“Cepatlah pulih dari keadaan ini, Kakak akan berikan hadiah yang kamu sukai jika kamu bisa sembuh dari traumamu,” ucap Rama.Hana yang saat itu sedang merapikan alat makannya setelah makan malam bersama dengan Rama langsung menatap Rama dengan tatapan bingung.“Hadiah apa?” tanya Hana.“Apa keinginan terbesarmu yang tidak pernah Kakak turuti sampai saat ini?” Rama berbalik tanya pada Hana.Hana berpikir sejenak, mengingat apa yang sedang ia inginkan. Beberapa detik setelahnya ia tersenyum dan menatap Rama dengan tatapan penuh harap. “Bertemu Papah?”Selama ini, keinginannya selalu dipenuhi oleh Rama. Sesulit apa pun keinginan itu, Rama akan selalu memenuhinya, tidak peduli serumit apa pun jalan untuk memenuhi keinginan adiknya.“Kakak serius? Kakak akan membawaku bertemu dengan Papah jika aku sudah sembuh dari trauma itu?” tanya Hana memastikan.“Iya, maka sembuhlah!” suruh Rama.Hana dengan semangat langsung mengangguk. Akhirnya ada sedikit tanda cahaya untuk dirinya bisa bertemu den
“Mas, kamu sedang apa?” Dewi menghampiri Reynald yang masih berada di ruang kerjanya. “Sudah malam, mari tidur!”“Iya, sebentar lagi aku menyusul. Aku sedang mengecek beberapa email masuk dulu,” jawab Reynald. “Bagaimana keadaan Fran?”“Dia sudah aku obati, sudah aku suruh istirahat juga. Lukanya memang tidak parah, tapi aku akan mengajaknya ke rumah sakit jika besok lukanya tidak membaik,” jawab Dewi.“Ke rumah sakit? Apa tidak berlebihan, dia hanya luka biasa. Dia laki-laki, biarkan dia bertanggung jawab atas perlakuannya sendiri,” ujar Reynald.“Aku menyayanginya dan aku akan mengajaknya ke rumah sakit, aku tidak mau anakku sampai kenapa-napa. Mungkin memang lukanya terlihat ringan, tetapi itu bisa saja berbahaya untuk dirinya nanti. Aku tidak ingin mengambil resiko!” tegas Dewi.Reynald menarik napas panjang, istrinya memang selalu memanjakan Fran. Hal itu sedikit bertentangan dengan dirinya yang selalu ingin memperlakukan anak laki-laki dengan tegas dan penuh tanggung jawab.“Mas
“Dek, kamu sekolah hari ini?” Rama menghampiri Hana yang sedang bersiap di kamarnya.“Iya, Kak. Aku sudah membaik, aku akan pergi sekolah sekarang,” jawab Hana.Rama tersenyum mendengar hal itu. Ia senang sebab adiknya sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. “Kalau begitu, mari Kakak antar, sekalian Kakak juga akan pergi ke kantor.”“Kakak ke kantor? Apa Kakak tidak lelah? Dari kemarin Kakak mengurusiku, sebaiknya Kakak izin dan istirahat saja sekarang,” ujar Hana.“Kakak baik-baik saja, Kakak harus mengerjakan pekerjaan Kakak yang mungkin sudah menumpuk di kantor. Nanti pulang kantor Kakak akan istirahat,” jelas Rama.Rama mendekati Hana dan membelai rambutnya lembut. “Selama kamu baik-baik saja, Kakak pun akan baik-baik saja.”“Terima kasih, Kak. Hana akan baik-baik saja untuk Kakak,” sahutnya.“Kakak tunggu di depan, kita berangkat sekarang,” ucap Rama.Hana mengangguk, lalu ia langsung bersiap dan segera pergi mengikuti Rama menuju mobil yang ada di depan kosan tersebut.M
“Untuk apa semua make-up itu?” Rama mengerutkan keningnya saat melihat Mawar membawa alat make-up untuknya.“Aku punya ide bagus,” sahut Mawar. “Luka di wajah kamu bisa kita tutupi dengan make-up ini. Aku akan membuat semua lebam itu tidak terlihat dan aku pastikan semua orang tidak mengetahui luka-lukamu ini.”Mawar langsung mengambil salah satu alat make-up tersebut dan bergegas memakaikannya kepada Rama.“Tunggu dulu!” Rama menahan tangan Mawar.Mawar menatap Rama dengan tatapan bingung. Rama seperti orang ketakutan saat ini, padahal ia hanya ingin memakaikan make-up ke wajah Rama. “Make-up ini tidak berbahaya, tidak akan menyakiti kamu.”“Iya, aku tau. Tapi, masa iya aku harus memakai make-up, aku seorang laki-laki, malu,” ujar Rama dengan wajah murungnya.Mawar langsung tertawa mendengar hal itu. Wajah Rama saat ini terlihat sangat menggemaskan.“Memangnya ada larangan bahwa laki-laki tidak boleh pakai make-up? Tidak ada larangan seperti itu, kamu tetap bisa menggunakannya asalka
Reynald berdiri di depan kantor tempat Rama bekerja, ia baru saja keluar dari gedung tersebut setelah pertemuan dinginnya dengan Rama.Saat ini ia sedang menunggu sopirnya untuk menjemput dirinya di sana.Beberapa saat setelahnya sebuah mobil berhenti tepat di depannya, ia langsung masuk ke dalam mobil tersebut dan pergi meninggalkan area kantor tersebut.“Bagaimana dengan tugas yang saya berikan?” tanya Reynald pada sopirnya yang merupakan salah satu orang kepercayaannya.“Maaf, Pak. Saya tidak bisa melacak nomor yang Bapak berikan, sepertinya nomor tersebut langsung dinonaktifkan setelah orang itu menghubungi Bapak,” jawab sopirnya, Agus.Reynald menarik napas panjang dan mengangguk pelan. Sebenarnya ia sangat ingin mengetahui siapa orang yang telah mengirimkan file tersebut kepadanya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pak? Apa yang orang itu kirimkan sampai Bapak merasa khawatir seperti ini?” tanya Agus.“Entah fitnah atau fakta yang dikirimkan oleh orang itu, tetapi ini menyangkut ten
“Hana! Apa kamu sepercaya itu dengan kakakmu? Dia saja meninggalkanmu tinggal sendirian di kosan, sedangkan dia bersenang-senang dengan istrinya. Apa itu yang dikatakan sebuah kasih sayang?” Fran menatap Hana dengan tatapan sinis.“Kak Rama selalu memiliki alasan dari setiap hal yang dia lakukan,” jawab Hana yang kemudian beranjak meninggalkan Fran.Saat itu juga Fran dengan cepat langsung menahan tangan Hana dan memeluk Hana dengan erat.Hana yang mendapati hal itu tentunya merasa kaget, perlakuan ini pernah ia dapatkan sebelumnya, ingatan tentang kejadian buruknya dengan Fran pun kembali muncul.“Lepas, Kak!” Hana mendorong tubuh Fran.Namun, pelukan Fran yang cukup erat tidak bisa ia kalahkan dengan tubuh mungilnya itu. Ia tidak bisa lepas dari pelukan Fran.Bayangan tentang apa yang Fran lakukan kepadanya dulu mulai kembali, saat itu rasanya Hana ingin menangis dan berteriak.Namun, ia ingat akan janjinya kepada kakaknya. Ia harus berusaha dan dia harus mengalahkan semua perasaan
“Kamu ingin bicara apa? Sepertinya sangat serius?” Mawar menatap Rama dengan tatapan bertanya.“Hari ini Hana membuktikan bahwa dia bisa melawan traumanya terhadap Fran. Sepertinya hadiah yang aku janjikan kepadanya benar-benar mendorongnya untuk melawan perasaan takut itu,” jawab Rama. “Aku yang berjanji ingin mempertemukan dia dengan Papah jika dia berhasil melawan takutnya, kini malah aku yang kebingungan sendiri.”“Kebingungan? Apa yang membuatmu bingung?” tanya Mawar.“Aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan berhasil secepat ini. Jujur saat ini aku tidak bisa untuk bertemu langsung dengan Papah, aku masih belum siap, tapi aku harus menepati janjiku kepada Hana. Semua ini membuatku bingung,” jelas Rama.“Kamu harus menepati janjimu kepada Hana, dia tau kalau kamu tidak akan mengingkari janji itu, maka dia yang sangat mengimpikan pertemuan itu menjadi sangat berani dan bertekad untuk mengalahkan rasa takutnya kepada Fran. Dia sudah menepati janjinya dan kamu pun harus menepatinya
“Permisi, Pak! Ini ada titipan dari Mas Rama.” Agus menghampiri Reynald yang baru saja tiba di rumahnya itu.Reynald yang baru pulang langsung menerima secarik kertas tersebut dengan tatapan bingung. Ia merasa bahwa secarik kertas itu pun menjadi sangat spesial untuknya jika diberikan oleh Rama, putra kesayangannya.Reynald langsung menyimpan kertas tersebut, ia ingin membuka dan membaca surat tersebut nanti saat ia sendirian, ia ingin lebih tenang membaca surat tersebut.“Terima kasih,” ujar Reynald. “Bagaimana keadaan Hana? Apa dia baik-baik saja? Bagaimana reaksi Rama saat kamu datang dan membawakan semua itu untuk Hana?”“Sepertinya keadaan Mbak Hana sudah baik-baik saja, dia tadi baru pulang sekolah dan langsung bermain dengan putranya Mas Rama,” jawab Agus. “Mas Rama sedikit tidak senang dengan kedatangan saya tadi, dia mengatakan bahwa saya tidak perlu lagi ikut campur masalahnya karena saya tidak mengerti dan mengetahui apa pun tentangnya.”“Dia mengatakan sesuatu yang menyaki
Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada
Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su
Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti
“Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p