Ben sepulangnya dari tempat hiburan milik Eros serasa masuk ke labirin baru. Lebih rumit dan membuatnya semakin terhimpit.Satu masalah lama soal sayembara belum mereda, kini dia harus dihantui oleh masalah baru akibat kecerobohannya sendiri.Mengapa dia tak menahan diri saja agar tak mudah dipermainkan di saat kondisinya terpuruk? Mengapa tak tidur saja di rumah atau nge-gym serta berkumpul dengan keluarganya agar ia tak mudah goyah saat keinginannya tak dituruti oleh istrinya?!Dia sudah bersusah payah untuk keluar dari kecanduannya pada alkohol, semalam justru ia terjebak lagi oleh minuman haram itu."Ben? Kamu dari mana saja?" Aliesha menyambutnya dengan tatapan mata penuh kekhawatiran.Lihatlah, Ben! Itu istrimu yang cantik sempurna namun semalam kamu malah jatuh di pelukan perempuan lain yang murahan dan tak bisa menjaga diri. Apa kamu masih punya muka untuk berhadapan dengan wanita cantik yang tulus mencintaimu ini? Suara hatinya mengingatkan dan semakin membuatnya merasa bersa
Meski sekarang ini Aliesha tak sepenuhnya mencintai suaminya, namun tetap saja yang namanya diselingkuhi itu rasanya sangat menyakitkan.Dia lebih tersakiti lagi karena rupanya Ben menemukan seorang wanita yang tak berkelas sebagai pengganti dirinya.Aliesha tahu kalau Ben melakukannya karena ia tak mau melayani suaminya malam lalu. Sudah barang tentu laki-laki paling tidak kuat untuk menjinakkan hawa nafsunya sendiri. Aliesha tak kaget sebenarnya kalau Ben ada kemungkinan main perempuan di luar sana!Hanya saja yang membuatnya benci pada suaminya, lagi-lagi dia melakukan hal yang terafiliasi dengan Eros. Lelaki gendut yang dulu adalah mantan calon suami Aliesha. Kini harga dirinya seperti sedang terusik.Eros memang keterlaluan dan tak berhenti juga mengganggu ketenangan hidup Aliesha. "Aku harap kamu tidak bersikap seperti anak kecil, Aliesha!" Kakeknya datang ke tempat di mana Aliesha sejak tadi termenung sendirian. Orang tua itu tahu masalah apa yang sekarang sedang ia alami. B
"Benedict?" Aliesha tak menyangka suaminya itu akan mendengar jeritan suaranya meminta tolong.Di saat Noah lengah dan tampak ikut terkejut atas kehadiran sepupunya itu, Aliesha akhirnya berhasil meloloskan diri dari pelukannya.Wanita berambut panjang itu lantas berdiri mendekati suaminya. Walau bagaimanapun hubungan mereka saat ini, Benedict adalah suami yang menjadi rumah baginya untuk pulang.Aliesha sudah belajar banyak dari keadaan bahwa tidak seorangpun di rumah ini yang berada di pihaknya selain Ben. Noah rupanya juga masih terkesan membela kakeknya daripada dirinya. "Aliesha, apa yang dia lakukan padamu?" Meski istrinya tidak melakukan kontak fisik dengannya, Ben merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu."Ben, sebaiknya kita pergi dari sini... Aku tidak mau berlama-lama bersama lelaki yang hanya mempermainkan hati wanita sesuka hatinya itu!" Terang saja akhirnya Ben mengikuti Aliesha untuk kembali ke kamar mereka.Ben berjalan dengan cepat mengikuti Aliesha yang sepertinya
Tentu Aliesha terkejut dengan suara yang mendatanginya itu."Noah?" Ucapnya lirih tanpa membuat orang di sekitarnya terkejut.Aliesha tak mau menjadi pusat perhatian. Dia melirik melihat Benedict yang masih sibuk menidurkan anaknya."Noah, mau apa kamu ke sini?" Aliesha tampak tidak menyukai saat Noah mengejutkannya, apalagi di saat ia kesulitan menidurkan anaknya yang rewel."Aku sama seperti penumpang yang lain. Memangnya kamu pikir apa yang aku lakukan sekarang?" Tanya Noah mengejek saat tahu Aliesha tak menyukai keberadaannya di sini."Terserah apa yang mau kamu lakukan. Tapi yang jelas aku tidak mau tahu. Pergi dari sini..." Aliesha berjalan menjauhi Noah dan bergegas menyusul suaminya.Dia merasa seperti kena teror saat tahu ada Noah di dekatnya.Dugaannya benar. Bahkan saat di pesawatpun, keduanya sama-sama naik Business class."Rasanya kita memang berjodoh, Aliesha. Bahkan saat di sinipun kita duduk berdekatan!" Ucapnya seakan memenangkan perlombaan.Noah bahkan sempat mengerl
"Kamu mau makan apa?" Ben sengaja bertanya pada Aliesha sekali lagi karena semenjak mereka check in di hotel, istrinya sepertinya tak bisa berkonsentrasi. "Oh, aku? Aku seafood saja, Ben. Terima kasih..." Suaminya dengan sigap memesankan makanan pada pelayan yang melayani mereka di restoran. Kedua anaknya sibuk dengan baby sitter masing-masing. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kamu teringat pada Ayahmu?" Tanya Ben berbasa-basi. Instingnya sebagai suami sekarang merasakan kalau ada yang salah dengan sang istri. Tapi, Ben masih belum bisa menemukan di mana masalahnya. Setelah makanan yang dipesan dihidangkan, Aliesha juga tak kunjung memakannya. Ia hanya memainkan sendok dan garpunya. "Apa mau pakai sumpit saja?" Ben menawarkan. Aliesha hanya merespon dengan menggeleng dan tak melanjutkan makan. Dia justru sekarang sibuk mengawasi kedua anaknya saat kedua baby sitter mereka diperintahkan untuk makan terlebih dulu. Melihat istrinya yang rela menunda makan, Ben merasa kasihan.
"Ben, jangan berpikir macam-macam. Belum tentu dugaanmu itu betul." Aliesha meralat kalimatnya agar suaminya tidak melanjutkan kalimat yang merembet ke asas praduga tak bersalah versinya. "Apanya yang menduga? Aku tahu sendiri dan melihat dengan mata kepalaku!" Sanggah Ben pada istrinya. "Mmm... bagaimana itu?" "Kita semua sudah tahu kalau kamu selalu dikejar dan dihantui oleh Noah. Ke manapun kamu berada di situlah ada Noah. Dia akan selalu mencari celah kelemahanmu lalu berusaha untuk mendekatimu dan melancarkan aksinya. Lihatlah apa yang selama ini dia lakukan!" Apa yang dikatakan oleh Ben memang ada benarnya dan itu merupakan fakta. "Aku..." Aliesha tak kuasa menjawab atau menyanggah. Karena itu adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan lagi. Semua tahu kalau selama ini Noah terlalu mencampuri kehidupan Aliesha terlebih setelah mereka bercerai. "Tak seharusnya kalian yang sudah bercerai masih menjalin hubungan. Entah itu kamu dalam keadaan terpaksa atau kamu juga masih meni
"Apa yang pernah terjadi pada Anda Mister Cheng?" Tanya Noah masih dengan dirundung rasa penasaran. Dia tak menyangka akan mendapatkan sebuah pelajaran hidup dari klien besarnya ini. Selama ini dia sangat tertutup. "Ya, kamu tahu sendirilah. Untuk para businessman, semua hanya soal uang dan uang. Profit di sana, investasi di sini... hanya soal itu. Bahkan aku melupakan sesungguhnya dalam hidup ini ada hal selain uang yang kita butuhkan, yaitu sebuah cinta!" Ungkapnya dengan mata bersungguh-sungguh. Seakan penyesalan itu bukan sekedar omongan yang ia jadikan untuk memikat hati Noah mendengarkan apa yang dia sampaikan. "Hmmm... berat, Mister." Noah membuat sebuah kesimpulan singkat setelah mendapatkan berbagai cobaan dalam urusan percintaan. "Kalau kamu sudah dihadapkan pada soal urusan cinta dan keluargamu, mana yang kamu pilih dan dahulukan?" Tanya lelaki tua itu lagi. Ini adalah hal yang sama persis terjadi pada Noah sekitar setahun lalu. Saat dia mengorbankan hatinya untuk kelu
Noah tentu saja merasa sakit hati. Apalagi perkataan itu disampaikan oleh sepupu terdekatnya sendiri."Apa maksud kamu mengatakan kalau aku tak seberarti itu di kehidupan Aliesha!? Ingat, aku adalah ayah dari dua anak yang sekarang hidup bersamanya." Noah masih saja membandel dengan pendapatnya sendiri. Ricky hanya terdiam saja menyaksikan sepupunya mengeluarkan uneg-unegnya.Sejak dulu ia memang sangat keras kepala dan semua juga tahu watak spesialnya ini. "Noah... aku tahu. Kamu memang pernah menjadi sosok yang berharga bagi hidupnya. Tapi, itu dulu... saat kamu belum memutuskan untuk menceraikan dia!" Kata Ricky lagi. "Menceraikan? Siapa yang menerorku untuk menceraikan Aliesha, itu semuanya adalah ulah kalian!!!" Noah menuding dan menyalahkan Ricky sebagai perwakilan keluarganya. Selama ini dia telah menjadi 'wayang' yang harus menurut pada lakon skenario keluarga besar, itu semata dia lakukan demi membalas dendam. "Noah, itu sudah lama berlalu. Sebaiknya kamu tidak mengungki