Sambil menormalkan napasnya Jona terus memandangi istrinya. Dia tidak ingin Bella mengetahui mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Lebih baik dia menyimpannya rapat-rapat daripada membuat Bella kepikiran.“Aku mimpi tentang hantu,” jawab Jona berbohong.“Tapi aku tadi sempat dengar kamu nyebut Bella jangan pergi.” Bella merasa penasaran.“Iya. Ada kamu juga dalam mimpinya.”“Wah mengerikan juga ya,” ucap Bella bergidik ngeri. “Tapi ya udahlah. Mimpikan cuma bunga tidur. Nggak usah terlalu dipikirkan,” lanjut Bella berusaha menenangkan suaminya. Di depan Bella, Jona berusaha bersikap biasa saja. Padahal di dalam hatinya penuh dengan rasa gelisah. Bayangan keluarganya tak bisa menerima Bella terus menghantuinya. Hingga membuat Jona sulit tidur malam itu.**Alhasil paginya Jona menjadi tak enak badan karena kurang tidur. Terlihat jelas matanya terdapat lingkaran hitam seperti panda. Bella yang melihatnya menjadi cemas.“Kamu sakit ya?” tanya Bella sambil menempelkan punggung tangannya
“Ibu jangan menekan Jojo seperti itu terus, Bu. Kasihan dia. Dia juga pasti punya kebutuhan juga,” kata ibunya Jona pada neneknya Jona.“Lalu Ibu harus bagaimana? Membiarkan pengobatanmu berhenti begitu?”“Siapa tau Jojo menolak karena benar-benar tidak punya uang, Bu.”“Ya kalau nggak punya uang usaha dong Rin. Dia kan masih muda.”Kalau tidak mengandalkan Jojo memangnya kamu mau mengandalkan ibumu yang sudah tua renta ini?”“Bukan begitu maksud Rini, Bu.”“Sudahlah. Kamu diam saja. Gara-gara kamu memanjakan anak itu kita jadi susah begini kan.” Kesal berdebat dengan anaknya kemudian neneknya Jona pergi.**Berhari-hari Bella merasa murung. Dan jika ditanya oleh Norma di kantor itu karena Jona sekarang menganggur. Tak hanya itu di rumah Bella mengaku Jona stres dan jatuh sakit karena memikirkan nasibnya yang tak kunjung mendapatkan pekerjaan.“Kalau kayak gini terpaksa kan aku yang harus bertindak,” gumam Norma.Tanpa sepengetahuan Bella, Norma menemui seseorang dari perusahaan tempa
“Firasatku benar. Ternyata kamu di sini,” kata Norma tiba-tiba. Saat bertemu Jona di rumah Jona. “Kamu mau ikut nggak. Kalau mau ikut cepetan naik ke mobil,” ucap Jona. Dia sedikit malu dengan Norma. Karena ketahuan pulang ke rumahnya.Tadinya Jona mengabaikan ucapan ibu tirinya yang mengatakan ayahnya sedang sakit. Enggan menemui ayahnya juga karena tak ingin bertemu dengan wanita itu. Hanya saja hati kecilnya tak tega. Kemudian menuntunnya untuk mengantar ayahnya ke rumah sakit.Jauh di lubuk hati Jona khawatir dan takut terjadi apa-apa dengan ayahnya. Dan benar saja. Dari hasil pemeriksaan dokter, ayah Jona terkena penyakit jantung. Seketika Jona menjadi terpukul.“Aku tau sebenarnya kamu sayang sama ayahmu. Kamu harusnya kembali ke ayah kamu. Dan nurut apa kata beliau,” kata Norma memberikan nasihat.Jona masih diam tertunduk. Namun Norma tak lelah membujuk.“Apa kamu nggak kasihan lihat Ayahmu sekarang?”“Udahlah Norma, jangan ikut campur masalah keluarga aku terus. Kamu tau kan
Jona mengangguk. Mereka berdua segera memasang sabuk pengaman. Setelah itu segera dia mengemudikan mobilnya dengan cepat meninggalkan tempat pengisian bahan bakar. “Sebenarnya kamu lagi dikejar siapa sih? Kamu ketakutan kayak lagi dikejar setan gitu,” tanya Jona penasaran. Namun matanya tetap fokus pada jalanan yang dilaluinya.“Pak Ronald tadi mengejarku,” jawab Bella.“Pantas saja.” Lalu Jona melihat ke arah kaca spion nampak mobil di belakangnya mengejarnya memang. Hanya saja itu bukan mobil yang biasa Ronald pakai.“Tapi itu bukan mobil Pak Ronald yang biasa dia pakai,” ucap Jona. “Apa kamu yakin itu benar Pak Ronald?” tanya Jona memastikan.“Sungguh. Tadi aku lihat memang Pak Ronald tadi. Lalu dia ngejar aku,” jawab Bella dengan yakin.Sayangnya Ronald berhasil mencegat mobil Jona. Menyalipnya lalu tiba-tiba mobilnya sudah ada di depan mobil Jona. Kemudian dia turun dan memaksa Jona dan Bella keluar dari mobil.“Aku tau kalian ada di dalam. Turun kamu Bella, Jona!” teriak Ronal
Setibanya Bella dan Jona di rumah, mereka dihadapkan dengan masalah baru. Ibunya Bella menatap mereka dengan tatapan yang berapi-api. Sebab daritadi Rafael tak henti menangis. Sebagai seorang nenek tentu Mita merasa kecewa dengan tindakan yang Bella dan Jona lakukan.“Ibu. Sudah lama?” tanya Bella.“Tentu saja. Tadi Bibi menelepon Ibu karena Rafael katanya rewel. Sedangkan kalian tidak bisa dihubungi tadi,” jawab ibunya Bella dengan ketus.Mungkin Jona dan Bella tidak bisa dihubungi karena sedang bersitegang dengan Ronald tadi. Namun tetap saja sebagai orangtua Rafael, Bella dan Jona merasa bersalah. Pantas kalau ibunya Bella marah.“Kalian dari mana saja? Kalian sadar tidak sih kalau sudah jadi orangtua. Kalian sudah bukan ABG lagi yang seenaknya sendiri keluyuran. Kasihan Rafael,” cerca ibunya Bella.“Maafkan kami, Bu. Tadinya kami hanya ingin keluar sebentar. Kami tidak tau kalau Rafael rewel. Kami juga bisa jelaskan kenapa kami pulang selarut ini.” Jona mencoba menjelaskan.Bukann
Kemudian Norma menghubungi Bella. Wanita itu ternyata sedang berada di toilet. “Kamu di mana sih, Bel? Tiba-tiba ngilang. Udah kayak jin,” gerutu Norma.“Aku ke toilet. Sorry tadi aku kebelet. Jadi aku terpaksa ninggalin kamu. Habis kamu lagi sibuk sama Laura,” jawab Bella berbohong.“Ya ampun. Sayang banget tadi kamu nggak ketemu sama dia.”“Ya mau gimana lagi.”“Ya udah, aku akan menyusulmu ke toilet.”Karena jarak toilet dan tempat Norma jauh, Bella tak tega membiarkan Norma menyusulnya. “Nggak usah Norma. Tempatnya kan jauh. Kamu tunggu aja di mobil. Aku udah selesai kok. Aku segera kembali.”“Kamu yakin?”“Iya.”Tak lama Bella datang. Lalu mereka kembali ke kantor. Dan benar saja. Atasan Bella dan Norma marah besar karena mereka berdua menghabiskan waktu makan siang terlalu lama.Akibatnya atasan mereka memberikan pekerjaan tambahan untuk mereka. Norma dan Bella harus lembur hari ini. Celakanya tak ada uang lembur alias sukarela.“Gara-gara tadi antri foto sama Laura kita jadi ke
Karena sudah hampir masuk waktu makan siang, jadi Bella dan Norma memutuskan untuk pergi ke mall. Sekalian menghibur Rafael yang mulai rewel. Mungkin dia bosan terus menerus berada di dalam rumah Norma.Setelah berganti baju. Kemudian Bella, Norma dan Rafael pergi ke mall yang tidak jauh dari rumah Norma. Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai ke tempat itu.Sesampainya di sana Bella dan Norma memutuskan untuk ke tempat bermain anak. Di sana Rafael terlihat sangat senang. Bella sejenak melupakan masalahnya dengan Jona. “Rafael seneng banget pas main sama kamu, Nor.”“Iya dong. Kita kan kompak ya El?” tanya Norma pada Rafael. Dan bayi menggemaskan itu tertawa saat Norma membuat ekspresi lucu dan menggelitik badannya.Satu jam berlalu. Perut Bella dan Norma mulai lapar. Mereka berdua kemudian memutuskan untuk makan. Sembari mereka makan. Rafael duduk di kursi bayi yang disediakan oleh restoran tempat Bella dan Norma makan.Awalnya semua baik-baik saja. Sampai pada akhirnya Ronald data
Jona sudah meminta maaf kepada Bella. Namun Bella tak kunjung memaafkan Jona. Hingga pagi harinya Bella enggan menegur suaminya. Dia hanya menjawab pertanyaan dari Jona seperlunya saja.“Ayolah, Bel. Jangan seperti ini terus. Aku kan sudah minta maaf sama kamu.”Bella diam. Dia malah sibuk mengoleskan roti dengan selai nanas. Lalu memakannya dengan emosi. Tak sampai roti itu habis Bella kemudian menaruhnya kembali, lalu pergi ke kantor. Jona belum menyerah untuk membujuknya. “Bel. Jangan diam aja kayak gini.”Tak lama pengasuh Rafael datang. Sebelum pergi Bella tak lupa menitipkan Rafael pada wanita tersebut. “Bibi. Minta tolong jagai Rafael ya.”“Iya, Mbak Bella.”Malu dengan pengasuh anaknya Jona kemudian membiarkan Bella pergi. Ia lalu bersiap juga untuk pergi bekerja. Jona tak sarapan pagi itu karena kesal.“Mas Jona sudah sarapan?” tanya Bibi.“Nggak Bi. Saya sarapan di luar aja. Titip Rafael ya, Bi.”“Kalau nggak buru-buru biar saya siapkan sarapan untuk Mas Jona.”“Nggak, ng