Ervin Aditya POV Pagi ini aku menuju walk in closet di kamarku dan Luna yang ada di rumah orangtuanya. Sudah 2 minggu aku berumah tangga dengannya dan aku rasa, aku harus mulai melakukan apapun yang menghasilkan uang untuk kebutuhanku dan keluargaku. Pagi ini ada sesi pemotretan dengan salah satu butik batik ternama di kota Jogja. Aku berhasil mendapatkan Job itu karena pemilik butik tersebut adalah teman sekolah Luna yang kami temui di Bandara ketika kami sampai di jogja sepulang ngunduh mantu di Jakarta. "Luna, ya?" sapa seseorang yang berdiri di hadapan kami ketika kami duduk menunggu jemputan Ruben, adik Luna. Aku melihat Luna mengangkat wajahnya dan kemudian senyum sumringah terpampang di wajah manisnya. Kemudian Luna berdiri dan langsung memeluk laki-laki di hadapanku ini. Aku masih diam memandang mereka berdua yang saling berpelukan bagai orang yang tidak bertemu selama ratusan purnama. "Yud, gue kangen sama Lo, gimana kabar lo?" tanya Luna ketika si "Yud" melepaskan peluk
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Sejak pulang dari rumah sakit kemarin sikap Ervin terhadapku sungguh bak aku ini seorang yang tidak mampu melakukan apapun sendiri. Ervin melarangku untuk turun dari ranjang, bahkan ke kamar mandi saja dia memaksa untuk menggendongku. Aku benar-benar tidak tahan dengan sikapnya yang memperlakukanku seperti ini. Aku yang mempunyai riwayat hipotensi, wajar saja pingsan, apalagi dengan tekanan pekerjaanku beberapa hari ini. Kemarin aku mendapatkan telfon dari Nada untuk membatalkan persiapan pernikahan Deva dan Lionel. Pesta pernikahan yang hanya kurang dari 2 minggu lagi, bahkan semuanya sudah 99 persen siap, siapa yang tidak shock? Lionel meminta di batalkan jika Deva tidak mau menikah dengannya, sedangkan Deva bilang acara tetap dilakukan hanya saja nama mempelai wanita di ubah dari Adeeva Abriana Utama menjadi nama Sekar Ayu Hapsari. Aku harus mengikuti instruksi siapa? Tidak hanya itu saja, kondisi Deva yang tengah kritis d rumah sakit akibat memi
Ervin Aditya POV Aku lega sudah mengutarakan keinginanku kepada Luna jika aku tidak mau menerima pembayaran atas jasaku menjadi suaminya. Aku kini sudah tidak peduli dengan perjanjian setan yang aku tanda tangani dengannya, karena aku bertekad menjadikan rumah tangga kami sebagai rumah tangga yang sesungguhnya. Aku tidak peduli jika Luna sewot atau marah ketika aku melarangnya untuk berangkat bekerja. Demi apapun, aku sungguh-sungguh khawatir padanya ketika aku membawanya ke rumah sakit kemarin. Dan hari ini aku sengaja menemaninya dirumah seharian. Bahkan kami tidak keluar dari kamar. Aku bahkan harus menyita Laptop dan segala gedget Luna agar ia mau beristirahat. Setelah aku menciumnya tadi siang dan berhasil memegang salah satu buah dadanya sebentar. Oh Tuhan, baru memegang saja aku sudah merasa kecanduan, buah dada Luna yang padat, berisi dan aku yakin pasti indah jika aku membukanya. Namun melihat Luna yang masih lemas, aku masih berupaya untuk menahan diriku sendiri untuk tid
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku membuka mataku karena aku merasakan ada yang menindih perutku dan ketika aku menundukkan pandangan mataku, aku menemukan sebuah lengan kokok milik Ervin sedang memelukku. Reflek aku membalikkan tubuhku, dan aku menemukan wajah Ervin yang sudah bangun lebih dulu dari diriku sedang menatapku dengan mata indahnya, alisnya yang tebal dan rahangnya yang tegas. Sungguh, wajah Ervin adalah wajah percampuran terbaik yang pernah aku lihat seumur hidupku dan wajah itu adalah wajah milik suami bayaranku. Andai Ervin adalah suami sungguhanku, maka aku akan dengan senang hati mengabadikan kesempurnaan fisik serta rupanya dengan memiliki anak sebanyak banyaknya dari dirinya dan berharap anakku akan memiliki gen yang lebih besar darinya daripada diriku. “Vin,” sapaku padanya. “Good morning sweet heart,” kata Ervin sambil memamerkan senyum mautnya padaku pagi ini. Cupp..... Bibir seksi milik Ervin mendarat pada bibirku, reflek aku tarik mundur kepal
Ervin Aditya POV Pagi ini aku gagal menyatukan diriku dan Kaluna di atas ranjang. Aku rasanya ingin membunuh istriku sendiri ketika dia menolakku, tapi ketika dia mengatakan bahwa dia sedang datang bulan, aku tidak bisa berkutik. Aku akhirnya pasrah dan mengalah. Toh, aku juga tidak mau menyetubuhi wanita yang sedang datang bulan. Selain jijik, di kepercayaan yang aku anut pun dilarang. Aku meninggalkan Luna menuju kamar mandi. Padahal yang ingin aku lakukan adalah menebarkan benihku di dalam rahim Luna, bukan di closet kamar mandi lagi. Jiwa penasaranku muncul, apakah Luna membohongiku atau tidak, oleh karena itu aku mengecek stock pembalutnya yang ada di laci kamar mandi. Benar saja, Luna memang sedang datang bulan, apalagi aku melihat semalam Luna dua kali ke kamar mandi, mungkin ia mengganti pembalutnya. Aku keluar setelah menuntaskan aktivitasku di dalam kamar mandi. Aku melihat Luna sedang berdiri di balkon kamar kami sambil bersedekap dan memandang ke arah kolam renang. Wala
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah kejadian tadi pagi, aku harus berbicara kepada Ervin, aku tidak mungkin membiarkannya menyentuh hal-hal sensitif di tubuhku begitu saja yang hanya akan ia lupakan ketika kami berpisah.Ketika kami selesai makan soto di salah satu warung soto langgananku, aku memberanikan diriku mengutarakan apa yang ada di pikiranku, mumpung warung soto sedang sepi. “Vin,” panggilku pelan ketika aku melihat Ervin telah selesai makan dan baru saja mengecek Hp-nya Ervin mengangkat wajahnya untuk menatapku. “Aku mau bicara.” “Ngomong aja, Lun kaya sama siapa aja.” “Aku rasa kita sudah terlalu banyak langgar kontrak kita, Vin.” "So?" “Aku mau kita jaga hubungan ini tetap profesional, oleh karena itu sebaiknya kita nggak saling bersentuhan.” Ervin tertawa di tempat duduknya. “Aku sudah bilang sama kamu kan, Lun, kalo aku nggak mau terima uang sesuai perjanjian kita dulu dan harusnya sebagai perempuan cerdas kamu paham maksudku.” "Aku tetap akan bayar kamu,
Ervin Aditya POV Pagi ini rasanya aku ingin mencekik leher Luna hingga ia kehabisan nafas. Bagaimana bisa Luna memberi suaminya ijin untuk bebas melakukan "hubungan suami istri" dengan wanita lain selama kami di Bali. Apakah wanita normal yang sudah menikah akan memberikan ijin kepada suaminya melakukan hal seperti yang di minta Luna? Aku benar benar marah, aku masih bisa menjaga emosiku jika Luna hanya mengatakan belum bisa melakukan hubungan badan denganku, aku masih bisa menerima alasannya dengan akal sehat, namun kata katanya barusan telah melukai hatiku. Dari awal aku mau menikah dengannya di kontrak kami pun tertulis bahwa kami dilarang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis selama pernikahan ini berlangsung. Ketika di bandara dan kami menunggu para karyawan WO Luna yang belum hadir pun aku lebih memilih untuk diam tidak berbicara apapun padanya. Hingga para karyawan Luna datang dan seperti biasa mereka membahas ringan hal hal tentang pekerjaannya dan kehadiranku sepert
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Sore ini Ervin meninggalkanku sendirian di villa milik orang tuaku. Dan aku merasa jika aku harus membicarakan masalah ini dengan Hilda. Setidaknya dia lebih berpengalaman daripada diriku. Aku berharap Hilda sedang tidak sibuk dan mengangkat telepon dariku. Tuttt…. Tuttt..... Tutt.... "Tumbenan lo telepon gue, ada masalah apa?" “Lo mah enggak pakai say hallo dulu udah langsung nyerocos aja.” "Kelamaan, gue suka yang to the point aja. Gimana, ada apa?" “Gue bingung soal hubungan gue sama Ervin .” "Bingung gimana? hubungan lo sama dia kan jelas suami istri yang sah secara agama dan negara." “Iya , tapi Ervin nggak mau nerima uang perjanjian yang kita sepakati dulu, Hil. Dia maunya gue jadi bininya dalam arti yang sesungguhnya.” "Wait...wait...wait... Gue cerna dulu. Jadi maksud lo, Ervin mau kalian berdua permanen gitu?" "Iya, dia pengen punya anak dari gue." “Ya nggak ada masalah kan, kalian juga sudah nikah tinggal hilangin aja masalah ko
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d