“Dan Theo?!” Leher Annelies menegang.
Alih-alih menjawab, pria itu langsung menarik Annelies bersembunyi di balik dinding.
“Dan Theo, kenapa kau—”
“Sstt … dia akan mendengarnya,” sahut Dan Theo menutup mulut Annelies saat lelaki misterius tadi celingukan di lobi.
Manik Annelies kembali melebar ketika lelaki itu berjalan ke arah mereka. Dia kian cemas, dan Theo menyadari itu.
“Diam dan bersembunyilah di sini,” bisik Theo menenangkan.
Tanpa menunggu sahutan Annelies, dia langsung berbalik dan memukul wajah lelaki misterius tadi hingga terhuyung.
“Argh, brengsek!” umpat lelaki itu kesal.
Dia menyipit, tapi tak bisa melihat wajah Dan Theo dengan jelas.
“Siapa kau? Beraninya ikut campur urusanku!” sambungnya geram.
Dan Theo menghampirinya, tapi lelaki itu mengeluarkan belati dan melayangkannya ke arah Theo. Beruntung Dan Theo berhasil menghindar, lalu dengan cepat menonjok wajah lelaki tadi lebih keras.
Darah menggelenyar dari sudut mulut lelaki tersebut. Dengan geram dia menggenggam belatinya, lalu mengarahkannya pada Dan Theo yang didorongnya ke tembok. Namun, belum sampai belati itu menusuk dadanya, Theo langsung menahannya. Tatapannya tampak tajam seiring tangannya yang sengaja memutar pergelangan tangan lelaki itu sampai patah.
“Argh … tanganku! Dasar brengsek!” Lelaki tadi mengerang saat belatinya jatuh.
Dia mundur sambil memegangai sebelah tangannya yang sakit.
“Sialan, dasar bajingan gila!” makinya menatap wajah Dan Theo yang terpampang dingin.
Dirinya lari menjauh, tapi saat Dan Theo hendak mengejarnya, Annelies langsung memekik, “berhenti, Dan Theo!”
“Dia menyerang Anda, kita harus menangkapnya!”
“Tidak perlu, aku tahu siapa yang melakukannya!” sahut Annelies dengan nada gemetar.
Wanita itu mengarahkan senter ponselnya ke bawah, tampak ketakutan.
Dan Theo terpaksa meredam emosi. Dia menghampiri Annelies sambil melepas mantelnya, lalu melangkupkannya pada bahu Annelies yang hanya mengenakan blouse tipis.
“Ini sudah larut, kenapa Anda masih di sini?” tanya Dan Theo merendahkan suaranya.
Annelies mengangkat pandangan seraya membalas, “kau sendiri? Kenapa ada di sini?!”
“Bukankah Anda yang meminta saya datang?” sahut Dan Theo tanpa ekspresi.
“Ah, benar. Kontrak pernikahan.” Annelies bergumam saat mengingatnya.
Akhirnya Dan Theo menyalakan pembangkit listrik di basement yang sengaja dimatikan lelaki misterius tadi. Usai listrik menyala, Annelies membawa Dan Theo ke ruangannya.
Wanita itu meraih dokumen, lalu menyerahkannya pada Dan Theo yang duduk di sofa.
“Ini kontrak perjanjian kita. Kau, ah … Anda bisa—”
“Bicaralah senyaman Anda, Nona,” sahut Dan Theo menyeringai tipis.
Itu membuat Annelies canggung, tapi saat di lobi tadi dirinya terlanjur bicara santai pada Theo karena panik.
“Baiklah, aku sudah menuliskan poin-poin hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pernikahan ini akan berlangsung satu tahun dengan bayaran dua miliar. Kau akan menerima satu miliar untuk uang muka, lalu sisanya setelah kontrak kita berakhir. Bagaimana?” Annelies bertanya sembari menaikkan kedua alisnya.
“Tidak masalah,” sahut Dan Theo yang lantas memeriksa beragam poin di dokumen tersebut.
“Ah, aku juga mau kau berhenti dari pekerjaanmu selama kontrak ini berlangsung.” Annelies kembali menginterupsi.
“Pekerjaan?” sambar Theo mengernyit.
“Ya, pekerjaanmu di Miracle Night. Selain itu, tolong lihat baik-baik poin nomor sembilan.”
Dan Theo seketika menyeringai saat membaca tulisan “No Sex!” dengan cetak tebal.
“Nona, ternyata kau orang yang konservatif,” tuturnya melirik Annelies.
“Terserah kau mau menyebutku apa, tapi yang pasti syarat itu sangat penting untukku. Aku ingin pernikahan ini berjalan aman, dan kau menjagaku selama satu tahun!” Annelies berkata tegas, tapi Dan Theo bisa melihat getir di matanya.
Dia jadi ingat ucapan Annelies saat pertama kali melamarnya. Jika dihubungkan dengan kejadian pria misterius di lobi tadi dan berita panas di media hari ini, Theo bisa menarik kesimpulan.
‘Rupanya wanita ini punya banyak musuh!’ batinnya dalam hati.
Saat itu, Annelies menyodorkan sebuah kartu pegawai pada Dan Theo.
“Apa ini?” tanya pria itu heran.
“Akses untuk masuk kantor ini. Melihatmu menangani lelaki tadi, sepertinya kau cukup pandai bela diri. Saat kontrak kita berjalan, aku juga ingin kau menjagaku di kantor,” balas Annelies menjelaskan.
Dan Theo melipat kedua tangan ke depan dada, lalu bersandar ke badan sofa.
“Baiklah, sesuai permintaan calon istriku,” sahutnya tanpa ekspresi.
Mendengar panggilan itu, Annelies merasa canggung. Tapi belum sempat menimpali, Dan Theo lebih dulu berujar, “aku punya pertanyaan.”
“Apa?”
“Kau bilang sudah tahu orang yang menyerangmu di lobi tadi. Siapa yang melakukannya?” Dan Theo bertanya dengan tatapan lekat.
Annelies berat untuk bicara, tapi karena dia sudah sepakat meminta Theo melindunginya, maka dia harus mengatakan semuanya.
“Orang itu pasti suruhan kakak tiriku. Semua orang di keluargaku ingin menyingkirkanku, bahkan mereka memaksaku masuk rumah sakit jiwa karena tidak terima Ayah mewariskan hartanya padaku,” balas Annelies yang seketika membuat Dan Theo mematung.
Situasi jadi kikuk, Annelies pun berdehem lalu berkata, “k-kau boleh membawa kontraknya. Jika setuju, kau bisa menandatanganinya.”
“Tidak perlu, aku akan tanda tangan sekarang!” sambar Dan Theo kemudian.
Begitu kesepakatan itu selesai, Dan Theo pun mengantar Annelies pulang ke apartemennya. Ya, wanita itu memilih pindah dari mansion Langford, karena dia tidak mau tinggal satu atap dengan para predator seperti Logan dan keluarganya.
Namun, begitu tiba di depan apartemen itu, Annelies langsung mendapukkan alisnya karena ada paper bag besar di dekat pintu.
“Punya siapa ini?” tukasnya penasaran.
“Kau tidak memesan sesuatu?” sahut Dan Theo.
Annelies menggeleng. “Tidak, aku tidak memesan apapun. Aku baru pindah kemarin, jadi tidak ada yang tahu alamatku juga.”
Dia perlahan melihat ke dalam paper bag itu. Maniknya sontak melebar dan menjerit.
Dan Theo buru-buru mengeceknya. Dia terkejut saat melihat bangkai burung berdarah di dalamnya.
‘Aish, sial! Siapa yang bermain terror konyol di jaman seperti ini?!’ batinnya menggertakkan gigi.
Dirinya berpaling pada Annelies dan berkata, “aku akan mengurus ini, kau masuklah dulu.”
Annelies yang tampak pucat hanya bisa mengangguk. Bahkan tangannya gemetar saat menekan kombinasi sandi untuk membuka kunci pintunya.
Melihat terror ini, Dan Theo menyadari bahwa situasi Annelies benar-benar serius. Dia bahkan menemui petugas keamanan untuk mengecek CCTV apartemen tersebut. Namun sialnya, kamera di sekitar unit Annelies rusak, jadi dia tidak bisa menemukan pelakunya.
‘Apa ini juga ulah Kakak tirinya?’ geming Dan Theo menerka.
Dia kembali menemui Annelies. Wanita itu tampak syok dan ketakutan.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya.
Annelies hanya mengangguk, lalu menjawab lemah. “Aku sudah aman, kau bisa pulang sekarang.”
“Tidak, ijinkan aku menginap malam ini!” sahut Dan Theo yang sontak membuat Annelies mengernyit.
“A-apa kau bilang?”
Annelies membuka pintu lebih lebar usai beberapa saat dan masuk bersama Dan Theo.“Tempat ini agak berantakan, aku belum merapikan semuanya,” tutur wanita itu yang lantas melirik sofa. “Hanya ada satu ranjang, apa kau tidak masalah tidur di sana?”Alih-alih menjawab, Dan Theo malah balik bertanya, “apa hal seperti itu sering terjadi?”Leher Annelies menegang saat Dan Theo membahas terror tadi. Itu memicu sensasi empedu naik ke tenggorokannya dan membuatnya mual.“Ini baru pertama kali,” sahutnya dengan manik gemetar.Dia meraih bantal dan selimut, lalu menyerahkannya pada Dan Theo. “Kau bisa memakainya.”Pria itu hanya diam, tapi bisa melihat jelas bahwa Annelies masih sangat terkejut. Bahkan ketika wanita itu tidur, Dan Theo mendengar dia merintih.‘Dia mengigau?’ batin pria tersebut yang lantas bangkit dari sofa.Dirinya memeriksa Annelies yang mengigil di ranjang.‘Demam?’ geming Dan Theo saat menyentuh dahi wanita itu.Ya, tubuh Annelies sangat panas, mulutnya terus merisik dan me
“Apa ini jelas untuk kalian?!” tukas Annelies saat menarik diri.Sorot matanya yang tajam membuat semua wartawan diam. Bahkan Dan Theo hanya tersenyum miring melihat langkah berani istrinya ini. Satu tindakan Annelies, akan menggilas rumor buruk kesehatan jiwanya, sekaligus pengumuman perang pada Logan.“Mari, suamiku. Kita harus menetapkan tanggal dan mengurus resepsi pernikahan!” decaknya merengkuh lengan Dan Theo.“Tolong permisi,” tutur pria itu membelah kerumunan.Para wartawan itu mundur, tapi masih haus berita.“Nona, kalau begitu tolong beritahu kami tanggal dan lokasi pernikahan Anda nanti!”“Benar, Nona. Tolong katakan juga, apa keluarga Langford merestui penikahan Anda?” tanya Wartawan sambil mengejar Annelies.Seorang lainnya bahkan menghadang dan bertanya, “Jadi, apa Nona Samantha bohong soal penyakit mental Anda?”Annelies tetap bungkam, tapi para wartawan itu berdesakan dan mendorongnya hingga hampir jatuh. Beruntung Dan Theo memeganginya, hingga Annelies tak sampai amb
“Aku sangat muak, tapi malam ini kita harus datang ke mansion Langford!” Wajah Annelies berubah masam usai mendapat telepon dari kuasa hukum mendiang Feanton. Dirinya menatap sang suami, seraya melanjutkan. “Dan Theo, apapun yang mereka katakan nanti, kau tidak perlu meladeninya. Mereka lebih gila dari pasien rumah sakit jiwa!”Pria itu menaikan sebelah alisnya sebagai respon. Dan malamnya, Annelies benar-benar datang bersama Dan Theo ke mansion yang belum lama ditinggalkannya. Dia mengenakan dress formal hitam yang tampak elegan, berjalan menggandeng Dan Theo dengan setelan jas warna senada. ‘Ayah, aku tidak tahu apa maksudmu memberiku tanggung jawab besar ini. Tapi aku yakin, Ayah pasti punya tujuan ‘kan?’ batin Annelies mengingat mendiang Feanton kala melewati rumah kaca, tempat ayahnya biasa merawat bonsai.Mereka menuju ruang keluarga di bangunan utama. Di sana, semua anggota Langford sudah berkumpul.“Astaga, bukankah pertemuan ini hanya untuk anggota keluarga Langford? Kenap
Dan Theo mendekap Annelies, lalu berguling ke samping tepat saat Dave menghantamkan batu ke arahnya. “Brengsek!” Dave mengumpat saat mereka berhasil menghindar. Dia buru-buru lari layaknya pengecut, begitu Dan Theo hendak mengejarnya. Namun, Annelies menahan lengan Dan Theo seraya berkata, “aku ingin pulang.” Dan Theo tahu Annelies sangat terkejut, jadi dirinya pun mengantar sang istri kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan wanita itu hanya bungkam, itu membuat Dan Theo jadi bertanya-tanya. “Aku akan menemanimu lagi malam ini,” tutur Dan Theo melirik Annelies sekilas. “Tidak perlu, kau istirahatlah di rumah karena besok mulai pemotretan,” sahut Annelies tanpa berpaling padanya. Saat tiba di apartemennya, Annelies melihat bekas cekikan Dave yang membuat lehernya merah. ‘Kak Dave, apa kau benar-benar ingin membunuhku?’ batinnya menatap diri di cermin. Annelies menyugar rambutnya, lalu menarik resleting belakang dress-nya untuk ganti pakaian. Namun, tiba-tiba saja ad
Annelies menelan saliva berat, lalu berkata, “bu-bukankah kau ada di pihakku?”“Maksudku bukan sebagai musuh,” sahut Dan Theo menaikkan sebelah alisnya.“Lalu?!” Dagu Annelies terangkat, kini dia waspada pada Dan Theo. Pria itu malah menjulurkan wajahnya hingga hidungnya nyaris bertumbukan dengan Annelies. “Aku juga seorang pria, Annelies. Kau tidak takut aku melakukan sesuatu padamu?” bisik Dan Theo yang memicu manik Annelies selebar cakram.Wanita itu baru sadar kalau pakaiannya sangat terbuka. Dia buru-buru menutup tubuhnya dengan outer lingerie tipis itu dan berdehem canggung. “Ma-maaf, aku lupa kalau kita tinggal bersama,” tutur Annelies kikuk. Irisnya berputar, lalu melanjutkan. “Aku sangat mengantuk, aku akan tidur sekarang.”Wanita itu segera beranjak menuju kamarnya. Dan Theo melipat tangan ke depan dada, dia terus mengawasi punggung Annelies menjauh sampai masuk ke kamar.‘Menarik,’ batinnya menyeringai samar.Sementara di kamar, Annelies tak hentinya merutuki diri sendi
“Dasar iblis! Beraninya kau menikah setelah membunuh putriku, hah?!” decak wanita paruh baya yang memicu semua orang tercengang.Bahkan Annelies sendiri tak mengerti dan bertanya bingung. “Apa maksud Anda?!”“Jangan pura-pura bodoh, sialan!” Wanita paruh baya itu menyambar sambil melempar telur busuk lagi ke arah Annelies.Beruntung Dan Theo lekas menghalangi dan memeluk Annelies, hingga telur itu mengenai punggung lebarnya.Dia melihat Annelies memejam tegang, lalu bertutur, “kau tidak apa-apa?”Annelies perlahan membuka matanya dan lantas mengangguk. Namun, Dan Theo tau bahwa istrinya ini sangat terkejut. Terlebih ada banyak tamu penting dan media di sini.Pria tersebut menoleh pada para penjaga keamanan seraya berkata tegas. “Bawa pergi wanita itu!”“Baik, Tuan!”Namun, belum sempat penjaga itu mengusir wanita paruh baya tadi, kini seorang lelaki berkemeja hitam dan beberapa orang membawa poster wajah Annelies yang dicoret-coret, menerobos aula.“Apa-apaan ini?!” Para tamu berdiri
“Anda pasti salah. Mengapa tiba-tiba Tuan Morgan resign?!” tukas Cloe tak percaya.Jelas sekali itu meragukan, sebab Morgan adalah kepala produksi sejak pabrik L&F Cosmetic berdiri. Dia sangat loyal pada perusahaan dan tidak punya catatan buruk selama bekerja.“Beliau menyerahkan surat resign-nya pagi tadi, tapi kami semua tidak tahu alasan beliau mengundurkan diri, Nona,” sahut Staff pabrik itu.Cloe mengernyit, lalu bertanya, “selain Tuan Morgan, siapa yang bertanggung jawab atas bahan dasar produksi?”“Selama ini hanya Tuan Morgan yang menanganinya, Nona. Beliau tidak memiliki asisten,” balas Staff tadi yang kian membuat Cloe buntu.Namun, hal ini membuatnya jadi curiga. Seolah kepala produksi itu menghindari masalah tepat saat skandal besar menyeret perusahaan.“Tunjukan di mana ruangan Kepala Produksi,” tutur Cloe kemudian.“Baik, mari ikuti saya, Nona.” Staff tadi lantas memandu Cloe masuk.Sementara di kantor polisi metropolitan Linberg, Annelies sedang duduk di ruang interogas
“Saya mengerti Tuan-Tuan pasti khawatir tentang kestabilan L&F Company. Karena ini, saya akan memimpin perusahaan selama Annelies belum bisa menanganinya,” tukas Logan angkuh.Para pemegang saham tampak ragu, terlebih kepala Yayasan Narrow yang sejak awal mendukung Annelies.“Mendiang Tuan Feanton meninggalkan surat wasiat bahwa Nona Annelies yang berhak memimpin L&F Company!” katanya.Logan meliriknya dingin seraya menyahut “Tuan, Anda lihat sendiri Adik saya masih terlalu muda. Dia sering tersandung skandal dan masalah. Annelies kurang kompeten dan masih perlu belajar. Apa Tuan-Tuan akan mempercayakan group perusahaan besar di tangannya?!”“Tapi—”“Saya rasa Tuan Logan ada benarnya. Nona Annelies sepertinya belum mampu memimpin L&F Company.” Pemegang saham lainnya menyambar ucapan Kepala Yayasan Narrow. “Terlebih lagi saat ini L&F Cosmetic yang dia pimpin sedang kisruh. Saya jadi meragukannya jika menjadi Komisaris.”Logan tiba-tiba berdiri hingga membuat semua orang heran.“Ini sal
“Menurutlah selagi aku belum berubah pikiran, Theodore!” Anthony berujar dengan tatapan tegas.Dan Theo tahu, mustahil jika melawan. Bahkan mungkin akan membuat posisinya dan Annelies dalam bahaya karena hal ini memang perjanjian awal.Dengan rahang berubah ketat, Dan Theo pun berujar, “baiklah, aku akan pergi bersama Annelies. Tapi Ayah harus menepati janji. Jangan pernah mengganggu kami lagi!”“Apa kau pernah melihatku berkhianat?!” sambar Anthony yang lantas meraih cerutunya.Tangan Dan Theo mengepal geram, sampai kapan pun dia tak rela meninggalkan satu putranya bersama Anthony.‘Tunggu Daddy, Dylan. Suatu hari, Daddy pasti menjemputmu!’ batin pria itu penuh tekad. Dirinya lantas menunduk hormat di hadapan sang ayah. Tanpa bertukar suara lagi, Dan Theo pun mangkir dari ruangan tersebut.Sialnya, Eugen masih menunggu di luar. Rasanya Dan Theo ingin menghajarnya, tapi Annelies pasti sudah menunggu. Dia tak akan membuang waktu untuk hal yang sia-sia.Namun, bukannya membiarkan Dan T
“Mohon maaf, Tuan Theodore. Tuan Eugen sudah membawa pergi bayi pertama Anda!” tukas sang Perawat menunduk.Dan Theo yang mendengarnya pun mengernyit geram. Belum juga Annelies dan dirinya menggendong bayi itu, tapi sang ayah sudah buru-buru mengambilnya. Bukankah bayi itu butuh Annelies untuk menyusu?‘Sial! Kenapa Ayah sampai bertindak seperti ini? Anak itu masih bayi dan butuh ibunya!’ batin Dan Theo meradang dalam dada.Dirinya tak sanggup menyampaikan perkara ini pada sang istri. Terlebih kondisi Annelies masih lemas. Dia tak mau wanita itu cemas, bahkan kesehatannya menurun jika memikirkan bayi pertamanya.‘Sebaiknya aku tidak membahas bayi dulu,’ geming Dan Theo dengan alis berkedut.Dia akhirnya kembali mendekati Annelies dan berupaya mengalihkan perhatian.“Istriku, para Perawat akan memandikan bayi-bayi kita dulu. Kau tenang saja, bayi-bayi kita sangat tampan dan memiliki mata yang indah sepertimu,” tutur Dan Theo merengkuh tangan Annelies.Sang wanita tersenyum binar, semba
“Ah!” Annelies merintih sakit selaras dengan kontraksi yang mendominasi perutnya.Dia mundur, coba mencari pegangan untuk menyangga diri. Beruntung di sebelahnya ada nakas, hingga Annelies sigap berpegangan. Tapi tangannya yang asal menumpu, tak sengaja menyenggol vas bunga sampai jatuh ke lantai.Bunyi pekak beling yang pecah, seketika menyita perhatian dua bodyguard yang berjaga di depan pintu.“Apa yang terjadi?” tukas salah satu di antara mereka.Rekannya tampak bingung sembari menimpali, “Big Boss sedang keluar. Apa terjadi sesuatu pada Nyonya?”“Mari kita lihat!” Bodyguard berambut cepak bergegas mengetuk pintu.Keduanya memanggil Annelies bergantian, tapi tidak mendapat sahutan. Hanya suara rintihan samar yang terdengar menyakitakan.“Minggir!” tukas Bodyguard rambut cepak tadi.Dirinya mundur, mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu ruang tidur Annelies.Ya, dengan satu tendangan keras, pintu tersebut berhasil terbuka. Tapi begitu menilik ke dalam, kedua bodyguard tadi l
“Bukankah ini lebih baik dari ice cream?” bisik Dan Theo saat melepas pagutannya sejenak. Sang istri tersenyum tipis, lalu menimpali, “kau curang, Dan Theo!”“Apanya yang curang? Bukankah kau menyukainya?” Pria itu membalas sambil mengusap bibir bawah Annelies dengan ibu jarinya. Sentuhan itu membuatnya ingin menjajah kian dalam, hingga detik berikunya Dan Theo tak ragu mengulum bibir Annelies lagi. Kali ini Dan Theo melumatnya lebih manja, sengaja menyalurkan hasrat menggelora yang cukup lama ditahannya. Ya, sebab selama di mansion Caligo, Anthony lebih ketat mengawasi Annelies. Bahkan Dan Theo juga disibukkan dengan beberapa pekerjaan di organisasi. Malam ini Dan Theo ingin melipur diri dan membuat Annelies bahagia. Tangan pria itu menyusup ke belakang leher sang istri, seiring dengan lidah yang masuk ke mulutnya. Mereka saling beradu saliva dengan manik terpejam. Bahkan desiran ombak pantai itu, seakan lebih menghanyutkan keduanya dalam aliran gairah. “Ahh ….” Annelies meleng
Dan Theo yang menyadari amukan di wajah istrinya, langsung mengangkat tangan kiri sebagai tanda penolakan pada wanita seksi tadi. “Are you serious, Sir?” tukas wanita itu seakan memberi kesempatan lagi. Entah mengapa dia menonjolkan payudara padat di balik bikini merahnya. Itu membuat Annelies semakin risih. Bahkan di manik hazelnya sudah menggantung amarah yang membara. Dan Theo mungkin akan sulit memadamkannya. Hingga dengan tegas, pria itu pun berkata, “sorry!” Sorot matanya yang tajam, seketika membuat wanita seksi tadi melepas pagutan. Dia lantas berlalu tanpa merasa bersalah. “Hah! Aku harus memberi pelajaran Eugen! Dia tidak bilang jika di tempat ini ada wanita seperti itu,” ujar Dan Theo tiba-tiba. Ya, dia inisiatif menjelaskan sebelum Annelies merajuk dan kesal. Terlebih suasana hati istrinya lebih sensitive akhir-akhir ini. Hanya dia yang Annelies punya. Jadi Dan Theo tak mau membuatnya sedih. Tapi bukannya menjawab, Annelies justru menggenggam garpu amat erat. Dia be
*** Di persimpangan jalan Etnea tiba-tiba pengemudi motor sport bermantel hitam mengejar Dan Theo. Dia melaju dengan kecepatan tinggi, bahkan menyalip beberapa mobil yang ada di depannya. “Lebih cepat! Kita harus hentikan motor sport hitam di depan!” tukas P7 yang baru menerima perintah Eugen dari earpiece-nya.“Baiklah!” sahut K4-rekannya yang tengah mengemudi. K4 menginjak pedal gas amat dalam, memicu mobilnya melesat cepat menembus jalanan malam. Sementara P7, kini menekan tombol earpicenya, lalu berkata pada rekannya di mobil lain, “kejar bajingan itu dari berbagai sisi. Prioritas kita melindungi Big Boss dan Nyonya!”Di depan sana, pengemudi misterius tadi sudah lebih dulu mendekati Dan Theo. Dari jarak beberapa meter, dia mengeluarkan belati lipat dari sakunya dan terus memutar gas. ‘Tamatlah riwayat kalian!’ cecarnya dalam batin. Tangannya pun membelokkan setir agar lebih mepet motor Dan Theo, lalu bersiap menusuk Annelies yang duduk di jok belakang motor Harley itu. Nam
“Kau mau dengar?” Annelies berujar sambil tersenyum tipis. Dan Theo berkedip tak mengerti. Saat itulah Annelies merengkuh wajanya, lalu mengarahkan kembali ke perutnya. “Dia berbisik ‘kan? Aku tidak bohong,” sambung Annelies melebarkan sepasang manik hazelnya. Dan Theo menyeringai samar. Baru kali ini dia mendapati tingkah Annelies di luar kebiasaannya. Dan itu sungguh lucu. ‘Apa dia seperti ini karena bawaan bayi dalam kandungan? Hem … apa ya istilahnya?’ batin Dan Theo bertanya-tanya.“Dan Theo, kau tidak ingin bayi kita merajuk di perutku ‘kan?” tutur Annelies tiba-tiba manja. Sang suami mendongak dengan tatapan binar. Sungguh, wajah memohon istrinya benar-benar menggemaskan. Rasanya dia ingin memanggul wanita itu dan merebahkannya di ranjang. Tapi kewarasan masih menahannya. Tangan Dan Theo membelai pipi Annelies seraya berujar, “apapun keinginanmu, istriku.”Malam itu juga, Dan Theo meminta Eugen menyiapkan motor Harley yang selalu dia gunakan saat masih remaja. Ya, selain
“Kau lihat? Ayahku tidak akan membiarkan Caligo begitu saja!” dengus Jesslyn yang diakhiri tawa ejekan. Eugen yang berada di hadapannya kembali menyelipkan pistol ke belakang pinggang. Dia tak menyangka Howard bergerak secepat itu. “Di mana dia sekarang?” tanya Eugen menyidik. “Ada di ruang tunggu mansion. Beliau ingin bertemu Big Boss, tapi saya rasa lebih baik memanggil Anda dulu,” tukas Bodyguard tadi.Eugen mengangguk paham. Dia pun beranjak dan berniat menemui orang yang dimaksud bawahannya tersebut. Namun, tiba-tiba saja Jesslyn memekik, “hei, Eugen! Jangan pergi sebelum kau melepaskanku. Hei, dasar sialan. Kau sengaja tidak mendengarku?!”Mau sekeras apapun Jesslyn menjerit, Eugen tetap tak peduli. Jika Dan Theo atau Anthony belum menurunkan perintah, Jesslyn tak akan dilepaskan. Begitu tiba di sana, rupanya Dan Theo sudah menemui orang suruhan dari Howard tersebut. ‘Hah! Ternyata yang datang Jackson Howard?!’ batin Eugen mengerjap tegang. Ya, tak disangka kakak angkat J
Annelies menarik napas cekat, lalu berkata, “Ayah mertua memintaku melahirkan bayi kita di mansion Caligo. Beliau menginginkan bayi laki-laki sebagai penerus Organisasi Caligo, Dan Theo!”Mendengar itu, wajah Dan Theo langsung membeku. Tak heran, sebab Anthony bukan orang yang murah hati. Tapi ini sama halnya dengan Dan Theo melimpahkan tanggung jawab pada putranya. Akankah dia setega itu? Padahal Dan Theo sendiri sudah mengalami beragam penyiksaan yang hampir membuatnya mati.Namun, demi menjalani hidup bersama Annelies, dia harus membuat sang putra berdiri di tempatnya yang bagaikan neraka!“Saat masih di rumah sakit De Forte, Dokter sempat memeriksa kandunganku. Katanya aku mengandung dua bayi kembar, tapi Dokter belum bisa menentukan jenis kelaminnya karena saat itu usia kandungan baru masuk minggu keenam. Ayah mertua hanya mau anak laki-laki. Be-beliau bilang … akan melenyapkan bayinya jika itu perempuan, Dan Theo!” sambung Annelies dengan nada gemetar.Sebelah tangan Dan Theo ya