Setibanya Bella dan Jona di rumah, mereka dihadapkan dengan masalah baru. Ibunya Bella menatap mereka dengan tatapan yang berapi-api. Sebab daritadi Rafael tak henti menangis. Sebagai seorang nenek tentu Mita merasa kecewa dengan tindakan yang Bella dan Jona lakukan.“Ibu. Sudah lama?” tanya Bella.“Tentu saja. Tadi Bibi menelepon Ibu karena Rafael katanya rewel. Sedangkan kalian tidak bisa dihubungi tadi,” jawab ibunya Bella dengan ketus.Mungkin Jona dan Bella tidak bisa dihubungi karena sedang bersitegang dengan Ronald tadi. Namun tetap saja sebagai orangtua Rafael, Bella dan Jona merasa bersalah. Pantas kalau ibunya Bella marah.“Kalian dari mana saja? Kalian sadar tidak sih kalau sudah jadi orangtua. Kalian sudah bukan ABG lagi yang seenaknya sendiri keluyuran. Kasihan Rafael,” cerca ibunya Bella.“Maafkan kami, Bu. Tadinya kami hanya ingin keluar sebentar. Kami tidak tau kalau Rafael rewel. Kami juga bisa jelaskan kenapa kami pulang selarut ini.” Jona mencoba menjelaskan.Bukann
Kemudian Norma menghubungi Bella. Wanita itu ternyata sedang berada di toilet. “Kamu di mana sih, Bel? Tiba-tiba ngilang. Udah kayak jin,” gerutu Norma.“Aku ke toilet. Sorry tadi aku kebelet. Jadi aku terpaksa ninggalin kamu. Habis kamu lagi sibuk sama Laura,” jawab Bella berbohong.“Ya ampun. Sayang banget tadi kamu nggak ketemu sama dia.”“Ya mau gimana lagi.”“Ya udah, aku akan menyusulmu ke toilet.”Karena jarak toilet dan tempat Norma jauh, Bella tak tega membiarkan Norma menyusulnya. “Nggak usah Norma. Tempatnya kan jauh. Kamu tunggu aja di mobil. Aku udah selesai kok. Aku segera kembali.”“Kamu yakin?”“Iya.”Tak lama Bella datang. Lalu mereka kembali ke kantor. Dan benar saja. Atasan Bella dan Norma marah besar karena mereka berdua menghabiskan waktu makan siang terlalu lama.Akibatnya atasan mereka memberikan pekerjaan tambahan untuk mereka. Norma dan Bella harus lembur hari ini. Celakanya tak ada uang lembur alias sukarela.“Gara-gara tadi antri foto sama Laura kita jadi ke
Karena sudah hampir masuk waktu makan siang, jadi Bella dan Norma memutuskan untuk pergi ke mall. Sekalian menghibur Rafael yang mulai rewel. Mungkin dia bosan terus menerus berada di dalam rumah Norma.Setelah berganti baju. Kemudian Bella, Norma dan Rafael pergi ke mall yang tidak jauh dari rumah Norma. Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai ke tempat itu.Sesampainya di sana Bella dan Norma memutuskan untuk ke tempat bermain anak. Di sana Rafael terlihat sangat senang. Bella sejenak melupakan masalahnya dengan Jona. “Rafael seneng banget pas main sama kamu, Nor.”“Iya dong. Kita kan kompak ya El?” tanya Norma pada Rafael. Dan bayi menggemaskan itu tertawa saat Norma membuat ekspresi lucu dan menggelitik badannya.Satu jam berlalu. Perut Bella dan Norma mulai lapar. Mereka berdua kemudian memutuskan untuk makan. Sembari mereka makan. Rafael duduk di kursi bayi yang disediakan oleh restoran tempat Bella dan Norma makan.Awalnya semua baik-baik saja. Sampai pada akhirnya Ronald data
Jona sudah meminta maaf kepada Bella. Namun Bella tak kunjung memaafkan Jona. Hingga pagi harinya Bella enggan menegur suaminya. Dia hanya menjawab pertanyaan dari Jona seperlunya saja.“Ayolah, Bel. Jangan seperti ini terus. Aku kan sudah minta maaf sama kamu.”Bella diam. Dia malah sibuk mengoleskan roti dengan selai nanas. Lalu memakannya dengan emosi. Tak sampai roti itu habis Bella kemudian menaruhnya kembali, lalu pergi ke kantor. Jona belum menyerah untuk membujuknya. “Bel. Jangan diam aja kayak gini.”Tak lama pengasuh Rafael datang. Sebelum pergi Bella tak lupa menitipkan Rafael pada wanita tersebut. “Bibi. Minta tolong jagai Rafael ya.”“Iya, Mbak Bella.”Malu dengan pengasuh anaknya Jona kemudian membiarkan Bella pergi. Ia lalu bersiap juga untuk pergi bekerja. Jona tak sarapan pagi itu karena kesal.“Mas Jona sudah sarapan?” tanya Bibi.“Nggak Bi. Saya sarapan di luar aja. Titip Rafael ya, Bi.”“Kalau nggak buru-buru biar saya siapkan sarapan untuk Mas Jona.”“Nggak, ng
Norma sebenarnya menyukai Jona dan menikmati melihat Bella dan Jona bertengkar karena hal itu memberinya harapan bahwa dia mungkin memiliki kesempatan dengan Jona di masa depan. Norma tetap bersikap ramah kepada Bella, tetapi diam-diam dia berharap bahwa pertengkaran antara Bella dan Jona akan membuat hubungan mereka semakin renggang, memberinya peluang untuk mendekati Jona. Norma menjadi penonton yang diam-diam menikmati drama di antara Bella dan Jona, sambil menyimpan perasaan yang lebih dalam untuk Jona.Meskipun Norma bersikap ramah kepada Bella, di dalam hatinya dia merasa senang melihat ketegangan antara Bella dan Jona. Setiap pertengkaran mereka memberinya harapan bahwa dia mungkin bisa mendekati Jona di masa depan. Namun, Norma menyadari bahwa dia harus tetap hati-hati dalam mengekspresikan perasaannya agar tidak menimbulkan kecurigaan pada Bella atau Jona.Setiap kali Bella dan Jona bertengkar, Norma diam-diam menyimak dengan seksama. Dia mencoba untuk menafsirkan setiap inte
"Maafin nenek, Bel. Nenekku memang agak keras kepala dan konservatif. Tapi percayalah, aku akan selalu mendukungmu."Bella menghela napas. "Aku cuma gak ingin masalah ini mempengaruhi hubungan kita, Jona. Aku ingin kita tetap kuat bersama.""Aku juga, Bel. Kita akan melewati ini bersama-sama, aku janji."Meskipun masih ada ketegangan di udara, Bella merasa lega mendengar dukungan Jona. Mereka berdua berjanji untuk tetap saling mendukung dan melalui masalah ini bersama-sama. Namun, Bella tetap merasa bahwa tantangan besar masih menanti mereka, terutama dalam usaha untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan penuh dari keluarga Jona.**Beberapa minggu berlalu setelah pertemuan dengan keluarga Jona, Bella masih merasa tegang dengan hubungan mereka. Meskipun Jona telah berjanji untuk mendukungnya, kehadiran nenek Jona yang sinis masih mengganggu pikirannya.Suatu hari, Jona mengundang Bella untuk menghadiri acara keluarga lainnya. Bella merasa gugup namun juga ingin memberikan kesempata
Norma mencoba lagi dengan pendekatan yang lebih halus. Suatu hari, ketika Bella dan Jona sedang bersantai ketika istirahat di kantor, Norma mencoba menyelipkan komentar yang menciptakan ketegangan."Jadi, Bella, bagaimana hubunganmu dengan ibu Jona?" tanya Norma, mencoba mengganggu kenyamanan Bella.Bella tersenyum dan menjawab dengan antusias, "Ibu Jona sangat baik padaku, Norma. Dia begitu hangat dan ramah. Aku merasa diterima di keluarga mereka."Namun, Norma tidak puas dengan jawaban itu. Dia terus menyudutkan Bella dengan pertanyaan yang tajam, "Tapi apakah kamu yakin bahwa dia benar-benar tulus padamu? Siapa yang tahu apa yang dipikirkan oleh ibu Jona tentangmu di belakang layar?"Jona merasa tidak nyaman dengan arah percakapan itu dan langsung melangkah untuk membela Bella, "Norma, apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Ibuku telah menunjukkan dukungan dan kebaikan pada Bella sejak awal. Aku gak mengerti kenapa kamu selalu mencoba menciptakan keraguan dalam pikiran Bella."Bella m
Dalam beberapa minggu berikutnya, Bella terus berusaha menjaga jarak dengan Norma di tempat kerja. Dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu istirahat dengan teman-temannya daripada bersama Norma, dan dia juga selalu menolak tawaran tumpangan pulang dari Norma.Namun, upaya Bella untuk menjaga jarak tidak selalu berjalan lancar. Norma terus mencari cara untuk tetap dekat dengan Bella, meskipun Bella mencoba menghindarinya. Dia sering mencoba menyelipkan diri ke dalam percakapan Bella atau mengajaknya untuk makan siang bersama, meskipun Bella dengan sopan menolaknya setiap kali.Di samping itu, Bella juga mulai curiga dengan perilaku Norma yang tampaknya semakin licik. Dia merasa bahwa Norma terus mencari kesempatan untuk menciptakan ketegangan di antara mereka, entah dengan menyebarkan gosip palsu atau mengkritik Bella di depan rekan kerja mereka.Bella memutuskan untuk berbicara dengan Jona tentang kecurigaannya terhadap Norma. "Jona, aku merasa semakin gak nyaman dengan kehadiran N
Waktu telah lama berlalu, Norma mulai menunjukkan tanda tanda perubahan. Dia terlibat dalam program program rehabilitasi di dalam penjara dan mulai memperdalam pemahamannya tentang dirinya sendiri. Dia belajar mengelola emosi dan membuat keputusan yang lebih bijaksana, serta merencanakan langkah langkah untuk masa depannya setelah keluar dari penjara.Ketika hari pembebasannya semakin dekat, Norma merasa campur aduk antara kegembiraan dan ketakutan. Dia tahu bahwa kehidupannya akan berubah lagi ketika dia kembali ke dunia luar, dan dia berharap bahwa dia siap untuk menghadapinya. Dengan dukungan dari keluarga dan tekad yang baru ditemukannya, Norma bersumpah untuk menjalani hidup yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab setelah dia dibebaskan.*** Norma duduk di sebuah kafe, mencerna sensasi kebebasan yang baru ia rasakan. Setelah beberapa tahun di penjara, setiap momen di luar terasa seperti anugerah yang tak terhingga baginya. Namun, di antara kegembiraannya, ada perasaan cemas
Nyonya Evelyn merasa prihatin dengan kondisi ibu kandung Jona yang sudah lumpuh bertahun tahun. Dia merasa perlu untuk mencari bantuan profesional yang terbaik untuk membantu kesembuhan ibu Jona. Setelah melakukan penelitian dan mencari referensi, Nyonya Evelyn menemukan seorang dokter ahli terkenal dalam rehabilitasi medis dan pemulihan kondisi fisik yang serius.Dokter tersebut dikenal karena keahliannya dalam merancang program rehabilitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kemampuan mereka. Dia memiliki pengalaman luas dalam merawat pasien dengan berbagai kondisi fisik, termasuk lumpuh, dan memiliki reputasi yang baik dalam membantu pasien mencapai kemajuan signifikan dalam pemulihan mereka.Dengan harapan untuk membantu ibu kandung Jona mendapatkan perawatan terbaik, Nyonya Evelyn mengatur pertemuan dengan dokter tersebut. Mereka bertemu di kantor dokter, di mana dokter tersebut melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi ibu Jona dan merencanakan program rehabilit
Kehadiran ibu kandung Jona, Nyonya Margaret, bersama dengan perawatnya, menyebabkan gemuruh di rumah Bella dan Jona. Meskipun Bella merasa sedikit tegang dengan kedatangan mendadak itu, dia menyambut ibu Jona dengan senyum hangat, memperkenalkan cucu cucunya dengan penuh kebanggaan.Nyonya Margaret, dengan wajah yang dipenuhi dengan campuran antara senyum dan raut penyesalan, mengamati Aurora dan Rafael dengan penuh kasih sayang. Meskipun ada ketegangan yang tersisa di udara, Bella berusaha untuk menciptakan suasana yang hangat dan ramah.Namun, ketegangan di rumah semakin bertambah ketika ayah Jona dan ibu tiri Jona tiba tak lama setelah itu. Kecanggungan yang luar biasa melanda ruangan saat ketiga orang itu bertemu di hadapan yang lainnya.Ayah Jona, seorang pria yang serius dan berwibawa, menyambut Bella dan anak anaknya dengan sapaan yang sopan, tetapi tetap menjaga jarak yang terasa tegang. Sementara itu, Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona, mencoba untuk menjaga ketenangan dengan senyu
Sembilan bulan kemudian…Sembari berbaring di ranjang rumah sakit, Bella menahan rasa sakit yang melanda tubuhnya dengan erat. Wajahnya terhuyung huyung di antara ekspresi keteguhan dan kelelahan yang tak terelakkan. Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona yang setia, berdiri di sampingnya dengan tatapan penuh perhatian dan kekhawatiran yang dalam.“Ibu akan di sini untuk menemani perjuanganmu, sayang,” ucap Ibu tiri Jona.“Berjuanglah, Sayang,” kata Bella ikut memberikan dukungan. Sementara Bella sibuk berkonsentrasi memperjuangkan kelahiran anaknya.Bunyi detak mesin yang mengawasi detak jantung bayi yang belum lahir terdengar di ruangan itu, menciptakan ketegangan yang mendalam. Dokter dan perawat bergerak dengan cepat dan cermat, siap untuk membantu Bella melalui proses yang mengharukan ini.Bella menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang luar biasa saat kontraksi mengguncang tubuhnya. Dia merasakan tubuhnya bergetar dengan kekuatan alam yang menggerakkan proses kelahiran. Tatapan mat
Bella, meskipun Norma telah dipenjara, masih merasakan dampak traumatis dari peristiwa yang telah terjadi. Dia merasa takut dan tidak aman, bahkan di lingkungan yang seharusnya memberinya perlindungan. Trust issue yang dia alami membuatnya sulit untuk mempercayai siapa pun, termasuk asisten pribadi yang diberikan oleh Jona untuk membantunya.Jona, yang sangat peduli dengan kesehatan mental Bella, berusaha keras untuk memberikan dukungan dan bantuan yang dia butuhkan. Dia berharap bahwa dengan hadirnya asisten pribadi, Bella akan merasa lebih terbantu dan didukung dalam mengatasi trauma yang dia alami.Namun, rencana Jona tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Bella tetap waspada dan tidak bisa membuka diri bahkan kepada asisten pribadi yang telah ditunjuk khusus untuknya. Setiap upaya yang dilakukan untuk mendekatinya bertemu dengan tembok percaya diri yang kokoh yang telah dibangun oleh pengalaman traumatisnya.“Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk menghilangkan rasa traumatisnya
Setelah berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, Norma tampaknya mengalami kemunduran yang mengkhawatirkan. Ketika dia mengetahui bahwa Bella sedang hamil anak Jona, gelombang kemarahan dan kecemburuan kembali memenuhi pikirannya. Meskipun dia telah berusaha untuk menahan diri, namun dorongan untuk membalas dendam terhadap Bella dan Jona kembali menghantui dirinya.“Nggak! Ini nggak bisa dibiarkan. Seharusnya aku yang mengandung anak, Jona. Bukan kamu, Bella!” Norma mengamuk sambil menyapu semua yang ada di meja riasnya. Akibatnya semua peralatan make-up nya berserakan di lantai.“Kamu nggak boleh bahagia di atas penderitaanku, Bella. Tidak boleh. Aku harus lakukan sesuatu!”Tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya, Norma merencanakan sesuatu yang gelap. Dalam kegelapan malam, dia merayap ke rumah Bella dan Jona dengan niat yang tidak baik. Dengan hati yang penuh dendam, dia mencoba untuk menyakiti Bella, dan mungkin juga calon bayi mereka.Namun, sebelum dia dapat melaksanakan
Langkah Norma untuk memviralkan informasi tentang Zhe ke media sosial, menyebabkan kehebohan besar di antara para pengguna media sosial. Berita tersebut menyebar dengan cepat, mengguncang dunia hiburan dan industri musik di mana Laura, ibu Zhe, adalah figur terkenal.Tidak butuh waktu lama bagi berita tersebut untuk mencapai telinga Ronald, yang segera menyadari bahwa rencana Norma telah berbuah pahit bagi keluarganya. Dia merasa putus asa dan marah, meratapi kerugian besar yang dideritanya, baik secara pribadi maupun profesional.“Sial! Beritanya sudah menyebar,” umpat Ronald dengan penuh emosi. Laura, meskipun terguncang dengan paparan publik tentang masalah pribadi keluarganya, tetap tenang dan tegar. Dia memilih untuk fokus pada kesembuhan Zhe, meskipun hal tersebut berarti harus menghadapi konsekuensi dari tindakan Norma.Sementara itu, Bella dan Jona tidak terhindar dari dampak dari berita tersebut. Mereka mengalami tekanan tambahan dari publik dan media, yang menempatkan merek
Norma, yang telah lama menunggu aksi Ronald selanjutnya dalam menganggu bella dan Jona, merasa resah dengan keheningan yang terjadi belakangan ini. Dia memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menemui Ronald, mencoba mencari tahu apakah dia benar benar telah berhenti mengganggu Bella dan Jona.Dengan hati yang berdebar, Norma mengetuk pintu rumah Ronald. Saat Ronald membukakan pintu, Norma langsung melontarkan pertanyaannya dengan penuh kekhawatiran."Ronald, aku harus tahu apa yang terjadi," ucap Norma dengan suara gemetar. "Langkah apa lagi yang akan kamu ambil terhadap Bella dan Jona? Mereka sudah cukup lama hidup tenang."Ronald menatap Norma dengan serius, sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Norma, aku harus jujur padamu. Aku sudah berhenti," ujarnya dengan tegas.Norma merasa terkejut mendengar pengakuan tersebut. Dia tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar. "Bagaimana mungkin aku percaya padamu setelah semua yang sudah terjadi?" kata Norma dengan nada yang tajam.Ronal
Keesokan harinya, suasana di rumah Zhe terasa hening. Zhe masih tertidur, terpapar oleh kelelahan dan ketidakpastian. Namun, keheningan itu tiba tiba terputus oleh suara keras dari pintu depan.Kedatangan polisi yang tak terduga membuat Ronald. Laura yang pagi itu datang untuk menemui Zhe tak kalah terkejut. Mereka bingung dan khawatir, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Namun, kekhawatiran mereka mencapai puncaknya saat polisi meminta izin untuk memeriksa kamar Zhe.Dengan hati yang berdebar, Ronald dan Laura mengizinkan polisi masuk. Mereka menyaksikan dengan mata terbelalak ketika polisi menemukan paket kecil yang berisi narkotika di dalam laci meja Zhe.Ronald merasa dunianya hancur saat itu. Dia merasa bersalah karena telah menyia nyiakan kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Zhe. Laura, sementara itu, hancur karena melihat anaknya yang terperangkap dalam lingkaran kejahatan yang gelap.Tanpa berkata sepatah kata pun, polisi membawa Zhe pergi untuk diperiksa lebih lanj