“Ibu! Om! Kalian sudah sampai!” Mawar berlari menghampiri ibunya yang baru saja sampai di depan kamar Rama.Eva memeluk putrinya dan membelai rambutnya lembut. “Bagaimana keadaan Rama? Dia sudah membaik?”“Iya, dia sudah lebih baik, kemungkinan juga hari ini atau malam nanti dia sudah bisa pulang ke rumah,” jawab Mawar.“Syukurlah jika Rama sudah membaik. Kita sempat khawatir karena menerima kabar dia sakit kemarin,” ujar Wira.“Bukan hanya kalian, bahkan aku pun sangat khawatir kepadanya kemarin. Tapi, syukurnya keadaannya pulih dengan baik, jadi aku bisa lebih bernapas lega,” jelas Mawar.“Kamu mau ke mana? Dan di mana Rama? Kita ingin bertemu dengannya.” Eva menatap Mawar penuh tanya.“Aku baru saja dari kantin untuk beli minuman,” sahut Mawar. “Ayo masuk! Rama ada di dalam dengan Dio!”Mawar langsung masuk ke kamar tersebut dengan diikuti oleh Eva dan Wira.Di dalam sana mereka bisa langsung melihat Rama yang sedang mengajak main Dio dengan mainan-mainan yang ada di kasur tersebut
“Kalian marah kepada kita?” Mawar menatap ibunya dengan tatapan bersedih.“Jika Ibu marah kepadamu saat ini, semuanya tidak akan berubah, kesalahanmu tidak bisa dihilangkan hanya dengan amarah Ibu, yang ada semuanya akan tambah parah jika Ibu memarahimu,” ucap Eva.“Saat ini yang harus kita lakukan bukan lagi memarahi kalian dan menegur kalian atas apa yang terjadi. Tapi, kita harus mencari jalan keluar dari masalah yang sudah kalian buat ini,” tambah Wira. “Kalian sudah saling mencintai, jika kami menentangnya, itu tidak akan mengubah cinta kalian dan bisa jadi kalian nantinya akan melakukan sesuatu yang nekat dan bisa jadi hal itu akan menambah masalah dalam keluarga kita.”“Terima kasih karena kalian tidak marah dan mau menerima kesalahan kami, kami tau hal ini salah, maka kami ingin memperbaikinya. Kami pun sedang mencari cara untuk keluar dari masalah ini, tetapi biar bagaimanapun kalian adalah orang tua untuk kami, kami memerlukan penunjuk jalan untuk keluar dari masalah ini,” u
Wira kini sedang berada di ruangannya, ia sedang mengerjakan pekerjaannya yang tertunda sejak beberapa hari lalu.Saat itu ia melihat sebuah berkas yang menarik perhatiannya. Berkas itu merupakan berkas kerja sama antara perusahaannya dan perusahaan Fran yang baru saja dikirimkan hari ini.Ia mengambil berkas tersebut dan membacanya dengan seksama. Berkas tersebut sudah ditandatangani oleh kedua pihak. Kerja sama itu sudah berlangsung dan ia hanya mendapatkan salinan dari berkas tersebut.“Ayah telah menandatangani ini, mengapa cepat sekali?” Wira mengerutkan keningnya.Persetujuan kerja sama itu baru saja sampai kepada mereka pagi ini, tetapi sore ini semua berkas itu sudah ditandatangani, bahkan tanpa persetujuan dan rapat dengan dirinya.Wira mengambil ponselnya, lalu ia langsung menghubungi ayahnya mengenai penandatanganan kontrak kerja sama tersebut.“Ayah, kerjasama kita dengan perusahaan Fran sudah disetujui? Ayah sudah menandatangani berkasnya, tetapi Ayah tidak mengatakan apa
“Hari ini Anda bisa langsung pulang, Pak. Tapi, beberapa hari kedepan saya akan tetap memantau perkembangan kondisi Bapak,” ujar dokter yang baru saja selesai memeriksa Rama.“Terimakasih, Dok!” Rama dan Mawar berucap sopan.Setelah melepas infus yang ada di tangan Rama, dokter tersebut pun langsung keluar dari kamar rawat tersebut.“Yey! Yuk kita pulang!” Rama beranjak turun dari kasurnya.Namun, saat itu juga Mawar menahan tubuh Rama. “Tunggu dulu, Om Wira akan ke sini sebentar lagi, kita bisa pulang bersama dengan dia.”Rama mengangguk dan kembali duduk untuk menunggu Wira di sana.Beberapa saat setelahnya Wira pun datang, bersamaan dengan Eva yang baru saja mengajak Dio jalan-jalan ke sekitar rumah sakit tersebut.“Om pulang lebih awal, ada apa?” tanya Mawar seraya merapikan barang-barang Rama dan dirinya.“Sebenarnya ada hal yang ingin Om sampaikan kepada kalian dan ingin Om tanyakan juga kepada kalian,” ujar Wira. “Kita bisa bicara dalam perjalanan nanti, yuk!”Wira mengambil ta
“Kamu jangan pergi!” Mawar menahan tangan Rama yang hendak turun dari mobil tersebut.“Kita bicara lagi nanti,” ujar Rama yang langsung menepis tangan Mawar dan turun dari mobil tersebut.Rama keluar dan menepi di pinggir jalan, membiarkan Wira pergi meninggalkannya di jalanan tersebut.Ia hanya tersenyum melihat Mawar yang memberontak dan berusaha keluar dari mobil tersebut, hanya saja ditahan oleh Wira dan Eva.“Tenanglah!” Rama mengucapkan dengan gerakan mulut yang ia perjelas agar Mawar bisa mengertinya.Mobil tersebut berlalu dan meninggalkan Rama yang masih terdiam. Ia duduk di pinggir jalan tersebut untuk menenangkan dirinya.“Kamu dan keluargamu tidak seharusnya mendapatkan perlakuan seperti ini, kalian tidak ada sangkut pautnya dalam dendam antara diriku dan Fran. Lebih baik aku menjauh agar kalian tidak lagi merasakan dendam itu,” ujar Rama.Rama yang belum sepenuhnya sembuh dari sakitnya hanya bisa duduk di sana. Ia ingin berjalan untuk mencari angkutan umum, tetapi ia mera
“Jangan berkata buruk tentang ibuku!” Fran menatap Rama dengan tatapan tajam.“Kenapa? Kamu tersinggung? Bukankah memang itu yang kamu dan ibumu inginkan?” tanya Rama.“Kami hanya ingin kebahagiaan!” tegas Fran.“Berbahagialah dengan apa yang kalian miliki saat ini, aku tidak akan mengambil alih semua itu dan akan aku buat papahku tetap ada di pihak kalian untuk membahagiakan kalian, tetapi tolong untuk lepaskan Mawar dari jeratan ini,” jelas Rama.Saat ini Rama sudah tidak peduli lagi dengan hidupnya, ia hanya ingin kehidupan Mawar dan keluarganya berjalan normal seperti sebelumnya. Tanpa kehadiran dirinya dan juga Fran.“Aku masih mencintai Mawar dan itu tidak memiliki alasan. Jika kamu memintaku berhenti untuk menjerat Mawar dalam dendam kita, aku siap. Namun, aku tidak siap jika diminta untuk menjauh dari Mawar,” ujar Fran.“Setelah apa yang kamu lakukan kepada Mawar, bagaimana bisa aku mempercayai bahwa saat ini kamu serius dan ingin benar-benar mencintai Mawar.” Rama menatap Fra
“Bagaimana, kamu suka dengan menu makan malam ini?” Reynald menatap Hana dengan tatapan bertanya.“Iya, makanannya enak. Terima kasih Pah karena sudah menyajikan makanan kesukaanku untuk makan malam ini,” sahut Hana.“Jika kamu mau apa pun, katakan saja kepada Papah. Papah akan langsung memberikannya, anggap saja itu semua sebagai permintaan maaf Papah karena mengabaikanku selama satu tahun belakangan ini,” jelas Reynald.“Papah tidak perlu terlalu merasa bersalah denganku, aku hidup bahagia dengan Kak Rama selama satu tahun ini, kok,” ujar Hana.Reynald memegang tangan putrinya dan menatapnya dengan tatapan sedih. “Bersama Rama kamu memang merasakan kebahagiaan dari kasih sayang yang Rama berikan. Namun, Papah tau jika kehidupanku tidak benar-benar bahagia karena gaya hidup kalian berubah drastis pada saat itu. Maafkan, Papah. Ini semua tetap kesalahan Papah.”Hana hanya tersenyum tipis menanggapi hal itu. Memang benar apa yang papahnya katakan, ia tidak benar-benar bahagia.Biar bag
“Kenapa kamu tidak memberitahukan tentang Rama kepada saya?” Reynald menatap Agus dengan tatapan bertanya.“Maaf, Pak. Mas Rama sepertinya tidak ingin saya memberitahukan kepada Bapak tentang hal ini. Maka dari itu saya memilih diam agar Mas Rama juga tidak segan untuk menerima bantuan saya tadi,” jawab Agus.“Kamu tau jika tadi Fran ke sini?” tanya Reynald.“Tidak, Pak. Setelah mengantarkan Mas Rama saya langsung pergi dari sini dan saya tidak mengetahui jika Mas Fran pun datang ke sini,” jawab Agus.Reynald memejamkan matanya sebentar seraya menggeleng dengan wajah lelah. “Mana makanan yang saya suruh belikan tadi?”Agus langsung memberikan makanan yang suda ia belikan sebelumnya. Setelah itu Reynald langsung kembali masuk ke kosan tersebut.“Kakakmu mungkin belum makan, berikan ini kepadanya,” ujar Reynald seraya memberikan makanan tersebut kepada Hana.“Papah tidak mau masuk untuk melihat keadaan Kak Rama?” tanya Hana.“Jika Rama pun segan untuk bertemu dengan Pak Agus, sudah past
Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada
Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su
Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti
“Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p