“Dek, Kakak pergi dulu mengantar Kak Mawar ya. Di depan ada Kak Sarah, kalau kamu butuh sesuatu, panggil saja Kak Sarah,” ucap Rama pada Hana yang masih berbaring di kasurnya.“Kakak kembali lagi ke sini nanti, kan?” tanya Hana.“Ya, Kakak tidak akan lama. Kakak akan segera kembali,” jawab Rama.Hana memalingkan wajahnya ke arah Mawar yang berdiri di sebelah Rama.“Kak, untuk malam ini saja, biarkan Kak Rama full tidur di sini, ya. Aku masih sedikit takut,” ujar Hana.Mawar membelai lembut rambut Hana dan tersenyum. “Iya, malam ini kakakmu akan bersamamu di sini.”Senyum penuh ketenangan langsung tersirat di wajah Hana. Setelahnya Rama dan Mawar pun langsung pergi dari kosan tersebut.“Bagaimana nanti dengan ibumu dan yang lainnya? Mereka pasti akan bertanya-tanya mengapa aku tidak bisa ada di rumah nanti malam. Apa yang harus kita katakan kepada mereka?” tanya Rama.“Nanti biar aku saja yang jelaskan kepada mereka, kita bisa beralasan kalau kamu ada pertemuan dengan klien di luar kot
“Kek, kenapa Kakek mengatakan seperti itu kepada Rama? Dia benar-benar pergi untuk mengurus sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan, dia tidak seperti apa yang Kakek curigai.” Mawar menatap kakeknya dengan tatapan tidak senang.“Kakek hanya waspada kepadanya, biar bagaimanapun dia masih muda, bisa saja dia melakukan sesuatu seperti itu. Kita tidak bisa percaya begitu saja kepadanya,” sahut kakek Mawar.“Kek, dia sudah bersama denganku dan selama ini aku tidak pernah melihat dirinya memunculkan tanda-tanda aneh seperti apa yang Kakek tuduhkan. Jangan membuatnya semakin tidak nyaman di sini, jika dia terus mendapatkan perlakuan seperti itu, apa Kakek bisa menjamin dia juga akan nyaman dan terus bersama denganku?” tanya Mawar.“Biarkan saja, jika dia sudah tidak nyaman dan mau berpisah denganmu, lakukan saja! Kakek bisa mencarikan laki-laki yang lebih pantas untukmu!” tegas kakek Mawar.“Kek, aoa salah Rama pada Kakek? Apa kurangnya dia sampai Kakek masih bersikap seperti ini kepadanya?
“Cepatlah pulih dari keadaan ini, Kakak akan berikan hadiah yang kamu sukai jika kamu bisa sembuh dari traumamu,” ucap Rama.Hana yang saat itu sedang merapikan alat makannya setelah makan malam bersama dengan Rama langsung menatap Rama dengan tatapan bingung.“Hadiah apa?” tanya Hana.“Apa keinginan terbesarmu yang tidak pernah Kakak turuti sampai saat ini?” Rama berbalik tanya pada Hana.Hana berpikir sejenak, mengingat apa yang sedang ia inginkan. Beberapa detik setelahnya ia tersenyum dan menatap Rama dengan tatapan penuh harap. “Bertemu Papah?”Selama ini, keinginannya selalu dipenuhi oleh Rama. Sesulit apa pun keinginan itu, Rama akan selalu memenuhinya, tidak peduli serumit apa pun jalan untuk memenuhi keinginan adiknya.“Kakak serius? Kakak akan membawaku bertemu dengan Papah jika aku sudah sembuh dari trauma itu?” tanya Hana memastikan.“Iya, maka sembuhlah!” suruh Rama.Hana dengan semangat langsung mengangguk. Akhirnya ada sedikit tanda cahaya untuk dirinya bisa bertemu den
“Mas, kamu sedang apa?” Dewi menghampiri Reynald yang masih berada di ruang kerjanya. “Sudah malam, mari tidur!”“Iya, sebentar lagi aku menyusul. Aku sedang mengecek beberapa email masuk dulu,” jawab Reynald. “Bagaimana keadaan Fran?”“Dia sudah aku obati, sudah aku suruh istirahat juga. Lukanya memang tidak parah, tapi aku akan mengajaknya ke rumah sakit jika besok lukanya tidak membaik,” jawab Dewi.“Ke rumah sakit? Apa tidak berlebihan, dia hanya luka biasa. Dia laki-laki, biarkan dia bertanggung jawab atas perlakuannya sendiri,” ujar Reynald.“Aku menyayanginya dan aku akan mengajaknya ke rumah sakit, aku tidak mau anakku sampai kenapa-napa. Mungkin memang lukanya terlihat ringan, tetapi itu bisa saja berbahaya untuk dirinya nanti. Aku tidak ingin mengambil resiko!” tegas Dewi.Reynald menarik napas panjang, istrinya memang selalu memanjakan Fran. Hal itu sedikit bertentangan dengan dirinya yang selalu ingin memperlakukan anak laki-laki dengan tegas dan penuh tanggung jawab.“Mas
“Dek, kamu sekolah hari ini?” Rama menghampiri Hana yang sedang bersiap di kamarnya.“Iya, Kak. Aku sudah membaik, aku akan pergi sekolah sekarang,” jawab Hana.Rama tersenyum mendengar hal itu. Ia senang sebab adiknya sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. “Kalau begitu, mari Kakak antar, sekalian Kakak juga akan pergi ke kantor.”“Kakak ke kantor? Apa Kakak tidak lelah? Dari kemarin Kakak mengurusiku, sebaiknya Kakak izin dan istirahat saja sekarang,” ujar Hana.“Kakak baik-baik saja, Kakak harus mengerjakan pekerjaan Kakak yang mungkin sudah menumpuk di kantor. Nanti pulang kantor Kakak akan istirahat,” jelas Rama.Rama mendekati Hana dan membelai rambutnya lembut. “Selama kamu baik-baik saja, Kakak pun akan baik-baik saja.”“Terima kasih, Kak. Hana akan baik-baik saja untuk Kakak,” sahutnya.“Kakak tunggu di depan, kita berangkat sekarang,” ucap Rama.Hana mengangguk, lalu ia langsung bersiap dan segera pergi mengikuti Rama menuju mobil yang ada di depan kosan tersebut.M
“Untuk apa semua make-up itu?” Rama mengerutkan keningnya saat melihat Mawar membawa alat make-up untuknya.“Aku punya ide bagus,” sahut Mawar. “Luka di wajah kamu bisa kita tutupi dengan make-up ini. Aku akan membuat semua lebam itu tidak terlihat dan aku pastikan semua orang tidak mengetahui luka-lukamu ini.”Mawar langsung mengambil salah satu alat make-up tersebut dan bergegas memakaikannya kepada Rama.“Tunggu dulu!” Rama menahan tangan Mawar.Mawar menatap Rama dengan tatapan bingung. Rama seperti orang ketakutan saat ini, padahal ia hanya ingin memakaikan make-up ke wajah Rama. “Make-up ini tidak berbahaya, tidak akan menyakiti kamu.”“Iya, aku tau. Tapi, masa iya aku harus memakai make-up, aku seorang laki-laki, malu,” ujar Rama dengan wajah murungnya.Mawar langsung tertawa mendengar hal itu. Wajah Rama saat ini terlihat sangat menggemaskan.“Memangnya ada larangan bahwa laki-laki tidak boleh pakai make-up? Tidak ada larangan seperti itu, kamu tetap bisa menggunakannya asalka
Reynald berdiri di depan kantor tempat Rama bekerja, ia baru saja keluar dari gedung tersebut setelah pertemuan dinginnya dengan Rama.Saat ini ia sedang menunggu sopirnya untuk menjemput dirinya di sana.Beberapa saat setelahnya sebuah mobil berhenti tepat di depannya, ia langsung masuk ke dalam mobil tersebut dan pergi meninggalkan area kantor tersebut.“Bagaimana dengan tugas yang saya berikan?” tanya Reynald pada sopirnya yang merupakan salah satu orang kepercayaannya.“Maaf, Pak. Saya tidak bisa melacak nomor yang Bapak berikan, sepertinya nomor tersebut langsung dinonaktifkan setelah orang itu menghubungi Bapak,” jawab sopirnya, Agus.Reynald menarik napas panjang dan mengangguk pelan. Sebenarnya ia sangat ingin mengetahui siapa orang yang telah mengirimkan file tersebut kepadanya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pak? Apa yang orang itu kirimkan sampai Bapak merasa khawatir seperti ini?” tanya Agus.“Entah fitnah atau fakta yang dikirimkan oleh orang itu, tetapi ini menyangkut ten
“Hana! Apa kamu sepercaya itu dengan kakakmu? Dia saja meninggalkanmu tinggal sendirian di kosan, sedangkan dia bersenang-senang dengan istrinya. Apa itu yang dikatakan sebuah kasih sayang?” Fran menatap Hana dengan tatapan sinis.“Kak Rama selalu memiliki alasan dari setiap hal yang dia lakukan,” jawab Hana yang kemudian beranjak meninggalkan Fran.Saat itu juga Fran dengan cepat langsung menahan tangan Hana dan memeluk Hana dengan erat.Hana yang mendapati hal itu tentunya merasa kaget, perlakuan ini pernah ia dapatkan sebelumnya, ingatan tentang kejadian buruknya dengan Fran pun kembali muncul.“Lepas, Kak!” Hana mendorong tubuh Fran.Namun, pelukan Fran yang cukup erat tidak bisa ia kalahkan dengan tubuh mungilnya itu. Ia tidak bisa lepas dari pelukan Fran.Bayangan tentang apa yang Fran lakukan kepadanya dulu mulai kembali, saat itu rasanya Hana ingin menangis dan berteriak.Namun, ia ingat akan janjinya kepada kakaknya. Ia harus berusaha dan dia harus mengalahkan semua perasaan