Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku membuka mataku karena aku merasakan ada yang menindih perutku dan ketika aku menundukkan pandangan mataku, aku menemukan sebuah lengan kokok milik Ervin sedang memelukku. Reflek aku membalikkan tubuhku, dan aku menemukan wajah Ervin yang sudah bangun lebih dulu dari diriku sedang menatapku dengan mata indahnya, alisnya yang tebal dan rahangnya yang tegas. Sungguh, wajah Ervin adalah wajah percampuran terbaik yang pernah aku lihat seumur hidupku dan wajah itu adalah wajah milik suami bayaranku. Andai Ervin adalah suami sungguhanku, maka aku akan dengan senang hati mengabadikan kesempurnaan fisik serta rupanya dengan memiliki anak sebanyak banyaknya dari dirinya dan berharap anakku akan memiliki gen yang lebih besar darinya daripada diriku. “Vin,” sapaku padanya. “Good morning sweet heart,” kata Ervin sambil memamerkan senyum mautnya padaku pagi ini. Cupp..... Bibir seksi milik Ervin mendarat pada bibirku, reflek aku tarik mundur kepal
Ervin Aditya POV Pagi ini aku gagal menyatukan diriku dan Kaluna di atas ranjang. Aku rasanya ingin membunuh istriku sendiri ketika dia menolakku, tapi ketika dia mengatakan bahwa dia sedang datang bulan, aku tidak bisa berkutik. Aku akhirnya pasrah dan mengalah. Toh, aku juga tidak mau menyetubuhi wanita yang sedang datang bulan. Selain jijik, di kepercayaan yang aku anut pun dilarang. Aku meninggalkan Luna menuju kamar mandi. Padahal yang ingin aku lakukan adalah menebarkan benihku di dalam rahim Luna, bukan di closet kamar mandi lagi. Jiwa penasaranku muncul, apakah Luna membohongiku atau tidak, oleh karena itu aku mengecek stock pembalutnya yang ada di laci kamar mandi. Benar saja, Luna memang sedang datang bulan, apalagi aku melihat semalam Luna dua kali ke kamar mandi, mungkin ia mengganti pembalutnya. Aku keluar setelah menuntaskan aktivitasku di dalam kamar mandi. Aku melihat Luna sedang berdiri di balkon kamar kami sambil bersedekap dan memandang ke arah kolam renang. Wala
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah kejadian tadi pagi, aku harus berbicara kepada Ervin, aku tidak mungkin membiarkannya menyentuh hal-hal sensitif di tubuhku begitu saja yang hanya akan ia lupakan ketika kami berpisah.Ketika kami selesai makan soto di salah satu warung soto langgananku, aku memberanikan diriku mengutarakan apa yang ada di pikiranku, mumpung warung soto sedang sepi. “Vin,” panggilku pelan ketika aku melihat Ervin telah selesai makan dan baru saja mengecek Hp-nya Ervin mengangkat wajahnya untuk menatapku. “Aku mau bicara.” “Ngomong aja, Lun kaya sama siapa aja.” “Aku rasa kita sudah terlalu banyak langgar kontrak kita, Vin.” "So?" “Aku mau kita jaga hubungan ini tetap profesional, oleh karena itu sebaiknya kita nggak saling bersentuhan.” Ervin tertawa di tempat duduknya. “Aku sudah bilang sama kamu kan, Lun, kalo aku nggak mau terima uang sesuai perjanjian kita dulu dan harusnya sebagai perempuan cerdas kamu paham maksudku.” "Aku tetap akan bayar kamu,
Ervin Aditya POV Pagi ini rasanya aku ingin mencekik leher Luna hingga ia kehabisan nafas. Bagaimana bisa Luna memberi suaminya ijin untuk bebas melakukan "hubungan suami istri" dengan wanita lain selama kami di Bali. Apakah wanita normal yang sudah menikah akan memberikan ijin kepada suaminya melakukan hal seperti yang di minta Luna? Aku benar benar marah, aku masih bisa menjaga emosiku jika Luna hanya mengatakan belum bisa melakukan hubungan badan denganku, aku masih bisa menerima alasannya dengan akal sehat, namun kata katanya barusan telah melukai hatiku. Dari awal aku mau menikah dengannya di kontrak kami pun tertulis bahwa kami dilarang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis selama pernikahan ini berlangsung. Ketika di bandara dan kami menunggu para karyawan WO Luna yang belum hadir pun aku lebih memilih untuk diam tidak berbicara apapun padanya. Hingga para karyawan Luna datang dan seperti biasa mereka membahas ringan hal hal tentang pekerjaannya dan kehadiranku sepert
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Sore ini Ervin meninggalkanku sendirian di villa milik orang tuaku. Dan aku merasa jika aku harus membicarakan masalah ini dengan Hilda. Setidaknya dia lebih berpengalaman daripada diriku. Aku berharap Hilda sedang tidak sibuk dan mengangkat telepon dariku. Tuttt…. Tuttt..... Tutt.... "Tumbenan lo telepon gue, ada masalah apa?" “Lo mah enggak pakai say hallo dulu udah langsung nyerocos aja.” "Kelamaan, gue suka yang to the point aja. Gimana, ada apa?" “Gue bingung soal hubungan gue sama Ervin .” "Bingung gimana? hubungan lo sama dia kan jelas suami istri yang sah secara agama dan negara." “Iya , tapi Ervin nggak mau nerima uang perjanjian yang kita sepakati dulu, Hil. Dia maunya gue jadi bininya dalam arti yang sesungguhnya.” "Wait...wait...wait... Gue cerna dulu. Jadi maksud lo, Ervin mau kalian berdua permanen gitu?" "Iya, dia pengen punya anak dari gue." “Ya nggak ada masalah kan, kalian juga sudah nikah tinggal hilangin aja masalah ko
Ervin Aditya POV Malam ini aku benar benar berterima kasih kepada Tuhan karena mengabulkan salah satu doa ku, untuk membuat istriku khilaf dan akhirnya aku bisa mendapatkan hak nafkah batinku sebagai suaminya. Setelah aku bisa menyatukan diri dengannya, sejujurnya aku merasa bahwa aku tidak akan sanggup meninggalkan Luna. Karena Luna adalah istriku dan dengannya aku ingin menghabiskan sisa hidupku hingga maut datang menjemput. Sebagai laki laki bejat yang memiliki jam terbang cukup tinggi dalam berhubungan sex, aku akui Luna bukanlah wanita yang professional atau memiliki kemampuan di atas rata-rata, tapi dengannya aku mendapatkan sex terbaik di hidupku, karena aku melakukannya dengan hati. Aku bersyukur akulah yang pertama untuknya. Walau Luna bukan yang pertama untukku, namun aku selalu berharap dialah yang terakhir untukku. Aku akan selalu setia padanya asal dia melakukan hal yang sama dengan diriku. Malam ini kami melakukan penyatuan hingga tiga kali. Walau aku ingin menggempu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku tidak pernah berharap apalagi bermimpi bahwa Ervin akan memberiku kejutan seperti pagi ini. Sungguh, aku bukanlah wanita yang romantis apalagi perhatian. Tiba-tiba aku teringat kata-kata Hilda dulu yang mengatakan kalo Ervin itu so sweet dan begitu pengertian. Fix, Hilda valid, tidak asal mangap mulutnya yang bawel itu karena setelah aku menikah dengan Ervin, aku baru membuktikan sendiri, dan aku menyukai perlakuannya kepadaku selama ini. Menikah dengannya tidak semenakutkan bayanganku dulu tentang sebuah hubungan suami istri dalam pernikahan. Aku masih bisa bebas dan melakukan pekerjaanku semauku, walau Ervin sedikit membatasi jam kerjaku sejak hipotensiku kambuh kemarin. Sebagai wanita normal, aku akui aku senang di perlakukan seperti ini, namun aku terkadang risih jika Ervin ingin mengantarku ke manapun tujuanku. Aku adalah wanita mandiri, yang sudah terbiasa melakukan apapun seorang diri di hidupku. Aku menghargai perhatian dan bantuannya, na
Ervin Aditya POV Hari ini Luna menolak untuk aku tunggu ketika bekerja. Aku memakluminya karena aku juga tidak suka bila karyawan Luna selalu menatapku seakan aku lintah penghisap kekayaan istriku sendiri. Padahal sejak aku menikah dengannya, aku telah menyerahkan kartu debetku pada Luna, yang berarti aku tetap suami yang menafkahi istriku semampuku. Sebagai laki-laki yang sudah menikah tentu saja liburan di Bali seorang diri begitu membosankan, apalagi kalo istri kita justru sibuk bekerja daripada menikmati waktu santai bersama. Karena gabut, aku melajukan mobil Luna ke arah Legian, Kuta. Setelah sampai di sana dan memarkirkan mobil, aku memasuki sebuah cafe dengan gaya minimalis. "Hai, Vin," Sapa Peter, teman modelku dulu yang kini lebih memilih untuk membuka cafe dan tinggal di Bali. "Hai, Pet. Apa kabar lo?" "Baik, duduk sini," Peter mengajakku duduk di sebuah kursi yang ada di pojokan. "Tumben lo ke Bali, ada kerjaan di sini?" Tanya peter kepadaku. "Nggak, cuma antar istr