Share

5. Ijinkan Aku Menginap Malam Ini

“Dan Theo?!” Leher Annelies menegang.

Alih-alih menjawab, pria itu langsung menarik Annelies bersembunyi di balik dinding.

“Dan Theo, kenapa kau—”

“Sstt … dia akan mendengarnya,” sahut Dan Theo menutup mulut Annelies saat lelaki misterius tadi celingukan di lobi.

Manik Annelies kembali melebar ketika lelaki itu berjalan ke arah mereka. Dia kian cemas, dan Theo menyadari itu. 

“Diam dan bersembunyilah di sini,” bisik Theo menenangkan.

Tanpa menunggu sahutan Annelies, dia langsung berbalik dan memukul wajah lelaki misterius tadi hingga terhuyung.

“Argh, brengsek!” umpat lelaki itu kesal.

Dia menyipit, tapi tak bisa melihat wajah Dan Theo dengan jelas.

“Siapa kau? Beraninya ikut campur urusanku!” sambungnya geram.

Dan Theo menghampirinya, tapi lelaki itu mengeluarkan belati dan melayangkannya ke arah Theo. Beruntung Dan Theo berhasil menghindar, lalu dengan cepat menonjok wajah lelaki tadi lebih keras.

Darah menggelenyar dari sudut mulut lelaki tersebut. Dengan geram dia menggenggam belatinya, lalu mengarahkannya pada Dan Theo yang didorongnya ke tembok. Namun, belum sampai belati itu menusuk dadanya, Theo langsung menahannya. Tatapannya tampak tajam seiring tangannya yang sengaja memutar pergelangan tangan lelaki itu sampai patah.

“Argh … tanganku! Dasar brengsek!” Lelaki tadi mengerang saat belatinya jatuh.

Dia mundur sambil memegangai sebelah tangannya yang sakit.

“Sialan, dasar bajingan gila!” makinya menatap wajah Dan Theo yang terpampang dingin.

Dirinya lari menjauh, tapi saat Dan Theo hendak mengejarnya, Annelies langsung memekik, “berhenti, Dan Theo!”

“Dia menyerang Anda, kita harus menangkapnya!”

“Tidak perlu, aku tahu siapa yang melakukannya!” sahut Annelies dengan nada gemetar.

Wanita itu mengarahkan senter ponselnya ke bawah, tampak ketakutan.

Dan Theo terpaksa meredam emosi. Dia menghampiri Annelies sambil melepas mantelnya, lalu melangkupkannya pada bahu Annelies yang hanya mengenakan blouse tipis.

“Ini sudah larut, kenapa Anda masih di sini?” tanya Dan Theo merendahkan suaranya.

Annelies mengangkat pandangan seraya membalas, “kau sendiri? Kenapa ada di sini?!”

“Bukankah Anda yang meminta saya datang?” sahut Dan Theo tanpa ekspresi.

“Ah, benar. Kontrak pernikahan.” Annelies bergumam saat mengingatnya.

Akhirnya Dan Theo menyalakan pembangkit listrik di basement yang sengaja dimatikan lelaki misterius tadi. Usai listrik menyala, Annelies membawa Dan Theo ke ruangannya.

Wanita itu meraih dokumen, lalu menyerahkannya pada Dan Theo yang duduk di sofa.

“Ini kontrak perjanjian kita. Kau, ah … Anda bisa—”

“Bicaralah senyaman Anda, Nona,” sahut Dan Theo menyeringai tipis.

Itu membuat Annelies canggung, tapi saat di lobi tadi dirinya terlanjur bicara santai pada Theo karena panik.

“Baiklah, aku sudah menuliskan poin-poin hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pernikahan ini akan berlangsung satu tahun dengan bayaran dua miliar. Kau akan menerima satu miliar untuk uang muka, lalu sisanya setelah kontrak kita berakhir. Bagaimana?” Annelies bertanya sembari menaikkan kedua alisnya.

“Tidak masalah,” sahut Dan Theo yang lantas memeriksa beragam poin di dokumen tersebut.

“Ah, aku juga mau kau berhenti dari pekerjaanmu selama kontrak ini berlangsung.” Annelies kembali menginterupsi.

“Pekerjaan?” sambar Theo mengernyit.

“Ya, pekerjaanmu di Miracle Night. Selain itu, tolong lihat baik-baik poin nomor sembilan.”

Dan Theo seketika menyeringai saat membaca tulisan “No Sex!” dengan cetak tebal.

“Nona, ternyata kau orang yang konservatif,” tuturnya melirik Annelies.

“Terserah kau mau menyebutku apa, tapi yang pasti syarat itu sangat penting untukku. Aku ingin pernikahan ini berjalan aman, dan kau menjagaku selama satu tahun!” Annelies berkata tegas, tapi Dan Theo bisa melihat getir di matanya.

Dia jadi ingat ucapan Annelies saat pertama kali melamarnya. Jika dihubungkan dengan kejadian pria misterius di lobi tadi dan berita panas di media hari ini, Theo bisa menarik kesimpulan.

‘Rupanya wanita ini punya banyak musuh!’ batinnya dalam hati.

Saat itu, Annelies menyodorkan sebuah kartu pegawai pada Dan Theo.

“Apa ini?” tanya pria itu heran.

“Akses untuk masuk kantor ini. Melihatmu menangani lelaki tadi, sepertinya kau cukup pandai bela diri. Saat kontrak kita berjalan, aku juga ingin kau menjagaku di kantor,” balas Annelies menjelaskan.

Dan Theo melipat kedua tangan ke depan dada, lalu bersandar ke badan sofa.

“Baiklah, sesuai permintaan calon istriku,” sahutnya tanpa ekspresi.

Mendengar panggilan itu, Annelies merasa canggung. Tapi belum sempat menimpali, Dan Theo lebih dulu berujar, “aku punya pertanyaan.”

“Apa?”

“Kau bilang sudah tahu orang yang menyerangmu di lobi tadi. Siapa yang melakukannya?” Dan Theo bertanya dengan tatapan lekat.

Annelies berat untuk bicara, tapi karena dia sudah sepakat meminta Theo melindunginya, maka dia harus mengatakan semuanya.

“Orang itu pasti suruhan kakak tiriku. Semua orang di keluargaku ingin menyingkirkanku, bahkan mereka memaksaku masuk rumah sakit jiwa karena tidak terima Ayah mewariskan hartanya padaku,” balas Annelies yang seketika membuat Dan Theo mematung.

Situasi jadi kikuk, Annelies pun berdehem lalu berkata, “k-kau boleh membawa kontraknya. Jika setuju, kau bisa menandatanganinya.”

“Tidak perlu, aku akan tanda tangan sekarang!” sambar Dan Theo kemudian.

Begitu kesepakatan itu selesai, Dan Theo pun mengantar Annelies pulang ke apartemennya. Ya, wanita itu memilih pindah dari mansion Langford, karena dia tidak mau tinggal satu atap dengan para predator seperti Logan dan keluarganya.

Namun, begitu tiba di depan apartemen itu, Annelies langsung mendapukkan alisnya karena ada paper bag besar di dekat pintu.

“Punya siapa ini?” tukasnya penasaran.

“Kau tidak memesan sesuatu?” sahut Dan Theo.

Annelies menggeleng. “Tidak, aku tidak memesan apapun. Aku baru pindah kemarin, jadi tidak ada yang tahu alamatku juga.”

Dia perlahan melihat ke dalam paper bag itu. Maniknya sontak melebar dan menjerit.

Dan Theo buru-buru mengeceknya. Dia terkejut saat melihat bangkai burung berdarah di dalamnya.

‘Aish, sial! Siapa yang bermain terror konyol di jaman seperti ini?!’ batinnya menggertakkan gigi.

Dirinya berpaling pada Annelies dan berkata, “aku akan mengurus ini, kau masuklah dulu.”

Annelies yang tampak pucat hanya bisa mengangguk. Bahkan tangannya gemetar saat menekan kombinasi sandi untuk membuka kunci pintunya.

Melihat terror ini, Dan Theo menyadari bahwa situasi Annelies benar-benar serius. Dia bahkan menemui petugas keamanan untuk mengecek CCTV apartemen tersebut. Namun sialnya, kamera di sekitar unit Annelies rusak, jadi dia tidak bisa menemukan pelakunya.

‘Apa ini juga ulah Kakak tirinya?’ geming Dan Theo menerka.

Dia kembali menemui Annelies. Wanita itu tampak syok dan ketakutan.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya.

Annelies hanya mengangguk, lalu menjawab lemah. “Aku sudah aman, kau bisa pulang sekarang.”

“Tidak, ijinkan aku menginap malam ini!” sahut Dan Theo yang sontak membuat Annelies mengernyit.

“A-apa kau bilang?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status