apa
“Hari ini Anda bisa langsung pulang, Pak. Tapi, beberapa hari kedepan saya akan tetap memantau perkembangan kondisi Bapak,” ujar dokter yang baru saja selesai memeriksa Rama.“Terimakasih, Dok!” Rama dan Mawar berucap sopan.Setelah melepas infus yang ada di tangan Rama, dokter tersebut pun langsung keluar dari kamar rawat tersebut.“Yey! Yuk kita pulang!” Rama beranjak turun dari kasurnya.Namun, saat itu juga Mawar menahan tubuh Rama. “Tunggu dulu, Om Wira akan ke sini sebentar lagi, kita bisa pulang bersama dengan dia.”Rama mengangguk dan kembali duduk untuk menunggu Wira di sana.Beberapa saat setelahnya Wira pun datang, bersamaan dengan Eva yang baru saja mengajak Dio jalan-jalan ke sekitar rumah sakit tersebut.“Om pulang lebih awal, ada apa?” tanya Mawar seraya merapikan barang-barang Rama dan dirinya.“Sebenarnya ada hal yang ingin Om sampaikan kepada kalian dan ingin Om tanyakan juga kepada kalian,” ujar Wira. “Kita bisa bicara dalam perjalanan nanti, yuk!”Wira mengambil ta
“Kamu jangan pergi!” Mawar menahan tangan Rama yang hendak turun dari mobil tersebut.“Kita bicara lagi nanti,” ujar Rama yang langsung menepis tangan Mawar dan turun dari mobil tersebut.Rama keluar dan menepi di pinggir jalan, membiarkan Wira pergi meninggalkannya di jalanan tersebut.Ia hanya tersenyum melihat Mawar yang memberontak dan berusaha keluar dari mobil tersebut, hanya saja ditahan oleh Wira dan Eva.“Tenanglah!” Rama mengucapkan dengan gerakan mulut yang ia perjelas agar Mawar bisa mengertinya.Mobil tersebut berlalu dan meninggalkan Rama yang masih terdiam. Ia duduk di pinggir jalan tersebut untuk menenangkan dirinya.“Kamu dan keluargamu tidak seharusnya mendapatkan perlakuan seperti ini, kalian tidak ada sangkut pautnya dalam dendam antara diriku dan Fran. Lebih baik aku menjauh agar kalian tidak lagi merasakan dendam itu,” ujar Rama.Rama yang belum sepenuhnya sembuh dari sakitnya hanya bisa duduk di sana. Ia ingin berjalan untuk mencari angkutan umum, tetapi ia mera
“Jangan berkata buruk tentang ibuku!” Fran menatap Rama dengan tatapan tajam.“Kenapa? Kamu tersinggung? Bukankah memang itu yang kamu dan ibumu inginkan?” tanya Rama.“Kami hanya ingin kebahagiaan!” tegas Fran.“Berbahagialah dengan apa yang kalian miliki saat ini, aku tidak akan mengambil alih semua itu dan akan aku buat papahku tetap ada di pihak kalian untuk membahagiakan kalian, tetapi tolong untuk lepaskan Mawar dari jeratan ini,” jelas Rama.Saat ini Rama sudah tidak peduli lagi dengan hidupnya, ia hanya ingin kehidupan Mawar dan keluarganya berjalan normal seperti sebelumnya. Tanpa kehadiran dirinya dan juga Fran.“Aku masih mencintai Mawar dan itu tidak memiliki alasan. Jika kamu memintaku berhenti untuk menjerat Mawar dalam dendam kita, aku siap. Namun, aku tidak siap jika diminta untuk menjauh dari Mawar,” ujar Fran.“Setelah apa yang kamu lakukan kepada Mawar, bagaimana bisa aku mempercayai bahwa saat ini kamu serius dan ingin benar-benar mencintai Mawar.” Rama menatap Fra
“Bagaimana, kamu suka dengan menu makan malam ini?” Reynald menatap Hana dengan tatapan bertanya.“Iya, makanannya enak. Terima kasih Pah karena sudah menyajikan makanan kesukaanku untuk makan malam ini,” sahut Hana.“Jika kamu mau apa pun, katakan saja kepada Papah. Papah akan langsung memberikannya, anggap saja itu semua sebagai permintaan maaf Papah karena mengabaikanku selama satu tahun belakangan ini,” jelas Reynald.“Papah tidak perlu terlalu merasa bersalah denganku, aku hidup bahagia dengan Kak Rama selama satu tahun ini, kok,” ujar Hana.Reynald memegang tangan putrinya dan menatapnya dengan tatapan sedih. “Bersama Rama kamu memang merasakan kebahagiaan dari kasih sayang yang Rama berikan. Namun, Papah tau jika kehidupanku tidak benar-benar bahagia karena gaya hidup kalian berubah drastis pada saat itu. Maafkan, Papah. Ini semua tetap kesalahan Papah.”Hana hanya tersenyum tipis menanggapi hal itu. Memang benar apa yang papahnya katakan, ia tidak benar-benar bahagia.Biar bag