Share

BANYAK DRAMA

Author: Suciuldr
last update Last Updated: 2023-09-03 19:50:02

"Ada apa?"

"Kau ... tidak ikhlas?"

Kedua mata Mathew menyipit mendengar sahutan sang istri. Pertanyaan apa, dijawab apa. Tanpa merubah posisi Mathew melipat kedua tangannya di dada. Sudah lima menit dia berdiri setelah mendapar pesan, tapi sampai detik ini Sheilla belum buka suara mau apa.

"Kalau aku mau sesuatu, kau bisa wujudkan? Permintaan simple, kau pasti bisa." Sheilla menaik-naikan alisnya menatap Mathew. Anggap saja saat ini Sheilla tengah menguji kesabaran sang suami.

Tubuh Mathew membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan Sheilla. Dari jarak yang lumayan dekat Mathew bisa melihat binar kecil di mata indah itu. Entah dari mana usulnya, seulas senyuman tipis tercetak di wajah Mathew.

"Bahkan kau belum menjawab pertanyaanku, Sheilla Watson."

"Pertanyaan? Pertanyaan apa?"

"Kau benar-benar hamil?"

Seketika Sheilla bungkam mendengarnya. astaga, ternyata sejak tadi otak suamunya tidak langsung menangkap pembahasan? Wajah Mathew yang semakin dekat, refleks membuat tangan Sheilla sigap menahan. Setelah menjauhkan tubuuh Mathew, Sheilla turun dari atas kasur menuju lemari. Dirasa barang cariannya dapat, wanita itu kembali mendekati Mathew.

Wajah datar tanpa senyuman, kedua tangan berada di belakang, jangan lupa pula jantung Sheilla kini berdisko walaupun dia sudah tahu reaksi suaminya akan seperti apa.. Sekilas Sheilla melirik ke arah kanan, ternyata di sana masih ada Rubby dengan wajah tak kalah penasaran.

Tinggi badan yang kontras, membuat Sheilla harus mendogak menatap wajah tampan di depnnya. Entah Elena ngidam apa waktu hamil, tetapi ketampanan Mathew harus disandingkan dengan tingkah menyebalkannya.

"Bagaimana dengan ini? Lalu ini?" Tiga test pack bergaris dua, ditambah selembar kertas hasil pemeriksaan rumah sakit terpampang nyata di wajah Mathew. Sheilla juga baru sadar kenapa tubuhnya tidak enak saat di Swiss lalu aftaer pulang dari sana.

Hamil.

Iya, kehamilan yang merubah semuanya.

Empat benda di depan wajahnya Mathew rampas, alu dia melihatnya seksama. Pada akhirnya, semua jelas nyata adanya. Daisy tidak berbohong, Sheilla memang sedang hamill. Rubby yang mendengar itu ikut kaget, namun dia sadar posisi lalu pergi dari kamar.

Kehamilan memang kado spesial untuk asangan suami istri dan Rubby paham itu.

"Ingat kata-kataku, jaga anakku dengan baik, dengarkan perintahku, jangan sekali-kali kau melanggar." Mathew berbisik, lalu mengecup singkat pipi Sheilla. Tubuh pria itu kembali menegak, akan tetapi di tak ada niat untuk pergi.

Sekilas Mathew melirik ke arah nakas, ada pizza serta pasta yang sudah pasti pesanan istrinya. Tanpa banyak bertanya, Mathew mengambil satu potong pizza lalu memakannya santai. Melihat itu Sheilla hendak protes, tetapi dia mengurungkan niat.

"Jadi, ada apa kau memanggilku? Bukankah ada Bibi? Mau minta apa dariku? Mau melakukannya sekarang?"

"Otakmu! Astaga, aku rasa di dalam otakmu terlalu banyak sampah, Math! Apa tidak bisa bahas hal lain selain ranjang?!" sentak Sheilla dengan menggebu.

Mathew terkekeh. Ternyata kesenangannya dalam hal menggoda Sheilla masih menjadi candu.

"Malam ini temani aku ya? Ada undangan dari kolega atas rampungnya projeck yang beliau jalankan."

"Kalau aku tidak mau?"

Tatapan keduanya kembali beradu. Seperti biasa, Sheilla tetap kembali kesetelan pabrik jiwa menantangnya.

"Aku tidak butuh persetujuan atau jawabanmu." Setelah mengatakan itu Mathew berdiri, meninggalkan Sheilla yang kini sedang mencak-mencak.

Undangan itu memang mendadak, dan Mathew tidak bisa menolak demi menjaga nama baiknya.

"Math!"

Saat hendak menutup pintu, tubuh Mathew kembali berputar ke belakang. Lagi-lagi kekehan Mathew tak bisa dihindarkan terlebih saat dia melihat Sheilla mengangkat tangan menyerupai bentuk love. Setelah itu, tubuh mungilnya masuk ke dalam selimut putih yang tebal.

Tidak ada sahutan, sebisa mungkin Mathew menahan diri agar tidak berbelok masuk lagi. Bukan apa-apa, di bawah sana Victor masih ada.

***

Sudah beberapa hari ini media online maupun offline sedang ramai kasus perceraian. Mungkin untuk warga biasa tidak akan heboh, pasalnya yang kini bercerai adalah Alexander—salah satu pengusaha ternama di kota New York.

Bosan melihat berita, Daisy mematikan saluran televisi serta melempar asal ponselnya. Pada akhirnya, pernikahan hancur yang selama ini dia coba genggam, menemui titik akhir. Perceraian itu terjadi setelah Sheilla—putri satu-satunya memilih pilihan yang Alexander berikan.

Entah harus merasa lega atau sedih, yang jelas perasaan Daisy teramat gamang.

Setelah resmi bercerai, Daisy memilih tinggal di apartemen pribadinya. Sebetulnya Sheilla sempat mengajak tinggal bersama, akan tetapi Daisy menolak.

"Semoga saja bukan boomerang untuk siapapun," guman Daisy. Berhubung hari ini dia tidak ke kantor, maka dari itu menghabiskan waktu di apartemeb sendirian adalah pilihan.

Kedua mata Daisy terpejam, ingatannya seketika terlempar pada kejadian lusa kemarin. Rasa kaget, syok, tidak sangka, semua beradu jadi satu. Bagaimana tidak kaget, saat dia kesal karena Sheilla terus mengeluh, lalu dinyatakan positif hamil dari mulut dokter.

Putri kecilnya akan menjadi ibu.

Lebih dari itu, Daisy juga sempat memikirkan kemungkinan yang akan terjadi nanti. Apa anak manja seperti Sheilla sudah mampu memikul status sebagai ibu muda?

Saat sedang asik membayangkan, suara notifikasi ponsel terdengar. Daisy kembali mendudukan tubuhnya lalu mengambil ponsel yang tadi dia taruh di sisi sebelah kanan.

Chat from : Sheilla.

Sheilla : 'Mama!'

Sheilla : 'Kenapa Mama beritahu Mathew? Bukankah aku sudah bilang akan beritahu sendiri?'

Isi pesan yang sudah bisa diduga.

Daisy menghela napas, dia juga tak langsung membalas. Anaknya ini ada saja tingkahnya. Toh yang dia beritahu sudah selayaknya tahu karena berstatus suami. Sambil memandangi isi pesan otak Daisy terus berfikir balasan apa yang sekiranya bisa Sheilla terima.

Baru saja jari-jarinya ingin mengetik balasan, nama Sheilla sudah kembali terpampang. Kali ini bukan pesan, melainkan video call. Tanpa menunggu lama Daisy mengangkat panggilan tersebut.

'Kenapa Mama lama mengangkatnya? Apa pesanku tidak masuk?'

"Masuk."

'Lalu? Kenapa Mama memberitahu lebih dulu?'

Mendengr itu Daisy berdecak. Jika situasinya seperti ini tentu Daisy ikut gemas, ingin rasanya meraup wajah cemberut itu menggunakan telapak tangannya yang kini gatal.

"Memang kenapa? Mathew itu suamimu, dia wajib tahu. Memang apa gunanya kamu menutupi? Dengan tahunya Mathew, dia bisa mengawasimu ekstra."

Kesantaian Daisy dalam berucap sangat berbeda dengan Sheilla di sebrang sana. Walaupun terhalang jarak, Daisy bisa menyimpulkan jika putrinya sudah badmood bahkan ingin mencak-mencak. Tak apa, Daisy membiarkan.

'Mama, are you okay?'

"Jangan fikirkan Mama, fikirkan saja hidupmu. Sudah menjadi istri orang, akan segera menjadi ibu. Dengarkan dan turuti apa perimtah yang Mathew berikan."

Tepat di ujung sana Sheilla mengerutkan kening. Dengarkan dan turuti? Beruntung pria itu tidak ada, otomatis tidak mendengar. Andai Mathew mendengar, pasti wajahnya sudah menyebalkan.

'Jaga dirimu dari Ayah, Sheil.'

***

Related chapters

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   BUKAN PRIORITAS

    "Eughh, aku lelah! Kenapa rasanya sangat menyiksa?""Aku mengutuk kehadiranmu!"Rasa ngantuk yang dibarengi mual begitu menyiksa Sheilla pagi ini. Hari masih teramat pagi, saking paginya matahari masih enggan menampakkan sinarnya. Jika biasanya jam segini Sheilla masih asik di dalam selimut, tidak dengan hari ini. Mual hebatlah yang memaksa wanita cantik itu bergegas lari ke kamar mandi.Tubuh lemas Sheilla bersandar ke dinding, tatapannya terus tertuju pada pantulan dirinya di cermin. Perutnya memang masih terlihat rata, pasti tidak lama akan membesar. Itu artinya ... apa harus tersiksa seperti ini setiap hari sampai anaknya lahir?"Diminum dulu."Kelopak mata Sheilla terbuka, seketika dia dihadapi segelas air mineral di depan mata. Sheilla menoleh, kini tatapannya tertuju pada sosok pria yang notabenya adalah suami. Sheilla yang enggan ribut mengambil gelas itu lalu meneguk air hangat pemberian Mathew sampai setengah.Tenggorokan yang awalnya tercekak, kini kembali sejuk. Dirasa cuk

    Last Updated : 2023-09-04
  • Suami CEO-ku Yang Posesif   JANGAN MACAM-MACAM!

    "Selamat pagi, Tuan.""Selamat pagi, tuan Mathew."Deretan sapaan terus Mathew dengar sejak kakinya melangkah masuk ke dalam kantor. Sudah pukul sembilan, jam kerja sudah dimulai, wajar saja para karyawannya full. Sapaan yang didapat hanya Mathew respon dengan anggukan kepala.Setelah cuti bulan madu, cuti istirahat, kini Mathew kembali beraktifitas seperti semula. Wajah boleh saja terlihat tenang, tetapi sudut bibir Mathew menyunjingkan senyuman saat dia teringat jika Sheilla sedang mengandung calon buah hatinya. Usia yang sudah menginjak kepala tiga memang sudah waktunya Mathew melahirkan penerus karirnya kelak."Victor, bawa semua berkas yang perlu saya cek. Jangan lupa materi meeting siang nanti," ujar Mathew saat dia tak sengaja papasan dengan sang asisten. Anggukan Victor membuat Mathew tidak menunggu jawaban pria itu dan langsung berlalu pergi.Langkah kaki Mathew membawa dirinya masuk ke dalam ruangan lalu tanpa berlama-lama dia duduk di kursi kebangsaannya. Sembari menunggu V

    Last Updated : 2023-09-11
  • Suami CEO-ku Yang Posesif   AKU HAMIL

    "Rena, jadi ada apa? Kenapa kamu ajak aku ke sini? Padahal kita bisa ngobrol di rumah. Selain itu, kenapa juga aku harus bohong sama Mathew? Dia itu menyebalkan, bahaya kalau tahu."Lagi, wanita di depan Sheilla hanya diam sambil memakan cake pesanannya. Entah apa yang ada di dalam otaknya, yang jelas matanya terus mengamati."Maurena!""Astaga, Sheill, kamu kenapa? Emang salah ya kalau aku ajak kamu jalan-jalan? Kamu ngga boring di rumah? Di jalan tadi aku udah bilang ngga sengaja lewat kawasan rumahmu, jadi aku mampir."Kedua mata Sheilla menyipit. Jawabannya tidak aneh, tidak pula mengandung rasa curiga. Tapi tunggu dulu."Kamu tahu rumahku dari mana, Ren?""Arvel."Tepat sesuai dugaan. Mata yang awalnya menyipit kini berputar jengah. Entahlah, walaupun sudah lama berlalu, tetap saja rasa kesal Sheilla pada sosok Arvel masih sangat ada. Belum lagi tingkahnya yang menyebalkan, semakin memperkeruh kebencian.Sheilla menghempas punggungnya ke sanggahan kursi, kedua tangannya terlipat

    Last Updated : 2023-09-11
  • Suami CEO-ku Yang Posesif   TIDAK PEKA

    Makan malam memang sudah usai, akan tetapi Sheilla masih merenung memikirkan semuanya. Jika biasanya Sheilla enggan berfikir yang menjurus masa bodo, kali ini tidak. Bukan hanya itu, otak mungil Sheilla kini sedang menerka apa yang membuat dirinya dicap pembohong.Heningnya ruang tamu membuat desahan frustasi Sheilla terdengar. Kalau memang iya Mathew tahu kejadian tadi siang, tamat sudah riwayatnya.Setelah ini ... apa dia akan dikembalikan kepada sang ayah?! Tidak, tidak! Itu mimpi buruk! Pasca memantapkan keputusan memilih Mathew, hubungan Sheilla terhenti dengan Aledander—ayahnya.'Kalau begitu, mulai sdetik ini stop memanggil saya dengan sebutan Ayah. Ah, iya, semua fasilitas akan saya tarik. Silahkan ke luar, bawa sisa semua bajumu.'Kata-kata itu kembali terngiang bahkan tak jarang membuat Sheilla meringis. Sheilla kembali menghela napas sembari memijat keningnya yang berdenyut. Sejenak melupakan sang ayah, kini Sheilla kembali memikirkan Mathew. Saat sedang asik berfikir sekel

    Last Updated : 2023-09-29
  • Suami CEO-ku Yang Posesif   I LOVE YOU, MATH.

    Walaupun mata masih berat untuk terbuka, akan tetapi rasa penasaran Sheilla teramat kuat. Bukan karena ada hal mistis, tetapi hembusan napas yang terasa di wajah. Perlahan kelopak mata Sheilla terbuka, sesaat dia terdiam tanpa bergerak sedikitpun. Tepat di depannya terpampang wajah damai milik Mathew.Bukan hanya hembusan napas, pelukan erat yang Sheilla rasakan membuatnya tak bisa bergerak bebas. Alih-alih berusaha melepaskan, Sheilla justru tersenyum sembari mengeratkan pelukannya.Hangat.Nyaman.Tenang.Tiga perasaan itu muncul serempak di dalam hati Sheilla. Untuk hari ini, bolehkah Sheilla merasa beruntung karena bertemu Mathew? Ah, entahlah, Sheilla sedang enggan berfikir.Bak anak bayi, Sheilla terus mendusel mencari kenyamanan di dada bidang milik sang suami. Tanpa Sheilla sadari, Sejak tadi Mathew sudah bangun. Akan tetapi, Mathew tetap diam tanpa mengeluarkan suara. Biarkan saja istrinya itu melakukan hal yang dia mau.Tubuh keduanya kembali merapat, disusul kelopak mata ya

    Last Updated : 2023-10-01
  • Suami CEO-ku Yang Posesif   JANGAN TERLALU PERCAYA DIRI

    "Aku bosan. Sungguh, aku bosan melihat wajahmu sepanjang hari! Apa tidak bisa sehari saja aku tidak melihat?""Lalu sekarang kau mengacuhkan aku? Untuk apa semua ini? Kupikir manusia sibuk sepertimu tak akan melakukan hal unfaedah seperti ini."'Kau sunggu berisik, Sheilla Watson!'Mendengar sahutan itu bibir Sheilla mengerucut. Walaupun keduanya terhalang jarak, tetapi tetap saja Sheilla merasa kesal. Bagaimana tidak kesal, sejak tadi Mathew menganggu dengan telepon dan juga video call. Sheilla yang terlanjur lelah pada akhirnya mengangkat panggilan itu.Saat sedang kesal-kesalnya, Sheilla teringat sesuatu. Hal itu membuat senyumnya merekah lebar. Sebelum memulai, Sheilla mengambil posisi duduk sembari menguncir rambut."Kau sudah tidak marah padaku? Oh, iya, mana bisa seorang Mathew sanggup mendiamkanku."'Jangan terlalu percaya diri.'Senyum Sheilla seketika berubah jadi tawa. Di sebrang sana Mathew memang sibuk menghadap laptop, tetapi bisa-bisanya tetap ingin video call. Dimana l

    Last Updated : 2023-10-03
  • Suami CEO-ku Yang Posesif   NYONYA SMITH

    "Mama ... apa Mama sedih melihat berita akhir-akhir ini? Apa keputusanku salah, Mah?"Posisi Sheilla yang tengah rebahan di paha membuat Daisy merunduk agar bisa menatap sang putri. "Itu keputusan tepat, Sheill. Memang kamu bisa bertahan hidup dalam lingkaran toxic seumur hidup? Kamu berhak bahagia, dan mungkin Mathew yang akan memimpin. Percayalah, sebenarnya keputusan bercerai sudah sejak dulu dibahas."Sheilla terdiam, tatapannya masih terus tertuju pada Daisy. Tidak ada raut sedih, wanita itu justru tersenyum sambil mengusap pucuk kepalanya. Hal sederhana, tetapi mampu membuat hati Sheilla berdesir."Mama? Apa Mama ingat kapan terakhir kita sedekat ini? Kapan pula aku bisa leluasa melihat wajah Mama?""Yang pasti cukup lama, ya? Maaf, tapi sekarang bisa kita perbaiki. Kapanpun kamu butuh, Mana akan ada setiap saat," sahut Daisy gugup.Tidak ada jawaban apapun dari Sheilla, dia juga bisa melihat raut tidak enak di wajah sang mama. Sepertinya rasa bersalah akan masalalu tetap bersem

    Last Updated : 2023-10-04
  • Suami CEO-ku Yang Posesif   BAJU DINAS

    "Pilih apa yang ingin kau mau."Tunggu.Suara siapa itu?Tubuh Sheilla refleks berputar menghadap ke belakang. Kini tak jauh dari tempatnya berdiri, ada sesosok pria tak asing tengah tersenyum padanya. Kening Sheilla mengerut, dalam diamnya dia masih memastikan kebenarannya."Jayden?"Pria yang dipanggil Jayden itu tersenyum lebar. Sudah sangat lama, pada akhirnya dia mendengar namanya disebut kembali oleh sang mantan. Ada rasa sesal di dalam hati Jayden. Andai kejadian waktu itu tidak terjadi, mungkin saat ini Sheilla masih menjadi miliknya."Aku serius, kalau kamu mau salah satu tas itu, ambil saja, nanti aku yang bayar. Jangan negatif thinking, anggap saja sebagai permintaan maaf."Kening mulus Sheilla mengerut mendengar perkataan Jadyen. Apa katanya tadi? Sebagai permintaan maaf? Apa telinganya tidak salah mendengar?"Sheill?"Sheilla berdecak, tangannya menghempas tangan Jayden yang ingin menyentuhnya. Steven dan George pun melakukan hal sama, dengan gerakan cepat mereka menarik

    Last Updated : 2023-10-05

Latest chapter

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   HARI MEMBAHAGIAKAN (END)

    "Menjauh dan pergi dari hadapan saya.""Kasih saya waktu untuk bic–""NOW!"Bentakan tak terbantahkan itu menggema di ruang tamu. Akan tetapi walaupun begitu nyali Mathew tidak menciut. Walaupun hatinya sangat berat untuk ke sini dan bertemu Alexander, semua ini Mathew lakukan demi Sheilla yang akan melahirkan sore hari ini."Sheilla, putri anda, dia akan melahirkan sore ini. Persalinan normalnya batal karena ada beberapa kendala, maka dari itu dia harus melakukan caesar demi keselamatannya dan juga kedua anak kami. Sheilla ingin dan berharap anda datang. Setidaknya temuilah dia sebentar," ujar Mathew dengan penuh kesabaran. Untuk saat ini dia harus menghilangkan keegoisannya.Mendengar permintaan Mathew barusan Alexander tertawa. Masih dengan tatapan remehnya dia menjawab, "putri? Apa telinga saya tidak salah mendengar? Sejak dia ke luar dari rumah ini, dia resmi bukan putri saya! Dia sendiri yang mengambil keputusan itu, dan dia pula yang harus bertanggung jawab."Masih keras kepala

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   KONTRAKSI PALSU

    Hari masih terbilang masih pagi. Bagaimana tidak, matahari belum sepenuhnya terbit menyinari bumi. Tapi seperti biasa, Sheilla sudah terbangun karena tidurnya tidak nyenyak. Bahkan semalam Sheilla hanya bisa tidur satu jam paling lama. Posisi tidur yang serba salah, perut sakit, semua beradu menjadi satu. Andai bisa berteriak, mungkin mulutnya sudah menyuarakan kata nyarah puluhan kali.Sheilla menghembuskan napasnya perlahan. Sebelum beranjak dari tempat tidur wanita itu mengamati wajah suaminya yang masih terlelap. Mathew terlihat sangat damai, semalam juga dia ditemani pria itu begadang karena tidak bisa tidur. Maka dari itu Sheilla tidak ada niat membangunkan, biarkan saja suaminya tidur. Tangan Sheilla terulur mengusap pipi Mathew."Maaf ya kalau selama ini aku selalu ngerepotin. Makasih kamu masih mau memperjuangkan aku. Aku sadar belum bisa jadi istri yang baik, tapi akan selalu aku usahakan. Begitupun nanti, aku akan belajar jadi ibu yang baik untuk anak kita," ujar Sheilla pe

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   SEBENTAR LAGI

    Setelah tiga hari berada di rumah sakit kini Sheilla sudah diperbolehkan untuk pulang. Selama di rumah sakit, Mathew lah yang setia menunggu serta merawat dengan tulus. Sheilla sendiri sampai detik ini masih bingung. Bingung ingin merespon apa. Mathew memang tidak membahas apapun soal kejadian di rumah ayahnya, tetapi tetap saja ada yang mengganjal.Infusan sudah dilepas, baju sudah ganti, kini Sheilla tinggal menunggu Mathew yang sedang mengurus administrasi serta mengambil obat. Sheilla turun dari tempat tidur, kakinya melangkah menuju jendela. Dari atas Sheilla bisa melihat kendaraan berlalu-lalang."Sudah bukan waktunya berfikir soal masalah kemarin. Itu sudah berlalu, sekarang fikirkan saja anak kita. Kau akan segera melahirkan, jadi jangan banyak fikiran. Aku di sini, bersamamu, selamanya. Iya, selamanya. Sudah aku bilang, apapun yang sudah menjadi milikku akan kembali pada tuannya. Sudahlah, lupakan ayahmu."Tubuh Sheilla berputar, dia menatap pria yang kini berdiri tepat ri de

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   SUMBER SEGALA MASALAH

    "Jadi maksudnya ... ini semua?"Rasa kaget kini menyelimuti hati Daisy. Bukan hanya Daisy, tetapi Elena juga. Keduanya baru saja mendengar rekaman dari ponsel Mathew. Dalam rekaman itu sangat jelas disebut kaau dalang dari kekisruhan ini adalah Alexander."Iya, mantan suami anda.""Math, kamu serius?" Elena meraih tangan Mathew, menunggu jawaban detail dari mulut putranya sendiri.Bukan lagi rekaman, kini Mathew mengeluarkan kertas dari dalam sakunya. Kertas itu dia berikan kepada Elena agar kedua wanita di dekatnya membuka sendiri tanpa perlu dia jelaskan. Mathew sudah teramat lelah dengan semua drama ini, ingin rasanya dia cepat-cepat mengakhiri."Tapi saat ini Sheilla sedang menginap di rumah ayahnya. Mathew, kamu bisa hari ini juga jemput Sheilla. Mama akan dampingi kamu untuk ke sana. Ternyata semuanya benar. Ini semua ulah Alexander." Daisy berdecak tidak percaya. Padahal selama sebulan kebelakangan dia sudah menilai beda mantan suaminya itu.Akan tetapi semua dugaan baik Daisy

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   GAME OVER!

    “Alexander!”“Alexander siapa yang kau maksud? Di dunia ini banyak nama Alexander. Maka dar—”“Alexander Harrvad Watson! Dia yang menyuruh saya untuk melakukan ini semua. Dia juga yang menyuruh serta membayar kalau saya berhasil menaruh bayi itu di depan rumah anda. Sungguh, apa yang saya katakana benar adanya. Tuan Alexander juga yang menyuruh saya pergi dari kota ini sebelum anda mencari tahu.”Mendengar itu Mathew sempat terdiam sesaat. Bukan kaget, justru yang ada di dalam hati Mathew diisi oleh kemarahan. Ternyata dugaannya beberapa hari ini benar adanya. Awalnya Mathew mengira dalang dibalik ini semua adalah Freya, tapi setelah berfikir ulang kecurigaan Mathew tertuju pada Alexander. Dan sial, ternyata semua benar adanya.“Sialan!” umpat Mathew.Semua informasi yang dia tunggu-tunggu sudah didapat. Tanpa mengatakan apapun Mathew berdiri meninggalkan wanita yang masih tersungkur di lantai. Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan dia papasan dengan Arvel. Hanya dengan saling tata

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   BENDERA PERANG

    “Sialan!”BRAK!Umpatan yang dibarengi gebrakan meja membuat Arvel dan juga Calvin terlonjak kaget. Boleh saja keduanya kaget, pasalnya mereka sedang fokus menatap layar laptop yang menampilkan beberapa video. Calvin melirik Arvel, pria itu yang tahu kode sang sahabat langsung mendelikkan bahu. Toh dia juga sama-sama tidak tahu.“Lagi-lagi mengibarkan bendera perang,” ujar Mathew lagi.Arvel beranjak dari kursi menghampiri Mathew. Tepukan kecil dia sematkan di pundak sahabatnya itu. “Ada apa lagi, Math? Semua hampir rampung, sabar sedikit apa tidak bisa?”Tanpa menjawab Mathew memberikan ponselnya kepada Arvel agar pria itu melihatnya sendiri. Sambil menunggu apa respon Arvel, Mathew menghabiskan minuman sodanya yang tinggal setengah. Rasa tidak sabar kini bersemayam di dalam hati Mathew. Ingin rasanya dia segera menutaskan masalah yang ada lalu membawa Sheilla ke dalam dekapannya.“Siapa yang menaikkan berita ini, Math? Kenapa bisa tercium media?” tanya Arvel tanpa mengalikan tatapan

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   MEMULAI KEHIDUPAN BARU

    “Apa kau benar-benar sudah lupa denganku? Hufft, menyedihkan sekali hidupmu, Sheilla.” Tanpa menghentikan acara nyemil Sheilla manatap laptop di depannya. Entah dari mana asalnya, yang jelas kini sebuah berita terpampang nyata di matanya. Awalnya Sheilla ingin melewati berita tersebut, tetapi saat tidak sengaja membuka isinya Sheilla terdiam dengan isi otak yang bercabang. “Sangat serasi,” guman Sheilla melihat beberapa foto di depannya. Bukan lagi menonton drama apalagi melihat foto artis. Akan tetapi, yang sedang Sheilla lihat adalah berita berisikan nama serta foto Mathew dengan Freya. Berita itu memang memuat soal pekerjaan mereka, tetapi tetap saja Sheilla merasa ada yang aneh dengan hatinya saat ini. Apakah … ini cemburu? Sheilla sadar sudah cukup lama dia menutup diri dan juga komunikasi dengan Mathew. Tapi dibalik itu, hubungan Sheilla dengan sang ayah mulai dekat. Saking dekatnya Sheilla beberapa kali sempat menginap walaupun endingnya dijemput paksa oleh Daisy. Entah dal

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   BELUM BISA BERDAMAI

    "Kapan hasil tes DNA-nya keluar, Math?""Kemungkinan 2 hari lagi, Mah. Selagi nunggu, aku sedang menyelidiki siapa dalang dari semua kekisruhan ini. Aku ingin semua cepat terungkap agar bisa menjemput Sheilla. Karna tidak lama lagi dia akan melahirkan."Elena mengangguk. Dia paham apa maksud perkataan putranya itu. Memang sudah dua minggu lebih menantunya pergi dari rumah ini. Dan selama itu juga Mathew tidak tinggal diam. Hanya saja bukti yang pria itu dapat belum sepenuhnya."Mama doakan apapun langkah yang sedang kamu jalani saat ini. Pesan Mama hanya satu, Math, jaga dirimu baik-baik. Sebisa mungkin hindari apapun yang akan membahayakan dirimu. Ingat, tugasmu sekarang membawa Sheilla pulang." Tangan Elena terulur mengusap lembut punggung putranya.Tidak mau munafik, Elena sangat kagum melihat bagaimana putranya menyelesaikan masalah. Pria itu tidak gegabah, tetapi melakukannya secara struktur. Dan itu membuat Elena teringat dengan ... Hannon–mantan suaminya. Dari sisi manapun kedu

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   CERAI DENGAN SHEILLA?

    "Mama, perut aku sakit."Baru Daisy ingin menutup pintu kamar, rintihan Sheilla terdengar. Maka dari itu dia mengurungkan niat lalu menghampiri Sheilla yang sudah terbalut selimut tebal. Tanpa perlu penjelasan Daisy tahu rasanya menjadi Sheilla saat ini. Semua akan terasa serba tidak enak.Daisy duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur mengusap kening Sheilla yang dipenuhi keringat. Suhu ruangan dingin, tetapi tidak berlaku untuk tubuh Sheilla."Mama, kenapa sakit sekali? Apa malam ini aku akan melahirkan? Benar-benar sakit!" Sheilla kembali berujar dengan suara gemetar. Kedua tangan di dalam selimut terkepal kuat merasakan sakit di perutnya.Daisy menggeleng seraya menjawab, "belum, belum waktunya kamu lahiran. Itu namanya kontraksi palsu, dan memang sering dan akan tetap terjadi sampai persalinan tiba. Tapi kalau memang sakitnya tidak bisa kamu tahan, kita bisa ke rumah sakit untuk priksa dan jaga-jaga. Tapi kalau kata Mama ya kontraksi palsu, dan pasti tidak perlu masuk rumah sakit

DMCA.com Protection Status